welcome

Selamat datang dan Selamat bergabung ... Selamat datang dan Selamat bergabung ...Selamat datang dan Selamat bergabung

Sabtu, 06 Desember 2008

KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI ORGANISASI
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan
(Dedi Mulyana, Rosdakarya,2006)


Sifat – sifat kita sekitar organisasi :
- Orang kita menyukai organisasi yang baik
- Seperti hal-nya mereka menyukai tim olahraga yang mengalahkan tim lainnya
Yang belum mempunyai nama.
- Meski sebenarnya budaya kita cenderung menekankan individualisme
- Kita juga mementingkan aktivitas terkoordinasi yang menghasilkan sesuatu yang istimewa.
(Mulyana Dedi,2006,3)

Organisasi / Pengorganisasian
Sebagian orang mempunyai cara pandang baik objektif ataupun subjektif, pandangan objektif antara lain menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah bersifat fisik dan konkrit dengan struktur dengan batasan yang konkrit. Sebagian orang menyebut pendekatan ini sebagian pandangan yang menganggap organisasi sebagai wadah, organisasi eksis sebagai seperti sebuah keranjang dan semua unsur yang membentuk organisasi tersebut ditempatkan dalam satu wadah. (Mulyana Dedi,2006,11)

“Organisasi” (organization), secara khas dianggap sebagai kata benda, sementara “Pengorganisasian” (organizing), dianggap sebagai kata kerja,(Weick,1979).

Jadi jawaban untuk organisasi tergantung pada perspektif yang diambil, dan untuk tujuan studi, penting untuk disadari bahwa tidak satu perspektif pun yang menjawab pertanyaan itu secara lengkap. (Mulyana Dedi,2006,11)

DELEGASI

DELEGASI
Delegasi wewenang/tugas dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki oleh seorang manajer baik keterbatasan waktu, pengetahuan, perhatian dll.

UNSUR Delegasi Wewenang
• Tugas,
• Kekuasaan,
• Pertanggung-jawaban
(resposibility, authority, accontability).

TAHAPAN Pendelegasian Wewenang ;
Pertama : pemimpin memberikan tugas dan kekuasaan kepada bawahan
Kedua : bawahan yang menerima tugas dan kekuasaan dari manajer tersebut
melaksanakan tugas dengan menggunakan kekuasaan yang diterimanya.
Ketiga : bawahan memerikan pertanggungjawaban/laporan (accountability) kepada
orang yang mendeleger tugas dan kekuasaan tersebut.

Kesimpulan dari ketiga tahapan diatas adalah ;
Kekuasan(Authority) dan Tugas(Responsibility) dapat di delegasikan tapi Tanggung jawab(Accountability) tidak dapat didelegasikan.
Beishline menyatakan ; “di dalam batas-batas kekuasaannya, seorang komandan dapat mendelegasikan pelaksanaan tugas yang harus dijalankan kepada bawahannya, akan tetapi delegasi itu tidak membebaskannya dari keseluruhan tanggung jawab atas pekerjaan personal atau kesatuan dibawah komandonya.”

Fungsi seorang manajer dapat dipadatkan menjadi tiga bagian :
a. Planning dan Organizing (Perencanaan)
b. Assembling dan Resources (Pelaksanaan)
c. Supervise, Direct and Control (Pengawasan)

DELEGASI yang EFEKTIF (Pedoman Pendelegasian)
a. Unsur Pendelegasian harus Jelas dan Lengkap
b. Pendelegasian harus diserahkan pada orang yang Tepat, memenuhi kriteria dan kualifikasi yang dibutuhkan.
c. Fasilitas dan Peralatan yang memadai dan mendukung tugas yang dijalankan
d. Perhatian terhadap motivasi dan kesungguhan, dengan pemberian intensif atau perangsang.

PANITIA Dalam berbagai bidang

PANITIA Dalam berbagai bidang
Tidak semua panitia didirikan dalam tujuan berbeda ada yang sebagai staf , ada sebagai lini, ada juga yang ganda sebagai staf juga pemimpin.

KEBAIKAN-KEBAIKAN Panitia
1. Keputusan merupakan hasil bersama
2. Mudahnya koordinasi
3. Kekuasaan tidak kontinuitas & tidak berlebihan

KEBURUKAN Panitia
1. Menambah biaya administrasi
2. Memerlukan waktu lama untuk suatu keputusan
3. Kurangnya rasa tanggung jawab karena merasa tanggung jawab bersama

KAPAN PANITIA diperlukan
a. Jika informasi dianggap sangat diperlukan dari tiap-tiap bagian
b. Keputusan sangat penting sehingga memerlukan masukan dari tiap bagian
c. Untuk suatu goal, maka diperlukan pengertian dan pemahaman tiap bagian
d. Untuk mencapai koordinasi yang optimal antar bagian

KAPAN PANITIA tidak diperlukan
a. Jika Keputusan diperlukan cepat
b. Jika putusan tidak dianggap penting
c. Jika tidak di jumpai orang yang berkompeten
d. Jika keputusan merupakan soal teknis pelaksanaan

STAF DAN PANITIA

STAF DAN PANITIA

Staf adalah :
Setiap petugas yang khususnya diangkat untuk memberi layanan dan nasehat kepada manajer di dalam organisasi pada bidang khusus yang menjadi keahliannya.
Panitia menurut Koontz O’donnel ;
“..... a group of person to whom as a group, some matter is commited.”
Panitia menurut Louis A.Allen ;
Sejumlah orang yang diangkat atau pilihan untuk berkumpul pada suatu dasar tersusun (organize basic) guna mempertimbangkan soal-soal yang diajukan kepadanya.

Tujuan orgnisasi staf adalah :
Memungkinkan spesialisasi dalam manajemen tetapi anggota-anggota staf tidak boleh memberi perintah langsung kepada anggota-anggota organisasi kecuali kepada anggota-anggota bagian staf mereka sendiri, karena mereka tidak memiliki kekuasaan komando.

KUALIFIKASI STAF
Untuk menentukan staf dengan kulitas dan kualifikasi tertentu di tempuh cara:
Wawancara, Questionare, Observasi, Test Lapangan.
Beishline mengemukakan 6 pokok hal kualifikasi staf :
1. Pengetahuan yang luas tentang organisasi, badan, perusahaan tempat kerja.
2. Mempunyai sifat-sifat ; Loyalitas, tenaga yang besar, kesehatan, inisiatif, pertimbangan yang baik, kepandaian bergaul.
3. Mempunyai semangat kerjasama yang ramah tamah
4. Kestabilan emosi dan tingkah laku yang sopan
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimisme
Penambahan Staf baru mengandung beberapa konsekwensi :
a. Menambah biaya administrasi
b. Struktur organisasi makin kompleks
Karena hal tersebut harus tegas pembagian authority, responsibility, accountability


JENIS-JENIS STAF
Jenis staf dapat digolongkan berdasarkan banyaknya pimpinan yang dilayani, staf dapa melayani khusus seorang piminan saja dapat pula melayani seluruh unsur pimpinan.
Staf dapat dibedakan menjadi :
a. Specialist staf atau staf khusus
b. Personnel staf atau staf pribadi
Sifat khusus staf spesial :
a. Terbatas pemberian nasehat dan bantuan, tidak mempunyai kekuasaan terhadap elemen organisasi lain.
b. Nasehat diberikan pada bagian atau seksi serta kepada staf lain
c. Nasehat bantuan untuk lapangan tertentu ; seperti hukum, marketing dll.

BENTUK-BENTUK ORGANISASI

BENTUK-BENTUK ORGANISASI

a. Bentuk Organisasi Garis
b. Bentuk Organisasi Fungsional
c. Bentuk Organisasi Garis dan Staf
d. Bentuk Organisasi fungsional dan Staf

Organisasi Garis
Oleh Henry Fayol (Paris)
Bentuk organisasi yang paling sederhana dan paling tua, digunakan di kalangan militer dengan jumlah karyawan yang masih sedikit dan saling kenal, dan spesialisasi kerja yang belum begitu tinggi.

Kelebihan
a. kesatuan komando baik karena pimpinan berada di atas satu tangan
b. proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat.
c. Solidaritas karyawan tinggi karena saling kenal.

Kekurangan
a. jika sang pemimpin tidak mampu maka akan mudah jatuh
b. ada kecendrungan bertindak otokratis
c. kesempatan berkembang terbatas


Organisasi Fungsional
Oleh F.W. Taylor.
Pimpinan-pimpinan yang ada tidak mempunyai bawahan yang jelas karena setiap pimpinan mempunyai wewenang memberik komando sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.

Kebaikan
a. Pembagian tugas jelas
b. Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan dengan maksimal
c. Digunakan tenaga ahli dalam berbagai bidang sesuai dengan fungsi-fungsinya.

Keburukan
a. Spesialilsasi menyebabkan susah “tour of duty”
b. Karyawan mementingkan bidangnya sehingga sukar melaksanakan koordinasi.

Organisasi Garis dan Staf
Oleh Harrington Emerson
Biasanya digunakan oleh organisasi besar dengan daerah kerja yang luas dengan bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit. Memiliki satu atau lebih tenaga staf tenaga ahli yang memberi saran atau nasihat.

Kebaikan
a. Dapat digunakan oleh tenaga organisasi sebesar apapun dan sekompleks apa pun.
b. Keputusan yang matang dan sehat dapat diperoleh karena adanya tenaga ahli.
c. Dapat mewujudkan “The right man in the right place”.

Keburukan
a. Solidaritas sukar diwujudkan karena tidak saling kenal
b. Koordinasi kadang sukar diterapkan karena terlalu luasnya organisasi

Organisasi Staf dan Fungsional
Merupakan kombinasi organisasi staf dan funsional, memiliki kekurangan dan kelebihan seperti halnya organisasi staf dan fungsional.


PRINSIP ORGANISASI
a. Perumusan Tujuan dengan Jelas
- Sebagai pedoman kearah mana organisasi akan dibawa
- Landasan bagi organisasi yang bersangkutan
- Menentukan macam aktifitas yang akan dilakukan
- Menentukan program prosedur, KISS ME
(Koordinasi, Integrasi,Simplikasi, Sinkronisasi, dan Mekanisasi)
b. Pembagian Kerja
c. Delegasi Kekuasaan
d. Rentang Kekuasaan
e. Tingkat-tingkat Pengawasan
f. Kesatuan Perintah dan Tanggung jawab

10 Fungsi Manajemen

a. Forcasting
adalah kegiatan meramal atau memproyeksikan kedepan sebelum suatu rencana ditentukan, seperti sebuah sekolah yang memprediksikan jumlah siswa yang akan diterima berdasarkan jumlah lulusan yang ada didaerah tersebut.
b. Planning/ Budgetting
adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu tindakan yang diinginkan.
Sebagai contoh rangkaian perumusan rencana.
- tindakan apa yang harus dikerjakan
- kenapa hal tersebut dikerjakan
- dimana harus dikerjakan
- kapan dilaksanakan
- siapa yang akan melaksanakannya
- bagaimana cara melaksanakannya.

c. Organizing
Adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang diperlukan, penempatan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada, dengan tugas wewenang sertang tanggung jawab masing-masing.
d. Staffing / assembling resources
adalah salah satu fungsi manejemen berupa penyusunan orang-orang/person, pada organisasi, mulai dari perekrutan, pelatihan dan pengembangan agar berdaya guna bagi organisasi.
e. Directing / commanding
adalah pemberian bimbingan, saran, perintah, intruksi kepada bawahan dalam menlaksanakan tugas masing-masing, agar tugas terlaksana dengan benar sesuai dengan yang dituju, lebih dari itu diharapkan dapat berfungsi agar organisasi lebih efektif tertuju kepada pencapaian realisasi yang telah ditetapkan.
f. Leading
istilah ini dikemukakan oleh leuis A.Allen, yang dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak.
Diantara tindakandan Leading antara lain :
- mengambil keputusan
- mengadakan komunikasi atasan dan bawahan
- memberikan semangat, dorongan /motivasi
g. Coordinating
suatu tindakan manajemen untuk menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga tercipta kerjasama yang terarah dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi, seperti memberi perintah (yang jelas), pertemuan, penjelasan, bimbingan atau nasehat dan atau teguran.
h. Motivating
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar dapat melakukan kegiatan dengan suka rela, tidak ada paksaan, sehingga menghasilkan daya guna dan hasil guna.
i. Controlling
dapat juga disebut pengendalian,

ASAS - ASAS MANAJEMEN

A. ASAS - ASAS MANAJEMEN

Istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu :
1. manajemen sebagai proses
2. manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan manajemen
3. manajemen sebgai suatu seni dan ilmu

Beberapa pengertian manajemen :
Menurut Ensiklopedia of the social science :
Manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Menurut Haiman :
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut George R. Terry :
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.

Manajer pada umumnya mempunyai kegiatan antara lain :
Planning, organizing, staffing, directing, dan controlling, hal ini pun dapat kita kenali sebagai proses manajemen, fungsi manajemen bahkan unsur manajemen.

Para ahli manajemen seperti ;

Chaster I Barnard
Henry Fayol Mereka beranggapan bahwa manajemen
Alfin Brown adalah ilmu sekaligus seni.
Horald Kontz
Cyrl
George R Terry




Manajemen sebagai seni = Berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil atau manfaat (dengan pemakaian pengetahuan manajemen pada situasi tertentu).

Manajemen sebagai Ilmu = Berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, keadaan, penjelasan tentang manajemen itu sendiri (yang melahirkan teori, pendapat, statemen yang dapat dipertahankan, teruji dan terbukti).

Enam M yang digunakan manajer :
Man = Manusia dengan kata lain sumber daya manusia
Money = Modal / investor
Material = Bahan baku
Machine = Mesin / alat
Methode = Cara / Sistem
Market = Pasar / Konsumen

Manajemen dari sudut proses
Planning = perencanaan
Organizing = pengorganisasisan, pembagian kerja/wewenang, tanggung jawab
Staffing = penyusunan personalia, sesuai kemampuan dan pendidikan
Directing = pemberian bimbingan, arahan, perintah kepada bawahan
Controlling = pengawasan atau pengendalian kerja sesuai arah tujuan organisasi

Fungsi-fungsi manajemen
Loise A. allen = Leading, planning, organizing, controlling
Prajudi Atmosudirjo = planning, organizing, directing/actuating, controlling
Henry Fayol = planning, organizing, commanding, coordinating,
controlling.
Luther Gullich = planning, organizing, staffing, directing, coordinting,
reporting, budgetting.
Dr. S.P. Siagian, MPA = planning, organizing, motivating, controlling.
George R. Terry = planning, organizing, actuating, controlling.

Dr. Winardi, SE = planning, organizing, coordinating, actuating, leading,
communication, controlling.
The Liang Gie = planning, decission making, directing, coordinating,
controlling, improving.

(dapat ditambahkan perbandingan masing-masing pendapat tersebut, kelebihan, dan kekurangan).
Kombinasi dari masing-masing penulis diatas adalah :
(Dikenal juga dengan istilah 10 fungsi-fungsi manajemen)
a. Forcasting
b. Planning
c. Organizing
d. Staffing/ assembling resources
e. Directing / Commanding
f. Leading
g. Coordinating
h. Motivating
i. Controlling
j. Reporting

Falsifikasi tidak sesuai sejarah

Falsifikasi tidak sesuai sejarah

Kenyataan yang mengganggu adalah apabila metodologi mereka dipegang teguh oleh para ilmuan, maka teori-teori yang dianggap teladan terbaik sebaiknya tidak pernah dikembangkan, karena mereka seharusnya sudah ditolak selagi masih dalam masa kanak-kanak.

Sebagai contoh ; menyangkut teori kinetik (hukum gerak) ia mempunyai kelebihan bahwa falsifikasi terhadap teori itu pada ketika dilahirkan sudah diakui secara explisit oleh penciptanya sendiri. Ketika Maxwell pertama kali perincian teori kinetik gas dalam 1859, dalam makalah itu juga ia mengaku kenyataan bahwa teorinya difalsifikasi oleh pengukuran-pengukuran panasnya gas-gas khusus.
Seperti ungkapannya (setelah teorinya berusia delapan tahun) ;

“Beberapa dari kita tidak diragukan lagi, sangatlah memuaskan dalam rangka opini kita yang ada sekarang mengenai susunan benda-benda. Tetapi ada hal-hal lain yang mungkin mengejutkan kepuasan hati kita dan munkin akhirnya mengusir kita keluar dari segala hipotesa yang pernah memberikan perlindungan terhadap ketidak tahuan yang sepenuhnya kita sadari. Dan ini merupakan permulaan dari setiap kemajuan yang nyata dalam ilmu pengetahuan.”
(J.C Maxwell, The Kinetik theory of Gases,245-46,nature No.16, 1877)

Semua perkembangan penting dalam teori kinetik terjadi setelah falsifikasi ini. dan sebagaimana kaum falsifikasionis naif setidak-tidaknya akan terpaksa mengemukakan, mujur sekali bahwa teori itu tidak dilempar ketika mengalami falsifikasi oleh pengukuran-pengukuran panasnya gas-gas khusus.

Hal logis mendukung falsifikasionis

Hal logis mendukung falsifikasionis

Beberapa teori dapat ditunjukkan sebagai salah dengan meminta bantuan pada hasil observasi dan eksperimen. Ada suatu hal sederhana dan logis yang mendukung aliran ini.
Hal logis mendukung falsifikasionis
Beberapa teori dapat ditunjukkan sebagai salah dengan meminta bantuan pada hasil observasi dan eksperimen. Ada suatu hal sederhana dan logis yang mendukung aliran ini.

Falsibilitas sebagai criteria untuk teori

Kaum ini memandang ilmu sebagai suatu perangkat hipotesa, yang dikemukakan secara coba-coba dengan tujuan melukiskan secara akurat prilaku suatu aspek dunia atau alam semesta.
Akan tetapi tidak satupun hipotesa dapat berbuat demikian. Apabila hipotesa mau diakui bagian dari ilmu maka suatu hipotesa harus falsifiable.

Keterbatasan Falsifikasionisme
Ketergantungan observasi pada teori dan fasibilitas falsifikasionisme
Kaum falsifikasionisme naif berkeras bahwa aktivitas ilmiah harus memikirkan usaha memfalsifikasi teori dengan cara mengukuhkan kebenaran semua keterangan-observasi yang tidak konsisten dengannya.

Dan mengakui pentingnya peranan konfirmasi terhadap teori-teori spekulatif, begitupun peranan falsifikasi teori-teori yang sudah mantap, namun dalam satu hal kedua tipe tersebut sama. Bahwa ada perbedaan kwalitatif penting antara status konfirmasi dan status falsifikasi.

FALSIFIKASIONISME

FALSIFIKASIONISME

Menurut penganut falsifikasionisme, beberapa teori dapat ditujukan sebagai salah satu dengan meminta bantuan pada hasil observasi & eksperimen.

Teori dapat dibangun sebagai hal yang benar/boleh jadi benar atas dasar pembuktian observasi. Teori diuraikan sebagai tebakan spekulatif & coba-coba, yang diciptakan secara bebas oleh rasio manusia dalam usaha mengatasi problem-problem yang dijumpai teori-teori terdahulu, dan untuk memberikan keterangan yang cocok tentang beberapa aspek alam semesta.

Teori dianggap sah jika belum terbukti salah

Sekali diajukan, teori-teori spekulatif akan diuji secara keras & tanpa ampun oleh observasi & eksperimen. Teori-teori yang gagal, tidak tahan uji oleh observasi & eksperimen, akan dibuang & diganti dengan dugaan-dugaan spekulatif lainnya, dan seterusnya.
Apabila suatu teori gagal menghadapi ujian observasi & eksperimen, berarti telah difalsifikasi. Bila ia lulus, berarti ia telah dikonfirmasi. Progresivitas sains ditandai dengan falsifikasi & konfirmasi atas teori-teori.

Falsifikasionisme

Mengakui bahwa observasi dibimbing oleh teori dan pra-anggapan, ia pun dengan gampang saja menjelaskan klaim bahwa teori dapat dibangun sebagai hal yang benar atau boleh jadi benar atas dasar pembuktian observasi.
Teori diuraikan sebagai dugaan atau tebakan spekulatif dan coba-coba, yang diciptakan secara bebas oleh intelek manusia dalam usaha mengatasi problema-problema yang dijumpai teori-teori terdahulu. Sekali ia diajukan maka teori spekulatif ini akan diuji oleh observasi dan eksperimen. Teori-teori yang gagal dan tidak tahan uji oleh observasi dan eksperimen, akan dibuang dan diganti dengan dugaan-dugaan spekulatif lain dan seterusnya.
Ilmu berkembang maju melalui percobaan dan kesalahan, melalui dugaan dan penolakan. Hanya teori yang paling cocok yang dapat bertahan. Selagi ia tidak pernah dapat dikatakan sah sebagai teori yang benar, ia dengan penuh harapan dapat dikatakan sebagai terbaik diantara yang bisa diperoleh dan bahwa lebih baik daripada yang sebelumnya.

Appeal Induktivisme Na’if

Appeal Induktivisme Na’if

Pendapat induktivisme naïf tentang ilmu pengetahuan mempunyai beberapa segi positif. Yang sangat menarik dari pandangan itu nampaknya terletak pada kenyataan bahwa mereka membarikan uraian yang telah diformalisasi mengenai beberapa kesan popular tentang sifat ilmu yang sebenarnya. Tentang daya menjelaskan dan meramal, keobjektifannya dan kesan reliabilitas lebih unggul dari pada bentuk-bentuk pengetahuan yang lain.

Kita telah mengetahui bagaimana induktivisme naif menjelaskan tentang kemampuan ilmu menerangkan dan meramal.

Objektivitas ilmu induktivis ditarik dari fakta-fakta bahwa observasi dan penalaran indera juga objektif. Keterangan-keteragan observasi dapat ditetapkan kebenarannya oleh setiap pengawas dengan menggunakan secara normal organ-organ inderanya.

Validitas keterangan observasi bila diperoleh dengan tepat, tidak akan tergantung pada selera, pendapat harapan atau angan angan si pengamat. Sama juga dengan penalaran induktif yang mengatakan pengetahuan ilmiah berasal dari keterangan-keterangan observasi. Tidak peduli induksi-induksi itu dapat atau tidak dapat memuaskan kondisi-kondisi yang telah diterangkan sebelumnya. Pendeknya itu bukanlah persoalan subjektif.

Saya menganggap pandangan kaum induktivisme naif tentang ilmu itu tidak benar dan secara berbahaya menyesatkan.

Logika dan Penalaran deduktif

Logika dan Penalaran deduktif

Seorang ilmuan memiliki hokum-hukum dan teori-teori yang universal , maka dari situ dimungkinkan baginya menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin digunakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan dan ramalan-ramalan, misalnya setelah mendapatkan fakta bahwa logam memuai bila dipanasi maka bisa ditarik dari fakta bahwa rel kereta api dibawah terik matahari tanpa celah-celah di tempat-tempat sambungannya akan menggeliat, penjelasan dan penarikan seperti ini disebut penalaran deduktif. Deduksi berbeda dengan induksi yang telah kita bicarakan sebelumnya.

Ramalan dan Penjelasan menurut tafsiran Induktifis

Kita berada dalam posisi untuk dapat memahami dengan cara sederhana fungsi hokum-hukum dan teori-teori sebagai perangkat untuk meramal dan alat untuk member penjelasan didalam ilmu. Kita akan lihat sebuah contoh sederhana :
- Air murni akan membeku pada O derajat Celcius (kalau diberi cukup waktu)
-Didalam radiator mobil saya terdapat air murni
Apabila suhu menurun sampai dibawah O derajat Celcius, air didalam radiator mobil saya akan membeku (kalau diberi cukup waktu)Bagi seorang induktifis, sumber kebenaran bukanlah logika, melainkan pengalaman, yang dapat dilihat hasilnya melalui observasi dan induksi. Dan seperti conoth diatas ramalan ketiga dapat dideduksi dari 1 dan 2.
Contoh yang lain adalah bahwa tetesan air hujan dapat menghasilkan pelangi, tahapan melihat awal tersebut disebut kondisi awal (initial condition). Yaitu penggambaran tentang keadaan-keadaan experimental yang merupakan contoh tipikal dari kondisi awal.
Setelah mengetahui hokum-hukum optic dan kondisi awal tertentu barulah kita mungkin melakukan deduksi yang akan menghasilkan penjelasan tentang terjadinya pelangi. Deduksi ini tidak lagi mesti benar.

INDUKTIFISME NAIF

INDUKTIFISME NAIF

SAIN berasal dari fakta-fakta pengalaman
Pandangan Induktifis Naif :
- Sain bertolak dari observasi & observasi memberi dasar yang kokoh untuk membangun pengetahuan ilmiah diatasnya, sedangkan ilmu pengetahuan ilmiah disimpulkan dari keterangan-keterangan observasi yang diperoleh melalui induksi.
- Bukanlah pertama-tama observasi & eksperimen yang menyebabkan Galileo meninggalkan tradisi, melainkan sikapnya. Baginya fakta-fakta yang diperoleh lewat observasi & eksperimen diperlukan sebagai fakta yang objektif

Menurut pandangan induktifisme naif, ilmu bertolak dari observasi, penganut ilmiah harus memiliki organ-organ indera yang normal dan sehat, dan harus pula secara setia dan jujur merekam apa yang ia lihat, dengan dan sebagainya.
Terdorong oleh sukses-sukses yang telah dicapai oleh pengeksperimen- pengeksperimen besar seperti Galileo mereka makin memandang pengalaman sebagai sumber pengetahuan, penilaian ini dikembangkan hanya semenjak ilmu eksperimental membuahkan hasil-hasil yang spektakuler. “Ilmu adalah suatu struktur yang dibangun diatas fakta-fakta” (J.J.Davies, London: Longman, 1968,8) dalam buku On the Scientific Method.
Dalam hubungan yang dengan situasi yang diamatinya, dan iapun harus melakukan ini dengan suatu alam fikiran tanpa prasangka sedikitpun, pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan dunia, atau beberapa bagian darinya, dapat diperkuat atau ditetapkan sebagai kebenaran dengan cara penggunaan langsung indera-indera pengamatan tanpa prasangka apa pun. Pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan dengan cara demikian itu (keterangan observasi), lalu menjadi dasar untuk menarik hukum-hukum dan teori-teori yang membentuk pengetahuan ilmiah, berikut adalah contoh keterangan-keterangan observasi;
- Pada tanggal 1 januari 1975 jam 12:00 tengah malam, venus nampak pada posisi sekian di langit.
- Mang Asmuni memukul istrinya
- Karet membesar jika dicelupkan kedalam minyak tanah
- Biji-bijian itu akan terbelah dan mulailah pertumbuhan tanaman
Keterangan-keterangan diatas dapat di dicek dengan observasi yang cermat. Seorang pengamat dapat menetapkan atau mengecek kebenaran keterangan-keterangan diatas dengan penggunaan langsung organ-organ indera, dan para pengamat dapat menyaksikan sendiri.
Kini beberapa pertanyaan berikut dapat diajukan, apabila ilmu didasarkan pada pengalaman, lalu bagaimana caranya keterangan tunggal sebagai hasil observasi menjadi keterangan universal yang membentuk pengetahuan ilmiah?
Bagaimana ungkapan-ungkapan sangat umum dan tidak terbatas sebagai pembentuk teori, dapat dibenarkan hanya berdasarkan bukti-bukti terbatas berupa sejumlah keterangan observasi terbatas?
Cara penjelasan yang membawa kita dari serangkaian keterangan tunggal terbatas kepembenaran keterangan universal, yang membawa kita dari bagian-bagian keseluruhan, disebut penalaran induktif, dan proses penalaran demikian itu disebut induksi. Kita dapat kiranya menyimpulkan sikap para induktifis naif dengan mengatakan, bahwa menurut mereka ilmu berdasarkan pada prinsip induksi dapat ditulis sebagai berikut :
Apabila sejumlah besar A telah di observasi pada variasi kondisi yang luas, dan apabila semua A yang diobservasi tanpa kecuali memiliki sifat B, maka semua A memiliki sifat B.
Dengan demikian menurut induktivis naif, batang tubuh pengetahuan ilmiah itu dibangun oleh induksi dengan dasar kukuh yang diperoleh lewat observasi

Jumat, 01 Agustus 2008

PEMBICARAAN KOMUNITAS GENDER

PEMBICARAAN
KOMUNITAS GENDER

Reset penelitian menyatakan permainan anak laki-laki dan perempuan pada masa kecil mempunyai efek pada pergaulan dewasanya nanti. Perempuan pada umumnya berbicara lebih ekspresif dan fokus pada perasaan dan isu perorangan, sedangkan pria berbicara lebih aktif dan dan kompetitif (Aries, 1987; Back, 1988) menyatakan bahwa perbedaan antara pria dan wanita adalah isi materi. Dikotomi tersebut tidak bersifat absolut.
Kita mengetahui dari pengalaman bahwa pria terkadang berbicara ekspresif dan wanita terkadang berbicara dengan aktif(instrumental). Perlu diingat bahwa tidak semua wanita mengkuti cara berkomunikasi wanita dan tidak semua pria menggunakan kebiasaan berbicara kaum pria.

KESALAH PAHAMAN
Komunikasi Antar Gender

Jika wanita bercerita kepada pria tentang persoalan yang menimpanya, maka reaksi pria biasanya pria akan lebih dari sekedar saran, atau pun jalan keluar (tannen, 1990;wood,1994d,1996,1998).

Cara pandang komunikasi laki-laki lebih pada keterlibatan untuk mendukung dengan melakukan sesuatu. Sedangkan komunitas wanita melihat bahwa komunikasi adalah jembatan untuk membangun hubungan persahabatan dengan yang lain. sekalipun wanita selalu menghendaki empati dan berdiskusi tentang perasaan sebelum saran tersebut bermanfaat. Bahkan wanita menganggap laki-laki kurang perduli dan tidak sensitif. Dilain pihak kadang laki-laki merasa frustasi jika wanita menyatakan empati dan suport walaupun sebuah nasehat untuk menyelesaikan masalah.

BAHASA MEMBOLEHKAN Refleksi diri

BAHASA MEMBOLEHKAN
REFLEKSI DIRI

Selain kita menggunakan bahasa untuk merefleksikan apa yang terjadi diluar kita, kita juga merefleksikan diri kita. Sesuai dengan pendapat According to Mead(1934), mereka mempunyai dua aspek kepada pribadi.
Pertama : Refleksi pribadi membuat kita dapat memonitor komunikasi ; sebagai contoh ; “saya sudah banyak berbicara dengan nya, tentang saya tentang kekhawatiran saya nonstop, tapi saya tidak pernah sekalipun menanyakan tentang apa saja kegiatannya disana.” Setelah kita menyadari mungkin kita perlu mengetahui tentang budaya atau kultur komunikasi mereka mungkin berbeda dengan kita, oleh karenanya kita kemudian menyadari perbedaan tersebut kemudian dapat mengambil langkah yang lebih efektif.
Kedua : Refleksi pribadi membuat kita dapat mengatur Images
Kebanyakan dari kita bekerja keras untuk menunjukkan keberadaan diri kita, dan tidak ada yang lain. Kita ingin mempersembahkan Bagian kecil “wajah” dalam menemukan pribadi kita (Ting-Toomey,1988). Karena kita merefleksikan diri kita dari persepsi masyarakat. Karena kita dapat mengadaptasi komunikasi maka kita menunjukkan sisi posisitif sesuai dengan pandangan orang lain.
Ketika anda di interview kerja, maka anda akan berusaha spesial, percaya diri dan komitmen dengan etika kerja.

BAHASA DAPAT memberikan evaluasi,persepsi,hipotesa

BAHASA DAPAT
MEMBERIKAN EVALUASI

Bahasa bersifat tidak netral atau objektif, dan itu berkaitan dengan nilai. Inilah yang disebut kualitas intrinsik dari bahasa. Hal ini sulit, bahkan tidak mungkin, untuk menemukan kata yang netral secara utuh atau objektif, walaupun bagian kata tertentu kita gunakan untuk memperjelas komunikasi kita dan persepsi orang lain.

BAHASA DAPAT MEMBAGI
PERSEPSI – PERSEPSI

Kita menggunakan simbol untuk mengatur persepsi, bagaimana kita mengorganisir efek pengalaman sebagaimana yang mereka maksudkan kepada kita. Menurut type anda dalam memandang seorang teman baik, tergantung dari kesimpulan anda dari sisi kecil seorang teman. Kata tidak pernah berubah tapi versi arti tergantung bagaimana kita mengorganisasikannya. Seperti contohnya musuh(bangsa sendiri) akan menjadi teman dipertempuran tatkala mempunyai musuh lain(penjajah) yang sama-sama mengancam.

BAHASA MEMBOLEHKAN
HIPOTESA PEMIKIRAN

Apa dan menjadi apa yang anda harapkan lima tahun kedepan dari sekarang, apakah anda berfikir akan mendapatkan email dari teman anda tatkala log-on internet malam ini. Untuk menjawab semua ini anda harus dapat menghipotesa, yang didasari pemikiran pengalaman dan idea yang merupakan hal tidak konkrit terjadi sekarang, karena kita berfikir hipotesis maka kita hanya dapat merencanakan, bermimpi, mengingat, merancang hasil, menyiapkan alternatif tindakan, dan membayangkan beberapa kemungkinan.

BAHASA DAPAT MEMPERJELAS MAKNA

BAHASA DAPAT
MEMPERJELAS MAKNA

Kemampuan dasar simbolik adalah definisi. Kita menggunakan simbol untuk menjelaskan pengalaman, orang, dan hubungan, perasaan, dan pikiran. Definisi yang kita utarakan dapat memperjelas maksud dan artinya.

Bahasa dapat mempertajam persepsi, ketika kita memberikan label pada seseorang, kita memfokuskan perhatian pada aspek kecil dari orang tersebut dan aktifitasnya.

Sesuai dengan Joel Best (1989), mengenai korban akibat pemahaman label tentang AIDS, yang dijuluki sebagai masalah moral yang didefinisikan sebagai orang yang telah berbuat dosa, dan disugestikan bahwa solusinya adalah merubah tingkah laku.

Secara kontras menjuluki AIDS sebagai sebuah masalah medis yang menular bagi yang mempunyai hubungan biologis adalah bukan kesalahan dan tanggung jawab mereka. Konsekuensinya solusi untuk AIDS sebagai masalah medis akan ditemukan dalam riset kesehatan dan pengobatan.

PEMBUBUHAN TANDA BACA
MEMPERJELAS MAKSUD DAN ARTI

Dalam menulis kita menggunakan koma, tanggal, dan titik koma untuk dapat menemukan dimana idea berhenti dan kapan dimulai, dan kapan berhenti sejenak diperlukan.
Punctuation/pembubuhan tanda baca ; dapat diartikan permulaan, dan akhiran dari episode interaksi (Watzlawick,Beavin,& Jackson, 1967), Studen Companion: Activity 4.5.

Untuk menentukan maksud suatu komunikasi, kita harus memahami mengetahui kapan pembicaraan tersebut dimulai atau siapa yang memulai pembicaraan tersebut. Tatkala kita tidak setuju maka masalah kemungkinan akan timbul.

BAHASA BERSIFAT SUBJEKTIF

BAHASA BERSIFAT
SUBJEKTIF

Karena suatu simbol bersifat ambigu, abstrak dan arbitrei, maka arti dari kata-kata tidak pernah berdiri sendiri atau absolut. bahkan kita membangun makna dalam proses berinteraksi dengan yang lain dan yang juga terbawa saat berdialog di kepala kita (duck, 1994a,1994;shotter,1993). Maksud dari konstruksi tersebut bersifat simbolik, karena saat kita berbicara kita berfikir tentang kata apa dan apa arti suatu hal yang lain.

Pada manusia bahasa bersifat ambigu dan mempunyai makna yang banyak seperti kata: “Get lost” atau “pergilah” yang dapat berarti benar-benar menyuruh pergi atau hanya bercanda saja. Kata tersebut diatas mempunyai banyak makna, dan akan tergantung dari subjek pembicara dengan pengalaman dan situasi yang berlangsung.


BAHASA YANG DIGUNAKAN MEMPUNYAI
ATURAN PENUNJUK

Komunikasi Verbal ditunjukkan dengan tanpa bicara tapi maksudnya dapat dipahami.
(argyl & Henderson,1985;Schiminof,1980). Pemahaman aturan komunikasi tergantung dari maksud yang dikomunikasikan dan tergantung tingkah-laku dalam situasi yang berfariasi pula.

Sebagai contoh kita paham bahwa orang dalam berbicara pasti bergantian, kita harus berbicara rendah ketika berada diperpustakaan, seperti juga saat kita berbicara dengan keluarga kita secara tidak langsung menggunakan aturan, bagaimana kita berbicara dan kapan saatnya kita menginterupsi pembicaraan orang lain.

BAHASA DAN BUDAYA

BAHASA DAN BUDAYA
Masing-Masing Saling Merefleksikan.

Komunikasi merefleksikan nilai budaya dan cara pandang, dalam hal itu pula bahasa selalu diciptakan atau direproduksi, budaya diberi-nama dan secara otomatis bernilai merupakan hasil dari sub budaya yang lebih kecil. Dengan kata lain bahasa merupakan refleksi dari sudut-pandang dan penghargaan dari sub budaya yang lebih kecil.

Contoh mudah untuk mengetahui sejauh perkembangan budaya pada suatu tempat adalah dengan kita melihat kalender yang digunakan, apakah disana terdapat Thanksgiving, Chrismes, New years Day dan hari libur orang timur dikenali ? apakah dapat menemukan Ramadhan, Saka, Kwanza di kalender ? kalender barat kebanyakan memuat tentang kebiasaan hari besar orang Yahudi dan Kristen.

Contoh hal lain adalah adanya beberapa pepatah yang tiap wilayah memiliki pepatah masing-masing, seperti orang Mexico mengatakan “Barang siapa yang hidup terburu-buru maka akan cepat mati”. Hal tersebut bertolak belakang dengan nilai yang telah berubah di AS sekarang ini, dimana mereka menggunakan pepatah yang lebih populer : “Times is Money”. Yang berarti waktu adalah uang dan pasti menunjukkan harus bergerak cepat, cekatan dan jangan ketinggalan untuk mencari uang.

Di Cina terkenal pepatah “its no need to know the person, only the family”(smovar & porter 2001), yang berarti cukup melihat keluarganya saja untuk menilai seseorang, hal tersebut tentu tidak tepat, tapi paling tidak ungkapan tersebut telah menggambarkan bagaimana bangsa cina berpandangan dan memandang seseorang pada masa pepatah terebut masih dipercaya dan digunakan.

Lambang budaya yang sering nampak pada perayaan hari raya imlek dengan ornamennya seakan menggambarkan bagaimana bangsa cina memiliki nila seni yang begitu tinggi, begitu indah dan semarak-nya sekaligus hal tersebut menjadi ciri dari nilai budaya dan dan keberadaan mereka.

BAHASA ADALAH SESUATU YANG ABSTRAK

BAHASA ADALAH SESUATU YANG
ABSTRAK

Bahasa bersifat abstrak, tidak konkrit atau tangeable, kata mewakili, idea, orang, peristiwa, objek, perasaan, tapi kesemuanya tidak mewakili apa yang tampak terlihat, sebagaimana simbol yang kita kenal menjadi semakin abstrak.

Sepasang kanselor Aaeron Back(1989), menyatakan ; distorsi pada banyak bahasa terjadi karena pandangan tentang suatu hubungan. Mungkin mereka telah memberikan statemen negatif, seperti : “Kamu selalu menginterupsi saya”, dalam banyak peristiwa, hal ini telah menjeneralisasi dan hal tersebut tidak seluruhnya akurat.

Kita dapat mempelajari kesalah pahaman tersebut dengan menggunakan bahasa yang lebih spesifik, dan akan lebih jelas jika mengatakan ; “saya harap anda tidak menginterupsi ketika saya berbicara” dari pada mengatakan “jangan menjadi dominan”.

Seperti juga ungkapan lain : “laki-laki jangan memakai dasi dan perempuan jangan memakai syal pada hari jumát” dari pada mengatakan :”Berpakaian santai adalah lebih baik pada hari jumát”.

BAHASA BERSIFAT AMBIGUOUS (AMBIGU)

BAHASA BERSIFAT
AMBIGUOUS (AMBIGU)

Bahasa bersifat ambiguous karena mempunyai arti dari kata yang tidak mutlak atau tepat. Teman yang baik berarti seseorang yang keluar hanngout ketika berkumpul dengan yang lain dan beberapa orang yang percaya serta yakin dengan yang lainnya.

Term “affordable clothes” berarti sesuatu yang berbeda kepada orang lain yang memakai pakaian ukuran minim dan kepada orang yang kaya. Kata-kata bisa sama tapi apa yang mereka artikan bisa saja beragam, yang merupakan hasil pengalaman-pengalaman yang unik.

Walaupun kata-kata tidak menunjukkan arti yang tepat kepada setiap seseorang. Sebagaimana sebuah budaya beberapa simbol yang telah disepakati dengan arti yang sama. Contohnya penggunaan warna bendera kertas kuning sebagai simbol kematian sedang untuk daerah lain dapat berarti pernikahan.

Seperti halnya kita semua tahu bahwa anjing makhluk yang mempunyai empat kaki. Hal tersebut didasari pengartian pribadi dan pengalaman dengan mereka. Didalam bahasa kita tidak hanya belajar tentang arti, jumlah dan masyarakat.


Di AS, anak-anak tidak cuma belajar bahwa anjing itu makhluk empat kaki, tapi lebih dari itu dapat membunuh dan dapat dimakan. Kita menerima asumsi/arti kata-kata hal yang sama kepada yang lain sebagaimana yang mereka lakukan pada kita. Karena bahasa bersifat ambiguous walaupun tidak selamanya manusia setuju arti tersebut.

Ambiguity selalu selalu ada dalam persahabatan dan hubungan yang romantis, seperti ; Martina memberitahu pacarnya bahwa dirinya merasa tidak diperhatikan, artinya ia menginginkan didengar lebih dekat, seperti yang dikatakannya. Walaupun dia sebernarnya mengharapkan lebih sering di telepon dan membukakan pintu untuknya.

CEO perusahaan memberitahukan kepada para karyawan untuk membatasi pemakaian komputer saat bekerja. Yang dimaksud CEO adalah agar para karyawan berhenti untuk menggunakan komputer untuk chatting dengan keluarga dan teman-teman.
Tapi para karyawan berfikir bahwa mereka diharapkan berhenti mengirim atau menjawab surat tentang berita perusahaan yang diluar spesifikasi pekerjaan mereka.

Disesuaikan dengan persahabatan counselors, bahasa ambiguous adalah masalah yang umum antar individu.(Beck.1988). seorang istri meminta suaminya untuk lebih sensitif, tapi dia dan suaminya mempunyai pemahaman yang berbeda tentang yang dimaksud dengan sensitif.

Sama halnya, menyampaikan kepada supervisor bahwa anda akan menghargai komentar terhadap kualitas pekerjaan bukan kalimat yang “mencerminkan jenis feedback atau aspek performen pekerjaan anda yang anda tangani”.

Untuk memperkecil masalah ambiguity, adalah penting untuk menjernihkannya segera mungkin saat berkomunikasi. Seperti akan lebih efektif untuk mengatakan : “saya mengharapkan sekali anda dapat memberikan penilaian/assesment dengan jujur terhadap tulisan laporan saya” dari pada anda mengatakan “saya harap anda memberi saya feedback”.

BAHASA ARBITRARY

BAHASA ARBITRARY
(Tidak Statis)


Bahasa bersifat arbitrary, maksudnya adalah kata-kata tidak dapat secara asli sebagaiman yang mereka tunjukkan. Buku kata tidak jujur, atau mempunyai hubungan dengan yang mereka baca sekarang. Semua jenis simbol itu arbitrary karena kita bisa saja dengan mudah menggunakan simbol orang lain selama simbol tersebut sudah disetujui/diterima oleh pemahaman dan pengertian mereka.

Kadang kata-kata terlihat betul karena sebagian kelompok masyarakat setuju dalam menggunakan kata tersebut untuk tujuan tertentu. Abritrary bahasa yang murni menjadi jelas – terkadang humoris – ketika kita menjelaskan tentang arti dari kata kita yang tidak mempunyai arti yang sama dengan bahasa yang berbeda, seperti kata Gedang dalam bahasa sunda dapat berarti Pepaya sedang dalam Bahasa Jawa dipahami sebagai Pisang, seperti juga kata “Atos” dalam bahasa Sunda berarti “Sudah” sedang dalam bahasa Jawa Serang berarti “ “Keras”, kata ‘Amis’ dalam bahasa sunda berarti ‘manis’ sedang dalam bahasa daerah lain berarti bau tidak sedap pada ikan.

Karena bahasa bersifat arbitray, maka arti dari kata-kata dapat berubah setiap waktu. Di dunia lain bahasa sangat dinamis, pada tahun 1950an, “gay” diartikan sebagai orang yang “Perlente” ”Lighthearted”(berhati mulia) dan sudah menikah, sedangkan saat ini seorang “gay” diartikan orang yang “homoseksual”.

Kata-kata “geek” dan “nerd” dipakai sebagai kata insults(penghinaan), tapi hari ini makna dari kata tersebut berubah menjadi hal menandakan orang yang dikagumi yang sangat ahli dalam teknologi.

Bahasa kita selalu berubah tatkala terbentuk dunia baru. Beberapa orang amerika afrika mulai menggunakan rasa tidak hormat sebagai istilah untuk mengungkapkan merendahkan seseorang. Sekarang term rasa tidak hormat dan bentuk singkat, penolakan, ditunjukkan dengan berbagai bahasa. Singkatnya mempelajari kata dan bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk di perdalam karena termasuk pokok akar pemahaman kita dalam berkomunikasi dengan orang lain dimanapun dan kapanpun.

The World Of The Words

The World Of The Words
(DUNIA KATA-KATA)

“Batas bahasa-ku menunjukkan batas dunia-ku” (Ludwig Wittgenstein)
“Lidah mempunyai kekuatan hidup dan mati” (Poverbs 18.21)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan refleksi dari isi hati atau pikiran yang kita miliki, bahasa keluar dari mulut kita melalui proses pembicaraan dihati, bisikan, ilham/spontanitas atau inisiatif/ide dari buah pikir yang kemudian kita mengenalnya dengan istilah simbol. Dengan refleksi dan simbol-simbol tadi manusia dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya, saling berkomunikasi, bertukar pikiran dan pendapat juga keluhan dan jalan keluar.

Dari komunikasi dan interaksi tersebut muncul kemudian istilah-istilah baru yang lahir dengan sendirinya, terkadang menjadi istilah lokal pada komunitas wilayah tertentu, dan diwilayah lain bisa jadi mempunyai arti dan maksud yang berbeda.

Penggunaan istilah, ucapan, ungkapan, kode isyarat, warna, simbol dan lainnya akan menjadi lebih menarik jika kita pernah mengalami hal tersebut kemudian kita pun bertukar cerita tentang hal tersebut, maka setelah kita mengetahui menariknya pembahasan tentang bahasa dan simbol di dunia ini penting pula jika kita mempelajari tentang makna-makna yang terkandung dalam dimensi-dimensi kultur kehidupan kita yang beragam di dunia ini.

Penggunaan makna suatu ucapan disetiap tempat memang memiliki perbedaan tertentu dan arti yang tertentu pula seperti yang telah dialami oleh Manufacture Dr. Pepper mempelajari ini ketika memasarkan produk softdrink tidak berhasil di “kerajaan” AS. Ungkapan “I’m a pepper” means “I’m prostitute” (Lipper,1999).

Bagaimana mengkomunikasikan Emosi dengan Efektif

Petunjuk bagaimana mengkomunikasikan Emosi dengan Efektif
Guidelines for communicating emotions effectively

Mengidentifikasi Emosi Kita
Identify Your Emotions

Sebelum kita mengkomunikasikan emosi kita kita harus terlebih dahulu mengidentifikasikan perasaan kita sesungguhnya. Emosi merupakan campuran dari perasaan. Jadi kita harus mengetahui perasaan yang paling dominan dalam diri kita.

Pilihlah Cara Bagaimana Mengkomunikasikan Emosi Anda
Choose how to communicate your emotions

Pertama dengan muka mengekspresikan apa yang kita rasakan itu yang kita tunjukan kepada orang lain, kedua memikirkan dengan bijaksana atau ingin meminta belas kasihan tentang apa yang kita rasakan dan ingin memikirkan apa yang kita ceritakan apa menyakiti perasaan orang lain atau tidak.
Empat kriteria pedoman bagaimana kita mengekspresikan emosi kita: pertama menguraikan keadaan yang sekarang. Tetapi terkadang kita tidak ingin memberitahukan apa yang kita rasakan terhadap orang lain dan kita menyimpanya sendiri tetapi terkadang kita juga ingin memberitahukan apa yang kita rasakan terhadap orang lain dan kita berharap orang lain mau menyimpanya dan sebagai teman yang baik pasti akan selalu ada kita.
Ketiga mempunyai standar ukuran untuk menyeleksi waktu yang tepat untuk mendiskusikan perasaan kita. Terkadang seseorang tidak dapat mendengarkan keluhan kita dengan baik, bisa dikarenakan faktor psikologi, fisik yang mempengaruhi dalam menjadi pendengar yang baik terhadap keluhan kita. Dan yang terakhir menyeleksi setting untuk mendiskusikan perasaan yang pantas. Menceritakan cerita yang gembira ketika dekampus atau ke mall atau menceritakan hal yang sedih tidak diruang publik.

Rasakan Bagaimana Perasaanmu Berbicara
Own Your Feelings

Seperti I language dan Y language. I language dimana bukan orang lain yang bertanggung jawab akan perasaan kita dan Y language dimana kita yang bertanggung jawab akan perasaan kita.

Perhatikan Hatimu berbicara
Monitor Your Self Talk

Adalah komunikasi didalam diri kita sendiri, ketika kita memutuskan tidak marah ada emosi yang bekerja apakah kita akan mengekspresikan persaan kita atau tidak. Dan kita harus memonitor semua persaan yang ada didalam diri kita.

Belajar mengadopsi Emosi rasional, dalam menangani perasaan
Adopt Rational-Emotive Approach To Feelings

Mengembangkan cara berpikir rasional untuk memberikan tantangan kelemahan berpikir tentang emosi kita dan menggali konsep diri kita dan hubungan interpersonal. Langkah pertama ; memonitor emosional kita terhadap suatu kejadian dan tekanan, kedua; mengidentifikasikan kejadian dan situasi yang menimbulkan respon yang tidak menyenangkan. Ketiga ; mendengarkan kata hati dan isi yang dikepala.

Merespon Dengan Sensitif Saat Orang Lain Curhat
Respond Sensitively when Others Communicate Emotions

Sensitif terhadap perasaan yang diekspresikan dan mempunyai keahlian dalam mendengar dan merespon yang lainya ketika membagi perasaanya terhadap diri kita. Memberikan solusi terhadap terhadap ekspresi emosinya bukanlah hal yang palig pertama dibutuhkan dalam menerima ekspresi emosi dari orang lain, tetapi yang paling penting memberikan kebebasan kepadanya dalam mengekspresikan emosi, dengan demikian membuat kita melibatkannya dalam diskusi tentang emosinya, menerima penjelasan emosinya dan menjadi pendengar yang baik kemudian mendiskusikannya secara berkelanjutan semua hal itu dapat menujukan empati kita terhadapnya dan mengkonfirmasikannya kembali.

KESIMPULAN

Kita dapat berpikir dalam perbedaan pandangan dan pengalaman dalam mengekspresikan emosi-emosi kita. Dari review teori-teori kita sebelumnya kita melihat emosi dari segi psikologi, persepsi, bahasa dan dimensi sosial. Dan kita juga belajar mengapa beberapa alasan untuk tidak mengekspresikan emosi kita atau tidak efektif dalam mengekspresikan emosi kita terhadap orang lain. Akhirnya kita fokus dengan petunjuk bagaimana secara efektif mengekspresikan emosi kita atau merespon perasaan kita terhadap orang lain dengan cara mengidentifikasikan perasaan kita, memilih bagaimana kita mengkomunikasikan emosi kita, perasaan kita, monitor diri, mengadopsi secara rasional pendekatan emosi kita dan menrespon secara sensitif emosi kita terhadap yang lain.
Kita tidak selalu dapat mengidentifikasikan komunikasi emosi kita mudah dalam segala situasi. Bagaimanapun kita dapat memberikan fondasi untuk mengerti dan menrespon perasaan kita secara efektif terhadap orang lain.


Daftar pustaka
Wood, Julia T, 2004. Interpersonal Communication, 4th Edition.

Ekspresi Emosi yang tidak efektif

Ekspresi Emosi yang tidak efektif
Ineffective Expression Of Emotions

Berbicara dengan bahasa yang umum
Speaking in generalities

“I feel Bad”, atau ungkapan “I am happy” , “I am sad” pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan suatu ekspresi emosi, tapi ungkapan tersebut tidaklah efektif, karena kalimat tersebut terlalu umum dan abstrak, karena hal tersebut tidak mengkomunikasikan dengan jelas apa yang dirasakan oleh pembicara. Ketika kita menyatakan perasaan kita terhadap komunikan kita sebaiknya menggunakan bahasa yang lebih jelas.

Jangan Menggunakan bahasa I & You
Not owning feelings

“Kamu membuat saya marah”, kalimat tersebut sangatlah umum, dimana kalimat tersebut ada seseorang yang membuat kita marah. Kalimat yang tepat menggantikan kalimat diatas adalah ; “Kamu membuat saya marah tatkala saya menyuruh kamu untuk menghubungi saya kemudian kamu tidak menghubungi”

Mengekspresikan bahasa emosi
Counterfeit emotional language

“Whay can’t you leave me alone”, kalimat tersebut masih sangat umum, hal tersebut dapat berarti menunjukkan orang yang sedang stress atau depresi menjelang deadline, atau keinginan menyendiri untuk menenangkan diri, atau ketidak sukaan terhadap orang yang datang. Perkataan tersebut akan menjadi efektif jika kita memberikan kalimat yang lebih jelas, seperti : “Tolong tinggalkan saya sendiri, saya ingin menenangkan diri”.

Alasan Kenapa kita tidak mengekspresikan Emosi

Alasan Kenapa kita tidak mengekspresikan Emosi
Reasons We May Not Express Emotions

Kadang-kadang kita menggunakan keputusan etis untuk tidak mengekspresikan emosi yang dapat menyakiti hati orang lain. Mungkin kita akan menulis dalam jurnal pribadi atau berbicara tentang mereka kepada konsultan/psikiater atau teman yang kita tidak ingin terganggu oleh mereka. Memilih untuk tidak mengekspresikan emosi dalam situasi tertentu atau kepada beberapa orang merupakan hal yang konstruktif dan baik.

Peneriamaan Lingkungan Sosial
Social Expectations

Di Amerika Serikat ekspresi emosi pada umumnya tidak disenangi, terutama pada lelaki, walaupun kuat, model pendiam dan lelaki baik-baik seperti yang dicontohkan John Wayne sudah tidak lagi terkenal, lelaki lebih mengharapkan menjadi lebih kuat menahan emosi dibanding wanita. Pada hal lain lelaki lebih menunjukkan emosi kemarahan, dimana kemarahan menunjukkan powerfull yang diperbolehkan dan dihargai dikalangan pria.

Cepat tersinggung
Vulnerability
Alasan kedua kita tidak dapat mengekspresikan emosi kita adalah hal tersebut dapat mengakibatkan sesuatu dalam melihat kita. Kita khawatir jika seseorang tidak menyukai kita jika kita memperlihatkan kemarahan kita pada mereka. Kita juga khawatir jika orang lain tidak lagi menghormati kita tatkala melihat sikap kita yang terlihat lemah atau penakut. Kita juga boleh khawatir jika menunjukkan begitu dalam kita menaruh perasaan terhadap orang lain, kemudian mereka menolak kita, lebih dari itu kita harus waspada bahwa orang lain akan menggunakan rahasia intimate/pribadi kita untuk melawan dan menjatuhkan kita.
Untuk menjaga kita dari hal yang dapat menyinggung orang lain, kita dapat menyembunyikan emosi kita secara verbal ataupun nonverbal.

Melindungi Orang Lain
Protecting others

Alasan kenapa tidak mengungkapkan karena takut menyakiti dan membuat sedih yang lain. Jika kita mengungkapkan persaan kecewa kita terhadap teman kita, maka hal tersebut dapat menyakiti perasaannya.
Usaha untuk menahan ekspresi emosi untuk melindungi yang lain amatlah kuat terlihat pada budaya Asia. (Johnson,2000;Min,1995;Ting-Toomey&Oetzel,2002)

Aturan Sosial dan Profesionalisme
Social and profesional roles

Hal lain yang menjadi alasan kita tidak boleh mengekspresikan emosi adalah hal tersebut tidak sesuai dengan profesionalitas/pekerjaan/jabatan yang kita laksanakan.
Misalnya seorang pengacara menangis ketika mendengar cerita sedih dari seorang saksi dan hal tersebut membuat terlihat tidak profesional. Atau seorang perawat dan dokter yang memarahi pasien dapat dianggap tidak profesional.

Efek perbedaan pandangan tentang Emosi

Efek perbedaan pandangan tentang Emosi
The impact of different views of emotions

Jika kita berpikir tentang dampak emosi dapat mengontrol pengalaman kita dalam mengkspresikanya setiap hari. Dilain hal emosi dapat saling mempengaruhi kita dapat menganalisis perasaan kita dan dapat merubahnya dan kita mempunyai kekuatan untuk dapat melakukan semuanya itu. Mempunyai pengaruh yang kuat tentang apa yang kita rasakan dan lakukan, kita memonitor perasaan kita dan membuat pilihan bagaimana kita mengekspresikannya. Memang semuanya kita tidak dapat mengontrolnya tetapi kita dapat menggunakan beberapa upaya. Tidak mudah membagi dengan jelas diantara apa yang kita rasakan dan bagaimana mengekspresikannya karena semuanya itu saling mempengaruhi dalam proses emosi.

Kondisi Sosial mempengaruhi emosi

Kondisi Sosial mempengaruhi emosi
Social influences on emotions

Seperti yang telah kita pelajari terdahulu, bahwa persepsi terpengaruh oleh kondisi sosial kelompok yang bersangkutan dan juga budaya secara keseluruhan.
Sosial masyarakat dan komunitas dimana kita tinggal mempengaruhi apa yang kita lihat atau tidak kita lihat, bagaimana kita menerjemahkan, mengorganize, dan merespon atas apa yang kita lihat.
Sebagai contoh ; emosi rasa malu lebih banyak pada tradisi masyarakat Asia dibanding masyarakat Barat, inilah yang menjelaskan bagaimana 95% orang tua di China melaporkan bahwa anak mereka mengerti rasa malu sekitar umur 3 tahun, yang hanya terdapat 10% orang tua anak AS melaporkan hal seperti itu. (Shaver,schwartz,Kirson & Oconnor,1987;Shaver,Wu,& Schwartz,1992).

Tiga Kunci Konsep Emosi
Three key concepts
1. Framing Rules
Emotional meaning of situation.
Emosi menunjukkan situasi yang sedang terjadi
2. Feeling Rules
What we have a right to feel or what we are expected to feel in
particular situations (Q p. 191, 193) deep acting – surface acting.
Apa yang kita rasa benar menurut perasaan kita atau apa yang kita harapkan untuk dapat dirasakan dalam situasi tertentu, hal mendalam – hal biasa. (Q p. 191, 193)
Mengambarkan apa yang kita rasakan dengan benar dan harapkan dalam segala situasi yang khusus.
Contoh: kamu seharusnya tidak kelihatan buruk dan lainya.

Feeling rules dalam setiap keluarga berbeda dalam mengajarkan anak-anaknya Deep acting belajar tentang yang boleh dan tidak boleh mereka rasakan. Contohnya mengucapkan terimakasih atas hadiah yang diterima dan jangan marah jika mainanya diambil saudaranya dilain pihak Surface acting dimana orang tua mengajarkan mengontrol ekspresi atas emosi, dan tidak mengontrol apa apa yang dia rasakan. Contohnya: mengucapkan terimakasih atas hadiah mainanya dan jangan memukul saudaranya ketika diambil mainanya.
3. Emotion work
The effort to generate what we think are appropriate feelings in particular situations.
Suatu usaha untuk menghasilkan apa yang kita pikirkan harus sesuai dengan perasaan dalam situasi yang sesuai pula.

Kondisi Jiwa mempengaruhi Emosi

Kondisi Jiwa mempengaruhi Emosi
Physiological influances on emotions

Pernahkah kamu merasakan “knok” pada perut anda tatkala anda kembali menjalani ujian dengan hasil yang rendah? Jika ia, maka pengalaman reaksi psikologis anda telah mempengaruhi.
Selaras dengan beberapa teori yang dipercaya bahwa kita mengekspresikan emosi saat adanya stimuli/rangsangan eksternal yang menyebabkan perubahan psikologis pada kita. Inilah yang disebut sebagai Organismic view of emotions.

Stimulus--- psikologi respon --- emotion

HAL YANG ALAMI DARI EMOSI

HAL YANG ALAMI DARI EMOSI
The Nature of Emotions

Walaupun emosi merupakan fitrah manusia, tapi ternyata tidaklah mudah untuk mendefinisikan emosi secara tepat.

(Kemper, 1987) berpendapat bahwa berdasarkan suatu penelitian emosi dapat dibagi kedalam dua macam :
- Berdasarkan biologis dan insting yang universal
- Apa yang kita pelajari dari interaksi sosial

Berbeda dengan pendapat Tavris pada bukunya 1989, book Anger : The Mis Understood Emotion, Carol Tavris, beralasan bahwa kemarahan tidaklah murni dari unsur dasar manusia atau insting semata, Tavris menunjukkan bahwa pengalaman kita dalam mengekspresikan kemarahan terpengaruh oleh interaksi sosial seperti halnya kita mempelajari dimanapun dan kapanpun saat kita merasa ingin marah.

Contohnya adalah ; kita belajar bagaimana kita merasa bersalah atau takut, kita belajar dari orang lain dan melihat kebanyakan orang saat merasakan rasa terimakasih, juga kekesalan.

Hampir semua akademisi setuju bahwa pengalaman emosi merupakan hal menyeluruh melibatkan banyak hal, tidak berdiri sendiri atau individual.

Paul Ekman & Richard Davidson (1994) telah melakukan riset penelitian tentang emosi dan lingkupnya bahwa “campuran” emosi adalah bersifat umum.

Sebagai contoh anda akan merasakan dua hal secara bersamaan seperti halnya saat kelulusan/wisuda atau merasakan terimakasih juga bersyukur ketika orang lain menolong anda.

Emotions and Communication

Emotions and Communication

“If you and I were to change places, I could talk like you.”
(the book of job)

“Jika kamu dan saya bergantian tempat, saya ingin berbicara seperti kamu”

Julia T. Wood 4th edition 180


EMOSI
Emotion

Emotional intelligence is the ability to recognize which feeling are appropriate in which situationsand the ability to communicate these feelings effectively
(Goleman 1995a,1995b,1998;Goleman,Boyatzis,&Mackee,1998)

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan yang tepat dalam situasi tertentu yang sesuai, dan kemampuan untuk berkomunikasi perasaan tersebut dengan efektif. (Goleman 1995a,1995b,1998;Goleman,Boyatzis,&Mackee,1998)

Orang yang memiliki intelegensi emosi yang tinggi EQs, lebih disukai dari pada dari pada orang yang rendah EQs. Mampu membuat senang yang lain dalam pergaulan, nyaman dengan diri mereka sendiri, dan dapat sukses dalam berkarir dan bekerjasama dengan orang lain.

Tes Standar Intelegen : (Standart Intellegence Test)
- Dapat menjaga perasaan anda.
- Dapat mengatur emosi tanpa terpengaruh orang lain.
- Tidak mudah menyerah dan kemarahan yang membuat pasrah.
- Memberikan solusi (perasaan) untuk dapat mencapai tujuan anda.
- Dapat mengerti situasi orang lain tanpa harus di ucapkan.
- Mendengarkan perasaan sendiri dan orang lain, dan anda dapat belajar dari mereka.
- Mempunyai rasa optimis yang kuat, terhadap hal yang realistis.

Kecerdasan emosi lebih dari pada memahami perasaan anda sendiri, lebih dari itu adalah mampu mengekspresikan emosi secara konstruktif.

Minggu, 13 Juli 2008

MODEL OF INTERPERSONAL COMMUNICATION

MODEL OF INTERPERSONAL COMMUNICATION
(Model Komunikasi Interpersonal)

Model ; mereka selalu berusaha mempersembahkan “apa barang itu” dan bagaimana “barang itu bekerja”. Sebenarnya model dari komunikasi interpersonal amatlah sederhana, tapi kemudian menjadi berlebihan (dibuat-buat) ketika kita melihatnya dalam proses.

MODEL LINIER
Model interpersonal komunikasi pertama adalah(Laswell,1948) Model Linier atau komunikasi satu arah, dimana proses satu orang berinteraksi dengan orang lain. hal tersebut merupakan model verbal berupa konsistensi dari lima pertanyaan yang menjawab proses kejadian hasil dari komunikasi ;
Apa ?
Mengatakan apa ?
Menggunakan chanel apa ?
Kepada Siapa ?
Dengan efek apa ?

PARTICIPATING EFFECTIVELY IN A DIVERSE SOCIETY

PARTICIPATING EFFECTIVELY
IN A DIVERSE SOCIETY
(Berpartisipasi efektif dalam lingkungan yang beragam)

Untuk memperjelas tentang teori Maslow, saya ingin tambahkan ke-6, satu hal yang dipahami dengan baik ketika Maslow mengembangkan teorinya. Robert Shuter menyatakan bahwa pemahaman dan interaksi dengan kultur yang lain adalah “satu hal terpenting tentang isu komunikasi global”.(1990,hal.241) kita semua perlu dan membutuhkan bagaimana berkomunikasi efektif dengan keberagaman dunia yang lebih tinggi.
Untuk mengfungsikan lebih efektif didunia yang terbentuk beragam ini, kita harus belajar bagaimana berkomunikasi dengan cara menunjukkan pengertian dan rasa hormat kepada yang lain, dan cara lain dalam berkomunikasi.
Saat berinteraksi dengan yang lain, kita belajar pengalaman, nilai, pakaian, gaya hidup yang berbeda dengan milik kita, dalam berinteraksi, manusia berusaha memahami perbedaan mereka dan kemiripan mereka, dan mepromosikan perkembangan dirinya. Sebagaimana menurut Harlan Cleveland(1995) mengatakan ; ketika menyatakan tentang masyarakat social masa depan, adalah hal yang sangat penting adalah seluruh manusia belajar bagaimana dapat berbeda bersama-sama (hidup bersama dalam perbedaan).

THE INTERPERSONAL IMPERATIVE

THE INTERPERSONAL IMPERATIVE
Sangat pentingnya Komunikasi Interpersonal

Pernahkah anda berpikir kenapa kita harus berkomunikasi dengan yang lain ? psykolog William Schutz (1966) mengembangkan teori interpersonal yang dibutuhkan, yang menyatakan bahwa kecenderungan kita untuk menciptakan dan menata hubungan tergantung pada sebaik apa mereka mempertemukan tiga unsur dasar yang dibutuhkan (interpersonal basic). Yang pertama adalah perhatian, dan rasa untuk memberi dan menerima cinta dan suka. Kebutuhan kedua adalah inclusion (diakui keberadaannya) yaitu rasa menjadi makhluk social dan menjadi bagian dari group. Kebutuhan ketiga adalah kontrol, yaitu perasaan untuk dapat mempengaruhi atau didengar oleh orang lain atau dalam kehidupan kita.

PHYSICAL NEEDS (Kebutuhan Psikologis)

Pada Kebutuhan mendasar manusia adalah dapat bertahan, dan komunikasi dapat membantu mempertemukan kita dengan hal tersebut. Untuk bertahan seorang bayi harus memberitahu yang lain ketika mereka lapar atau sakit. Dan orang lain harus merespon hal tersebut atau bayi dapat mati. Selain dapat bertahan, anak-anak membutuhkan interaksi untuk dapat maju. Linda Mayes seorang psikolog anak di Yale University, melaporkan seorang anak dapat kelaparan dan menderita jika mereka trouma saat mereka kecil, hal tersebut dapat menambah stress hormonal yang dapat mengganggu control emosi, seorang dewasa yang masa kecilnya kelaparan dapat mengalami kekurangan daya ingat, penakut, hiperaktif, dan impulsive.

SAFETY NEEDS (Kebutuhan Keamanan, Kenyamanan)

Kita selalu membutuhkan rasa nyaman dan aman saat berkomunikasi, jika atap-mu lepas atau rayap sudah menyerang apartemenmu, kamu harus berbicara dengan manajer properti atau pemilik untuk mendapat solusi dan anda akan mendapatkan atap yang aman. Jika seseorang mengancam dirimu maka anda akan menghubungi staf hokum/ keamanan untuk mendapatkan perlindungan, itulah beberapa contoh upaya yang kita lakukan untuk mendapatkan rasa aman. Komunikasi selalu dibutuhkan untuk melindungi kita dari gangguan lingkungan sekitar kita.

BELONGING NEEDS (Kebutuhan Pengakuan Sosial)

Level ketiga dari Hirarki Maslow adalah Hak Milik/Kepemilikan, atau status social, kita semua membutuhkan yang lain untuk bahagia, menikmati hidup, untuk merasa nyaman saat bekerja, dan menambah pengalaman. Kita menginginkan perusahaan lain, penerimaan dan kerjasama, penegasan pengakuan, dan kita membutuhkan penerimaan dan pengakuan kepada yang lain, kita berkomunikasi untuk menemukan status social dengan berbicara kepada orang lain, berbagi rasa secara online, nonton film bareng, dan bekerjasama dalam tim projek. Sehingga anda dapat menemukan informasi baru dan tentang lingkungan dan diri anda.

SELF ESTEEM NEEDS (Kebutuhan untuk di hargai/dihormati)

Lanjutan dari Hirarki Maslow, kita menemukan tentang, kebutuan untuk dihormati/dihargai yang mencakup nilai dan penghormatan dari orang lain atau diri kita. Sesuai dengan penjelasan terdahulu bahwa seorang anak mulai membentuk image dirinya dimulai dari anggapan anggota keluarga kepada dirinya, apakah dia lamban, pintar, cantik dll. Begitu juga orang dewasa, mendapatkan jati diri setelah menerima anggapan dan pendapat orang lain.

SELF ACTUATING NEEDS (Kebutuhan beraktualisasi diri)
Sesuai dengan pandangan Maslow, sebagian besar kebutuhan abstrak manusia adalah Aktualisasi diri(Maslow 1945/1870), ‘Menemukan aktualisasi diri dengan kemajuan penuh dan menggunakan kecerdasan, kemampuan, dan potensi unik dari diri kita’(hal.150).
Untuk mencapai ini kita perlu menemukan potensi diri yang sudah ada, yang mungkin sudah kita miliki. Sebagai manusia kita membutuhkan tidak hanya bertahan, rasa aman, pengakuan, dan penghormatan, kita selalu berkembang dalam pertumbuhan kita. Untuk menjadi diri kita secara penuh menjadi orang yang “mengaktualisasikan diri” kita harus memegang ide yang selalu kita tumbuhkan, kembangkan, dan yang selalu kita rubah.

A FIRST LOOK AT INTERPERSONAL COMMUNICATION

A FIRST LOOK
AT INTERPERSONAL COMMUNICATION
“Exploration is really the essence of the human spirit”
“Ekspresi benar-benar merupakan esensi dasar dari semangat manusia”

The interpersonal imperative
Participating effectively in a diverse Society
Model of interpersonal communication
Difining interpesonal communication
Principles of interpersonal communication
Guidelines for interpersonal communication


PENDAHULUAN

Kamu telah di interview selama kurang lebih 2 bulan dan selama itu kamu belum mendapatkan satu pekerjaanpun, setelah interview-interview tersebut tidak menghasilkan, kemudian anda pergi keteman terdekat dan menanyakan kenapa terjadi seperti itu. Walaupun hanya untuk menyatakan rasa simpati, teman anda menyarankan agar pergi makan siang dan berdiskusi. Memesan pizza, anda memperlihatkan bahwa anda mulai khawatir tidak dapat pekerjaan dan anda memikirkan apa yang terjadi dengan diri saya.
Teman anda mendengarkan dengan seksama, dan dia bercerita kepadamu tentang temannya yang lain yang juga belum mendapat pekerjaan. Paling tidak anda tidak merasakan hal tersebut sendirian.
Saat anda mendengarkan padanya rasa kurang percaya diri anda mulai terobati, sebelum pergi dia memberitahu anda tentang website yang bernama Virtual interview yang mempersilahkan anda untuk melatih kemampuan komunikasi dan kerja dengan anda untuk ditingkatkan dengan beberapa strategi baru mengenai interview. Anda merasakan banyak dibantu setelahnya.
Interpersonal merupakan hal yang central(penting), bagi kehidupan keseharian kita, kita membutuhkan orang lain untuk membantu yang terjadi pada kehidupan diri kita dan membantu masalah kita dengan seksama. Kita ingin mereka berbagi kekhawatiran dan kesenangan kita, dengan kata lain kita menginginkan orang lain memberikan rasa percayadiri pada kita, dan perkembangan profesional kita.
Teman-teman dan “teman dekat” kita yang mempercayai kita selalu bisa membantu untuk menanggulangi rasa kalah tersebut, dan bisa menjadi lebih baik dari pada yang kita inginkan. Staff pekerja yang memberikan kita nasehat dan solusi membantu kita untuk meningkatkan keefektifan kita pada pekerjaan. Dan terkadang kita cuma ingin hangout bersama teman yang kita percaya dan kita sukai.

Rabu, 02 Juli 2008

Strategi Perang Urat Saraf

Strategi Perang Urat Saraf

Karena perang uarat saraf itu merupakan metoda komunikasi dan menjadi objek studi ilmu komunikasi, maka strategi perang urat saraf adalah strategi komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, dalam hubungannya dengan stretegi perang urat saraf ini disarankan untuk menggunakan pendapat para ahli :
Harold Lasswell : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
Gerhard Maletzke : The goals which the communicator sought to achieve
Herbert W. Simons : Situational Context
William E. Daugherty : Propapaganda clasification :
• white propaganda
• black propaganda
• gray propaganda
Harcourt, Brace & Co. : The devices of propaganda :
• name calling
• glittering generality
• transfer
• testimonial
• plain folks
• card stacking
• bandwagon (1994 : 167)
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendy dalam cara menelaah proses perang urat saraf untuk menyusun suatu strategi sebaiknya dalam bentuk pertanyaan berikut :
• Siapa yang akan dijadikan sasaran ?
Dapat ditujukan pada pihak musuh, pihak netral, dan pihak yang bersimpati, tetapi tujuan akhir sasaran (the goals which the communicator sought to achieve) adalah sama, yaitu mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku mereka.
• Media apa yang akan dipergunakan ?
Pemilihan media disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju dan bergantung pada situasi (situational context). Pada musuh yang dijadikan sasaran parang urat saraf yang paling efektif dengan radio, karena redio tidak mengenal jarak dan rintangan, atau dengan komunikasi tatap muka (face to face communication), misal untuk menyebarkan desas-desus. Pada pihak netral dan pihak sekutu dapat digunakan semua media den juga dengan diplomasi dan negoisasi.
• Pesan apa yang akan disebarkan ?
Pesan yang akan dilancarkan juga menyangkut devices (muslihat) yang akan dilakukan serta berkaitan erat dengan tujuan perang urat saraf, siapa yang dijadikan sasaran, dan efek yang diharapkan.
• Apa yang menjadi tujuan dan efek apa yang diharapkan ?
Tujuan dan efek yang diharapkan dalam rangka melancarkan perang urat saraf hampir tidak dapat dibedakan. Dalam prosesnya, tujuannya terdapat pada komunikator, yaitu perencana dan pelaku perang urat saraf, sedangkan efeknya terdapat pada komunikan, yaitu pihak sasaran perang urat saraf, yaitu untuk mempengaruhi untuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior). Sikap komunikan bersifat inwrdly held (bersemi di dalam lubuk hati, tak tampak oleh orang lain). Baru akan diketahui apabila sikap itu outwardly expressed (dinyatakan secara verbal dalam bentuk pendapat dan secara non-verbal dalam perilaku atau tindakan).
• Apa yang harus dilakukan oleh komunikator perang urat saraf ?
Perang urat saraf termasuk kegiatan yang meliputi strategi dan operasi, maka komunikatornya bersifat kolektif (collective communicator). Dapat berfungsi sebagai strategist atau penyiasat yang harus memiliki penguasaan ilmu dan teori multi disipliner, karena sekaligus berfungsi sebagai penangkal perang urat saraf dari pihak musuh. Untuk itu penyiasat ini harus orang yang : aktif, dinamis, optimis, tenang, gemar membaca, dan paka terhadap gejala sosial.

Operasi Perang Urat Saraf
Operasi perang urat saraf merupakan pelaksanaan berdasarkan strategi yang telah disusun secara luas, mendalam, matang, dan terpadu. Kegiatan yang mermacam-macam harus simultan, dapat satu persatu dengan prinsip harus tepat waktunya.
Operasi perang urat saraf terdiri atas operasi intelijen dan operasi mempengauhi. Intelijen (Bahasa Inggris intelligence) berasal dari Bahasa Latin intelligentia yang berarti kecerdasan, akal budi, nalar. Pada konteks perang urat saraf dalam Encyclopedia Internasional yang dikutip dan diterjemahkan Onang Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, terdapat pengertian sempit intelijen, yaitu :
• Governmental intelligence : Information gathered by both open and covert means which is useful to nationstates in the conduct of their foreigh relations in peace and war (Informasi yang dikumpulkan, baik secara terbuka maupun secara terselubung, yang berguna bagi suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara-negara asing pada waktu damai dan perang).
• Military intelligence : The knowledge gained in peace and war from the collection, evaluation, analysis, integration, and interpretation of information about an actual or potential enemy or area of operations (Pengetahuan yang diperoleh pada waktu damai dan perang dari hasil koleksi, evaluasi, analisis, integrasi, dan potensial atau tentang medan laga). (1994 : 171)

Dalam teori komunikasi dikenal adanya circular communication (komunikasi sirkular) atau komunikasi berputar. Dalam proses komunikasi dimulai dari feedforward (arus laju), yaitu sebelum komunikator menyampaikan pesannya pada komunikan, komunikator berusaha mengetahui sebanyak-banyaknya frame of reference (kerangka acuan : usia, pekerjaan, agama, tingkat pendidikan, pandangan hidupnya, kepercayaannya, hobinya, dan sebagainya) dari komunikannya. Setelah pesan disampaikan komunikator berusaha agar terjadi feedback (arus balik/umpan balik), berusaha mengetahui response (tanggapan) komunikan terhadap pesan yang disampaikan tadi. Arus balik digunakan untuk evaluasi, apakah komunikasi itu berhasil atau gagal.
Pola komunikasi feedforward – feedback tersebut di atas, apalagi untuk operasi perang urat saraf, dilakukan dengan kemampuan intelijen yang mendukungnya. Yang sering mempraktekkan pola komunikasi tersebut adalah Presiden AS ke-32, Franklin Delano Roosevelt.
Menurut M. Karyadi yang dikutip Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, membagi intelijen ke dalam dua bidang :
Intelijen Terbuka (open intelligence), dilakukan secara terang-terangan, misalnya :
• Membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusastraan mengenai soal-soal tertentu;
• Membaca, mempelajari, dan mengikuti secara terus-menerus pengumuman-pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain;
• Membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau majalah berkala seperti mingguan dan bulanan;
• Mendengarkan, mencatat, dan mempelajari siaran-siaran radio luar dan dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio gelap;
• Membaca dan mempalajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan sebagainya;
• Melihat, memperhatikan, dan mempelajari dengan tajam segala sesuatu yang dialami pada waktu mengadakan peninjauan di suatu tempat atau daerah.
Intelijen Tertutup (secret intelligence), adalah intelijen yang melalukan kegiatannya secara tertutup atau rahasia, seperti :
• Mencari dan mengumpulkan behan-bahan keterangan dan data-data secara tidak terang-terangan
• Membinasakan atau mengurangi kekuatan material lawannya dengan jalan sabotase dan lain-lain secara tersembunyi.
• Merusak jiwa atau moral lawan dengan jalan propaganda yang menjelek-jelekan, pengacauan, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya bukan dengan jalan terang-terangan. (1994 : 171 – 172)

Pendapat M. Karyadi tersebut mencakup pemahaman intelijen yang luas, tetapi cara-cara licik seperti sabotase, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya itu bukanlah kajian ilmu komunikasi. Kebebasan komunikasi dalam kegiatan perang urat saraf terletak pada ciri-ciri : “bertujuan meraih kemenangan dengan cara mempengaruhi jiwa manusia, direncanakan secara mendalam dan matang, dan dilaksanakan secara terbuka dan terselubung”.

Operasi Mempengaruhi
Operasi perang urat saraf dilaksanakan berdasar rencana yang disusun dalam strategi yang dilandasi informasi hasil operasi intelijen. Dalam pelaksanaannya operasi mempengaruhi dibagi dua kegiatan, yaitu :
Komunikasi tatap muka (face to face communication), dilakukan secara rahasia dengan menyelundupkan agen-agen rahasia ke negara musuh. Yang effektif dengan menyebarkan desas-desus melalui pemuka pendapat (opinion leader), karena mengkomunikasikan desas-desus bagaikan “getok ular”, begitu dihembuskan akan cepat menjalar bagaikan menjalarnya bisa ular di tubuh yang terpatok ular. Hal ini sesuai dengan sifat alami manusia untuk menggambarkan kepada orang lain hal yang merangsang seraya menambah-nambahkan agar sensesional. Cara lain dalam operasi mempangaruhi dengan komunikasi tatap muka ialah dengan diplomasi, terutama ditujukan pada pihak netral. Menurut Suzana Keller yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa :
“Para diplomat, sebagaimana diakui secara umum, paling sedikit harus melakukan tiga hal : (1) mewakili negaranya di negara asing;
(2) merundingkan persetujuan internasional; dan
(3) mengirimkan informasi ke negaranya mengenai kecenderungan dan kondisi negara tempat mereka bertugas. Kesemuanya itu tergantung pada komunikasi karena kegiatannya adalah penyampaian pesan, kesan, dan tafsiran oleh seseorang kepada orang lain. Dalam jaringan manusia ini seorang diplomat adalah kunci hubungan komunikasi yang dilakukannya pada umumnya adalah komunikasi antarpersona dalam setting yangtelah ditetapkan secara formal”. (1994 : 173 – 174).

Komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan dalam pelaksanaan operasi mempengaruhi sebagai bagian penting dari proses perang urat saraf, tergantung pada sasaran yang dituju. Radio siaran sangat efektif ntuk melancarkan perang urat saraf.

Propaganda dan Perang Urat Saraf

Propaganda dan Perang Urat Saraf (Psy War)

Istilah propaganda menurut Heinz Dietrich Fischer dan John Calhoun Merril yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, berasal dari nama suatu kegiatan penyiaran agama Katolik, yaitu Sacra Conregatio de Propaganda Fide atau Majelis Suci Untuk Menyebarkan Kepercayaan yang sudah dilakukan semasa Paus Gregorias XV di Roma tahun 1622.
Buku yang dianggap pertama kali mengupas propaganda secara luas dan teoritis adalah Mein Kampf (Perjuanganku) karangan Adolf Hitler (berisi berbagai pedoman untuk menguasai rakyat sendiri dan melumpuhkan mental musuh), buku tersebut menurut Robert B. Downs dianggap sebagai propagandic masterpiece of the age.
Menurut Astrid S. Soesanto propaganda adalah suatu proses penerangan (mengenai suatu paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau pun salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang (biasanya disertai dengan janji-janji muluk) agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.
F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyatakan bahwa : “Pengertian dari propaganda adalah informasi yang berisikan doktrin, opini, ataupun pernyataan resmi dari pemerintah. Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi dengan teknik tertentu”.
Pendapat dari Merrill seperti dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa : “ ... propaganda bisa diartikan mengontrol sikap tingkah laku manusia. Artinya, propaganda digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku manusia untuk kesamaan dalam suatu pendapat atau cita-cita”.
Selanjutnya menurut Casey yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyebutkan bahwa beberapa ciri khas propaganda sebagai berikut :
Para propagandis dalam tugasnya hanyalah melayani para produser pemberitaan tetapi bukan para konsumennya.
Propagandis adalah orang-orang pilihan; mereka adalah orang pintar, disiplin, dan memiliki keberanian moral.
Berita propaganda selalu diperiksa secara cermat, sehingga propagandis harus cerdas.
Propaganda terkadang berbentuk hiburan, seperti film, sinetron, novel, komik dan lainnya, karena hiburan dianggap lebih ampuh untuk menarik khalayak.
Secara teoritis, pesan propaganda harus diulang-ulang. Teknik pengulangan adalah sangat penting dan merupakan dasar dalam kegiatan propaganda.
Para propagandais harus selalu siap menyesaikan strategi propagandanya pada saat menghadapi situasi yang berbeda. Misal kegiatan propaganda melalui media massa dapat diikuti dengan kegiatan Komunikasi Interpersonal yang lebih searah, karena dalam propaganda tidak menghendaki adanya dialog.
Selanjutnya F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) telah mengutip publikasi yang diterbitkan oleh Harcourt, Brace and Company di Amerika Serikat bahwa dalam menerapkan strategi propaganda perlu digunakan tujuh cara (Devices of Propaganda / muslihat propaganda) sebagai berikut :
• The name calling device (Penggunaan nama ejekan), adalah strategi untuk menjatuhkan reputasi seseorang dengan ucapan-ucapan yang tidak baik agar pendengarnya atau pembaca pesan itu tidak menyenangi yang bersangkutan.
• The glittering generalation device (Penggunaan kata-kata muluk), adalah strategi percakapan dengan memaparkan hal-hal umum sehingga soal-soal detail yang sebenarnya penting tidak sempat diperhatikan oleh khalayak.
• The transfe device (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya.
• The testimonial device (Pengutipan), adalah meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri.
• The plain-folks device (Perendahan diri), adalah suatu usaha untuk mengenal motif seseorang dalam berkecimpung di bidang kemasyarakatan.
• The card stacking device (Pemalsuan), berisikan fakta yang mendukung pendapat seseorang dan mengesampingkan semua fakta yang berlawanan. Kemudian fakta tersebut disajikan guna menarik khalayak agar menerimanya, walaupun fakta tersebut berlawanan dengan kebenaran.
• The bandwagon device (Hura-hura), merupakan imbauan kepada khalayak untuk bergabung karena tujuan yang akan dicapai pasti berhasil. Dalam hal ini propagandais harus turun ke lapangan untuk mencapai keberhasilan tersebut. (1993 : 139 – 140).

Perang Urat Saraf (Psy War) adalah suatu proses komunikasi saling melakukan kegiatan propaganda antara seorang figur politik dengan figur politik lain, antara suatu kelompok dengan kelompok lain, dan antara suatu negara dengan negara lain, dengan tujuan untuk saling menekan dan menjatuhkan nama orang atau kelompok atau negara lain tersebut. Bagaimana caranya memusnahkan semangat juang musuh (dengan cara menyelundupkan agen-agen rahasia di kalangan musuh untuk menyebarkan desas-desus yang dapat menggoyahkan kekuatan musuh), dan sebaliknya bagaimana membangkitkan semangat juang jajaran sendiri.
Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, telah mengutip dan menterjemahkan pendapat William E. Daugherty dan Morris Janowitz dari buku yang diterbitkan Departemen of Army USA berjudul A Psychological Warface Casebook, menyatakan bahwa perang urat saraf dapat didefinisikan sebagai :
“ ... The planned use of propaganda and other actions designed to influence the opinions, emotions, attitudes, and behavior of enemy, neutral, and friendly foreign groups in such a way as to support the acomplishment of national aims and objectives.
(Penggunaan secara berencana propaganda dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dirancangkan untuk mempengaruhi pendapat, emosi, sikap, dan perilaku pihak musuh, pihak netral, pihak kelompok asing yang bersahabat dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dan tujuan nasional). (1994 : 160)

Selanjutnya pendapat Paul M.A. Linebarger yang dikutif dan diterjemahkan Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa prang urat saraf terdapat dua pengertian, yaitu :
Perang urat saraf dalam arti sempit, adalah : “The use of propaganda against an enemy, together with such other operasional measures of a military, economic, or political nature as may be required to supplement propaganda (Penggunaan propaganda terhadap musuh beserta tindakan-tindakan operasional lainnya yang bersifat militer, ekonomis, atau politis sebagaimana disyaratkan untuk melengkapi propaganda)”.
Perang urat saraf dalam arti luas, adalah : “ The application of parts of the science of psychology to further the efforts of political, economic, or military actions (Penerapan bagian-bagian dari ilmu psikologi guna melanjutkan kegiatan-kegiatan politik, ekonomi, atau militer)”.
Kemudian Onong Uchjana Effendy menyimpulkan bahwa perang urat saraf meliputi hal-hal berikut :
Ruang Lingkup : Bidang-bidang politik, ekonomi, dan militer.
Sasaran :
Orang-orang yang bersangkutan dengan kegiatan politik, ekonomi, dan militer.
Orang-orang yang ada hubungannya dengan gerakan militer :
• pihak musuh,
• pihak netral,
• pihak sahatat.
Tujuan :
Mencapai kemenangan
Mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku.
Cara :
• Menerapkan aspek ilmu psikologi
• Merencanakan propaganda
• Merancang kegaiatn-kegiatan lain.
(1994 : 162)

Nama-nama lain untuk istilah perang urat saraf menurut Onong Uchjana Effendy, yaitu :
• political walfare (perang politik)
• ideological warfare (perang ideologi)
• nerve warfare ( saraf)
• propaganda warfare (perang propaganda)
• cold war (perang dingin)
• thought war (perang otak)
• war of ideas (perang ide)
• war of words (perang kata-kata)
• war of wits (perang kecerdasan)
• battle for men’s mind (perjuangan terhadap otak manusia)
• campaign of truth (kampanye kebenaran)
• indirect aggression (agresi tak langsung)
• international communication (komunikasi internasional)
• internatiopnal information (informasi internasional)
• international propaganda (propaganda internasional).(1994 : 163)

Dari nama-nama tersebut di atas maka perang urat saraf itu apapun julukannya pada hakikatnya adalah “suatu metode komunikasi yang secara berencana dan sistematis berupaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau kelompok orang dalam ajang kemiliteran, politik, ekonomi, dan lain-lain untuk meraih kemenangan”.
Selanjutnya William E. Daugherty dan Morris Janowitz yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa klasifikasi propaganda meliputi :
White propaganda (Propaganda putih), yaitu propaganda yang diketahui sumbernya. Hal ini sering juga disebut overt propaganda atau propaganda terbuka. Propagandanya dilakukan secara terang-terangan hingga dapat dengan mudah diketahui sumbernya. Misalnya semasa peperangan Irak-Iran hampir setiap hari dari surat kabar atau setiap malam dari radio atau televisi dapat diperoleh berita mengenai hasil dan kemenangan pertempurannya, sumbernya jelas disebutkan. Untuk iu maka sering juga disebut counter propaganda atau propaganda balasan. Kalau dalam bidang ekonomi hal ini sering disebut commercial propaganda.
Black propaganda (Propaganda hitam), adalah propaganda yang menunjukkan sumbernya, tetapi bukan sumber yang sebenarnya. Hal ini disebut juga covert propaganda atau propaganda terselubung. Propaganda bagaikan istilah ‘lempar batu sembunyi tangan’ yang termasuk kegiatan yang tidak terpuji.
Gray propaganda (Propaganda kelabu), propaganda dilancarkan dengan menghindari identifikasi sumbernya, maka ada yang menganggap tidak lebih sebagai propaganda hitam atau propaganda terselubung yang kurang mantap. (1994 : 163 – 164).

Bentuk-bentuk Komunikasi Politik

Bentuk-bentuk Komunikasi Yang Mendominasi Komunikasi Politik

1. Kampanye
Pada dasarnya pidato, kampanye, dan propaganda merupakan bentuk-bentuk komunikasi antarmanusia (human communications) yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan teknik dan metode tertentu pula.
Istilah kampanye berasal dari Bahasa Inggris campaign yang juga berasal dari Bahasa Latin campus yang berarti “extensive track of country, series of operation in a particular theactric war, an organized series of operation, meeting canvassing”. Hal ini membawa permasalahan ke masalah berkomunikasi populer/popularisasi tentang suatu masalah.
Menurut Rice dan Paisley yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Tujuan kampanye adalah menciptakan ‘perubahan’ atau ‘perbaikan’ dalam masyarakat... (1993 : 134).
Menurut Astrid S. Soesanto dalam buku Pendapat Umum menyatakan bahwa prinsip dasar dalam kampanye adalah bahwa kampanye mengikuti proses komunikasi dan unsur-unsurnya, yaitu :
Proses Rasionalisasi/Emosionalitas. Proses rasional yaitu apa yang secara harfiah disampaikan dalam suatu kegiatan komunikasi. Proses emosional yang “sekedar” tersirat dalam penyampaian informasi. Proses rasionalitas biasanya terjadi waktu orang membahas hal-hal yang tidak terlalu melibatkan kepentingan pribadinya sehingga konsensus mudah tercapai. Unsur rasionalitas adalah proses pengoperan lambang-lambang secara harfiah dan proses komunikasi ialah proses emosionalitas yang mengiringi informasi rasional tadi. Tingkat emosionalitas dapat dideteksi melalui : pilihan kata dan tanda penyampaian. Hal lain yang berkaitan dengan proses rasionalitas adalah anteseden yaitu sumber pengalaman yang mendahului.

Unsur emosionalitas dan rasionalitas juga makin meningkat atau berkurang bila dikaitkan dengan :
• Kemampuan ekonomi/pendidikan
• Relevansi dengan hidup
• Demi waktu/rencana memanfaatkan waktu

Proses Informasi dan Proses Komunikasi. Proses perumusan informasi diambil dari sumber retreval yang tepat sumber, tepat alinea, tepat digit. Proses Komunikasi dengan retreval ditentukan oleh anteseden atau pengalaman yang mendahului, tetapi yang terpenting ialah adanya logika yang mengkaitkan informasi baru dengan informasi lama. (1975 : 123).

Sedangkan pendapat F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa dalam melaksanakan kampanye ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain :
Perkiraan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan dari khalayak sasaran.
• Rencanakan kampanye secara sistematis.
• Lakuakan evaluasi secara terus-menerus.
• Gunakan media massa dan Komunikasi Interpersonal.
• Pilihlah media massa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (1993 : 135).

Menurut Astrid S. Soesanto secara ilmiah proses kampanye berjalan sebagai berikut :
mirip dengan iklan, tetapi lebih kuat dan agresif (Catatan : iklan adalah sejenis kampanye memerlukan proses lebih panjang dan lama) kampanye “mencegat” orang hampir di semua sudut. Tidak menyerahkan pengaruh kepada free market / social forces, menemui sasarannya dalam berbagai bentuk, keberhasilan kampanye ditentukan oleh tersedianya sesuatu segera setelah pesan mencapai sasaran, singkatnya kampanye “mengeroyok” sasaran di mana-mana dengan kata dan kegiatan, dan tidak mengenal ragu dan sangat yakin dan meyakinkan.(1975 : 124)

Selanjutnya menurut Astri S. Soesanto sebelum mengadakan program kampanye perlu diadakan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dalam merumuskan suatu program pesan-pesan kampanye, seperti :

siapakah komunikator , kepentingannya dan sasarannya ?
apakah lingkungan mendukung ?
• bagaimana ketersedian “sesuatu” alternatif bila pesan kampanye diterima khalayak ?
• bagaimanakah masa depan “sesuatu” (yang dikampanyekan) berikut unsur pendukung dan persaingan

Semua topik telah diteliti, seperti sasaran, lingkungan, latar belakang budaya, overlapping of interest (perimpitan kepentingan). Contoh overlapping of interest adalah KB memakai perbaikan taraf hidup asebagai sasaran, yang “berimpit” dengan sasaran dan harapan masyarakat.
Apakah data secara rasional telah siap untuk merumuskan slogan atau motto yang sesuai dan tidak memaksakan. Contoh motto BERIMAN (Bersih Indah dan Aman); ASRI (Aman Serasi Rapi Indah) merupakan motto yang dipaksakan. Slogan Sumedang Tandang cukup berhasil memacu masyarakat Sumedang untuk membangun dan setiap warga berpikir demikian tanpa adanya motto di jalan-jalan.
Dalam kampanye memungkinkan untuk dialog, karena kampanye bersifa two way traffic communication dan juga kampanye menggunakan pendekatan modern bersifat ekspresif. Hal ini membuat kampanye berbeda dengan propaganda.
Proses kampanye mirip proses komputer (PC) yang memiliki kemampuan strorage, retrieval, processing, transference dan preference.
Perubahan/pendekatan kampanye selalu mengikuti atau disesuaikan tahap demi tahap dengan tingkat perubahan yang telah dicapai.

Menurut Astrid S. Soesanto secara teknis langkah-langkah tersebut ialah :
• Pesan sama untuk khalayak yang berbeda kemampuan menyebarluaskan informasi (share) dan memisahkan (sepaate) informasi bila tingkat IQ khalayak berbeda mampu mengerjakan massifikasi dan juga de-massifikasi.
• Memanfaatkan pendekatan single sensory (indera tunggal) dan multy sensory (indera ganda). Didesak oleh waktu, dan
Mengenal sikap interaktif, yaitu :
• Dengan khalayak,
• Antar media, dan
• Person to person (tetapi tidak selalu face to face) (1975 :136).

Kesuksesan suatu kampanye selalu dipengaruhi oleh seberapa jauh suatu kelompok atau suatu partai politik atau suatu perusahaan atau pun lembaga pemerintah di kenal di lingkungan khalayak, dan seberapa banyak pesan kampanye itu disebarluaskan melalui beberapa media sekaligus.
Kampanye juga sangat tergantung dari jenis saluran komunikasi yang digunakan dan juga tergantung tergantung dari isi pesan kampanye tersebut. Isi pesan biasanya akan terhalang oleh kepentingan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Juga isi pesan selalu ditafsirkan sesuai dengan persepsi khalayak. Maka jika persepsi khalayak berbeda dengan isi pesan sesungguhnya akan mengakibatkan boomerang effect (berbalik menentang) dan counter effect (tidak akan mengikuti/menjalankan isi pesan kampanye).
Yang terakhir dan sangat menentukan kesuksesan dalam kampanye adalah bahwa dalam melaksanakan suatu kampanye diperluklan juga kredibilitas juru kampanye. Rice dan Paisley menyatakan kesuksesan kampanye suatu kampanye sangat tergantung dari personal influence, dalam arti para juru kampanye harus orang yang dihormati di lingkungannya dan juru kampanye tersebut memiliki kridibilitas yang tinggi. Kredibitas yang tinggi akan menumbuhkan wibawa para juru kampanye.
Yang perlu diingat bahwa dalam dalam kampanye dilakukan cara-cara yang sesuai dengan prosedur, baik prosedur secara ilmiah maupun prosedur secara etika dan hukum. Maka kampanye tersebut disebut juga white campaign. Apabila proses kampanye dilaksanakan tidak sesuai atau bertentangan prosedur ilmiah dan prosedur etika hukum yang berlaku maka kampanye itu dinamakan black campaign.

KOMUNIKASI DAN POLITIK

KOMUNIKASI DAN POLITIK

A. Antara Komunikasi Politik Dan Politik Komunikasi

Sebelum membahas bagaimana komunikasi politik dan politik komunikasi, sebaiknya perlu diungkap dahulu apa yang dimaksud politik itu ?
Secara etimologis politik berasal dari Bahasa Yunani : polis artinya negara kota, kemudian kata polis diturunkan menjadi kata polities yang berarti warga negara dan kata politikos sebagai kata sifat dari polities.
Untuk masa kini istilah politik terdapat 2 pengertian :
• Istilah politik sebagai ilmu, disebut politik episteme atau politik saja.
• Istilah politik sebagai kemahiran politik/kegiatan politik disebut politik techne atau dikenal politik praktis.
Mirriam Budihardjo mendefinisikan bahwa : “Politik sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menentukan tujuan-tujuan dari sistem politik dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.
Berikutnya definisi dari Joyce Mitchell lebih menekankan inti dari politik adalah pengambilan keputusan, seperti berikut : “Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya”.
Sedangkan Harold D. Lasswell memandang politik dari unsur pembagian, bahwa : “Politik itu adalah masalah siapa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana”.
Pendapat Lasswell tersebut merupakan hakekat sebenarnya dalam kehidupan politik, yaitu :
• masalah siapa, disini dapat perseorangan sebagai figur/tokoh, kelompok, atau golongan.
• mendapat apa, dalam hal ini bisa mendapatkan kekuasaan kalau berhasil memenangkan persaingan, atau dapat juga kalah klau tidak menang dalam persaingan hingga menjadi oposisi.
• kapan, berkaitan dengan periodesasi berlangsungnya suatu kekuasaan.
• bagaimana, masalah ini tergantung pada penafsiran politik itu sendiri.

Dalam politik episteme bagaimana dalam mencapai tujuan memenangkan kekuasaan itu memperhatikan kaidah dan prosedural manajemen yang rasional dan memperhatikan norma dan etika moral yang berlaku.
Sedang dalam politik techne atau politik praktis dalam bagaimana mencapai tujuan itu tidak memperhatikan kaidah dan prosedural serta norma dan etika moral sehingga bersifat irrasional (atau juga licik).
Dalam kehidupan negara, kegiatan politik negara merupakan suatu sistem politik. Sistem politik dalam negara terbagai dalam dua lapisan unsur / lapisan suasana kehidupan politik :

The Gonernmental Political Sphere (suasana kehidupan kehidupan politik pemerintahan) atau disebut juga “bangunan atas” sistem politik, dikenal dengan Suprastruktur Politik , disini terdapat lembaga-lembaga negara yang berperan penting dalam proses politik pemerintahan. Di Indonesia yang termasuk suprastruktur politik adalah : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden (berikut kabinetnya), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi.

The Socio Political Sphere (suasana kehidupan politik rakyat) atau disebut Infrastruktur Politik, yaitu “bangunan bawah” kehidupan politik, merupakan kekuatan sosial politik masyarakat, meliputi :

Interst Group (golongan kepentingan, yaitu organisasi kemasyarakatan (ormas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Plesure Group (golongan penekan) seseorang atau kelompok yang mempengaruhi kebijakan pemerintah supaya menguntungkan pihaknya, misalnya pengusaha, lembaga internasional atau negara asing.

Pers / Media Massa

Figur Politik (tokoh politik) yaitu tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh partai, yang dapat mempengaruhi rakyat maupun pemerintah.

Partai Politik
Menurut Sigmund Newmann bahwa : “Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan suatu golongan atas golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda”.
Fungsi partai politik dalam negara demokratis ada empat, yaitu :

Sarana Komunikasi Politik :
Upper Communication, membawa dan menyalurkan kehendak dan aspirasi rakyat untuk diwujudkan dalam kebijakan negara.
Down Communication, penghubung antara pemerintah dengan rakyat, memberikan penerangan pada masyarakat sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran pendapat masyarakat, serta membentuk opini publik.
Sarana Sosialisasi Politik Sosialisasi politik adalah proses seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap gejala yang berlaku dalam masyarakat.
Sarana Rekuitment Politik (sarana pengangkatan anggota), yaitu mencari dan mengajak orang berbakat untuk menjadi pangurus partai.
Sarana Pengatur Konflik, yaitu mengatasi persaingan dan perbedaan pendapat diantara golongan/kelompok masyarakat yang dapat mengakibatkan terjadi konflik dalam masyarakat.
Dengan demikian betapa pentingnya komunikasi dalam politik, selain sebagai salah satu fungsi dari partai, juga semua proses dalam sistem politik menggunakan teknik dan strategi komunikasi.
Komunikasi politik adalah komunikasi atau kegaiatan yang dianggap politis atas dasar konsekuensi-konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku manusia dalam kondisi konflik.
Politik komunikasi adalah suatu strategi komunikasi yang dipergunakan dalam mengendalikan perubahan sosial (social change), revolusi sosial (social revolution), dan revolusi politik (political revolution).
Pengertian secara fungsional perkataan “politik” dalam politik komunikasi menunjukkan proses perumusan kebijakan disertai pelaksanaannya bagi masyarakat (designates the process by which policies are made ang carried out for a society).

Lord Windlesham dalam buku What Is Political Communication menyatakan bahwa :
“Political Communication is the deliberate pasing of a political message by a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way that might not otherwise have done (Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu).”



Selanjutnya Windlesham menyebutkan bahwa sebelum pesan politik dapat direkontruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Sedangkan kalau menurut Sanders dan Kaid menyatakan bahwa komunikasi politik harus intentionally persuasive.
Dengan demikian Sanders, Kaid, dan Windlesham menekankan pengertian komunikasi politik pada tujuan. Sedangkan Dan Nimo dalam buku Political Communication and Public Opinion in America menekankan pada efek yang muncul pada komunikasi sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan.

Menurut tingkatan derajatnya efek komunikasi terdiri dari tiga jenis :
Efek kognitif. Sebuah pesan yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan, telah berhasil membuat komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan bagi komunikan.
Efek afektif. Sebuah pesan selain membaut komunikan mengerti, tetapi juga membuat lubuk hati komunikan tersentuh sehingga menimbulkan perasaan tertentu padanya, seperti merasa iba, marah, takut, khawatir. Sedih, benci, penasaran, gembira, bahagia, dan sebagainya.
Efek behavioral. Pesan komunikasi tadi bukan saja berhasil membuat komunikan mengerti disertai perasaan tertentu, tetapi juga membuat komunikan melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Tidakan dapat berupa kegiatan positif konstruktif atau juga tindakan negatif destruktif.
Tidakan positif konstruktif dan tindakan negatif destruktif apabila menyangjut penomena sosial merupakan tindak lanjut dari opini publik.

Miriam D. Irish dan James W. Protho menyebutkan bahwa opini publik sebagai the expression of attitudes on social issue. Opini publik terjadi apabila sejumlah orang dalam masyarakat terlibat dalam suatu pergunjingan mengenai suatu masalah bersifat kontrovesial (ada yang pro dan ada yang kontra).

Menurut John Locke bahwa umum dalam Public Opinion adalah :
individu yang mengambil keputusannya berdasarkan diskusi
karena keinginannya mencapai harmoni dengan sendirinya akan mencapai persesuaian paham. persesuaian mudah dicapai karena orang berpegang pada rasio. Dalam kehidupan politik menunjukkan bahwa seorang pemimpin politik adalah orang yang memiliki kemampuan memobilisasi opini publik. Sedangkan kegiatan memobilisasi opini publik adalah komunikasi.
Opini publik sangat penting dalam kegiatan komunikasi politik. Hadley Cantril dalam buku Gauging Public Opinion menamakan bahwa Some Law of Public Opinion menyatakanh bahwa :
• “Opini tidak menetap lama, kecuali jika khalayak merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut, atau apabila opini yang dibangkitkan dengan kata-kata diperkuat oleh peristiwa-peristiwa.
• Suatu perisiwa yang luar biasa dapat menggeser opini publik sesaat dari ekstremitas yang satu ke ekstremitas lain; opini publik itu tidak akan mapan, kecuali kalau implikasi-implikasi peristiwa tersebut menunjukkan beberapa perspektif. - ......”

Sejalan dengan pendapat di atas, Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan opini publik berdasarkan sifatnya :
• Opini publik bersifat luftartin, opini publik bagaikan uap yang dalam perkembangannya masih mencari bentuk maka olek komunikator politik dapat dengan mudah dibawa ke arah yang dikehendaki.
• Opini publik bersifat fluassig, opini publik bagaikan air yang tentu sudah mempunyai bentuk tetapi dapat diubah seperti mengalirkan air.
• Opini publik bersifat festig, opini publik yang kukuh seperti benteng

Walaupun opini publik yang kukuh itu kuat tetapi dapat juga dibuyarkan dengan teknik komunikasi persuasif. Seperti pada tahun 1960-an PKI telah melancarkan operasionalisasi komunikasi politik telah menghancurkan kekukuhan dua perwira tinggi menjadi anteknya melalui teknik persuasi antarpesona dengan anjang sana terus menerus.

Dengan kenyataan bahwa opini publik yang kukuh pun dapat hancur, maka Joseph A. Devito dalam buku Communicologi : An Introduction to the Study of Communication menyatakan bahwa komunikasi selalu berlangsung dalam konteks situsional yang paling sedikit terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi fisik, psikologis, sosial, dan temporal.

Tujuan dari komunikasi politik adalah bermuara pada kesadaran akan pentingnya pembangunan politik dalam rangka mewujudkan stabilitas politik. Pembangunan politik merupakan proses sosialisasi politik dan pendidikan politik secara konsepsional integral untuk menciptakan masyarakat yang berkesadaran politik, sehingga menjadi “stratum politik” tidak lagi terjadi “stratum apolitik”, yang pada tahap kelanjutannya menjadi masyarakat yang berbudaya politik. Rakyat yang berbudaya politik akan memahami dan melaksanakan hak dan kewaibannya sebagai warga negara.

Main game yuk !

Sorry, you will need the <a href="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer/" target="_blank">Flash Player</a> to play this game.
Add Games to your own site

Saran dan Masukan

Bagi anda yang ingin berbagi, memberikan masukan, komentar, pertanyaan, mengirim artikel & ingin ditayangkan, silahkan kirim ke ajias66@gmail.com.
Follow kangazi99 on Twitter