welcome

Selamat datang dan Selamat bergabung ... Selamat datang dan Selamat bergabung ...Selamat datang dan Selamat bergabung

Kamis, 05 Juni 2008

Ethos, Pathos, dan Logos Komunikator

Ethos, Pathos, dan Logos Komunikator

Ethos Komunikator Ethos berarti “sumber kepercayaan” (source credibility) yang ditunjukkan oleh seorang komunikator atau orator bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, sehingga oleh karena seorang ahli, maka ia dapat dipercaya.
Kepercayaan komunikan terhadap komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap olehnya sebagai benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.

Secara umum diakui pula bahwa keahlian seorang komunikator baik keahlian itu bersifat khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial yang lebih tinggi atau jabatan profesi yang lebih tinggi akan membuat pesan yang dikomunikasikan menimbulkan daya pengaruh yang kuat dan besar.
Dengan demikian seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya “ethos” (daya yang memancar) pada dirinya. Kalau menurut Aristoteles daya yang memancar dalan diri komunikator meliputi; - good sense; - good moral character and goodwill. Atau kalau menurut para ahli masa sekarang ini diterjemahkan menjadi : - itikad baik (good intentions); - dapat dipercaya (trustworthiness); - kecakapan atau kemampuan (competence or expertness).
Jadi komunikator yang berethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan atau keahlian.
Seorang komunikator zaman sekarang menghadapi ratusan juta khalayak maka ethos mutlak harus dimiliki setiap komunikator . Apabila komunikator tidak memiliki ethos, maka setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan kemungkinan akan menimbulkan efek bumerang yang menyebabkan ia kehilangan kepercayaan, kehormatan, dan wibawa.
Menurut Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur, yaitu :
expertise (keahlian), dan
trust worthiness (dapat diperaya)
Untuk membedakan kedua unsur tersebut dapat dilihat pada contoh berikut; Nasihat dokter diikuti pasien-nya, karena dokter memiliki keahlian. Tetapi seorang pedagang memuji-muji dagangannya sukar untuk dipercaya, mungkin pedangang itu tidak memiliki trust wrthiness.
Untuk kedua unsur ethos tersebut para ahli lain menyebutnya berbeda :
untuk expertness, Mc. Croskey menyebutnya authoritativeness; Markham menyebutnya reliable-logikal; sedangkan Berlo, Lemert & Mertz menggunakan istilas qualification.
Untuk trust worthiness, ahli lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor.
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa : “ ... ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan”.
Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat bahwa unsur ethos tersebut berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal : internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan (compliance). Internalisasi pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki kredibilitas. Identifikasi pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki sikap aktraksi (daya tarik) yang diterima komunikan tersebut. Begitu juga ketundukan pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki kekuasaan.
Komponen pertama ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah kredibilitas. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, maka kredibilitas berubah-ubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan situasi. Seorang Penyelia mempunyai kredibilitas terhadap karyawan yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi tidak dihadapan para penyelia lainnya, apalagi dihadapan Top Manajer.
Dengan demikian kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu kredibilitas dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau dijadikan.
Menurut Kenneth E. Andersen bahwa : “hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasinya disebut prior ethos”.
Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal, diantaranya :
 Pengalaman langsung (direct experience), karena sudah lama bergaul jadi dikenal integritas kribadiannya.
 Pengalaman wakilan (vicarious experience), ketertarikan komunikan karena komunikator itu sudah sering muncul di media massa atau sering mendengar namanya.
 Prior ethos karena sponsor (by sponsorship and endorsement), ketertarikan komunikan kerena (sponsor) pihak-pihak yang mendukung komunikator, atau bila organisasi yang berstatus tinggi memperkenalkannya pada komunikan.
 Petunjuk-petunjuk non-verbal (intrinsic prior), ketika pembicara diperkenalkan penampilannya kurang meyakinkan, tapi karena ketika mulai berbicara orang itu mulai menarik perhatian khalayak karena pemilihan kata-katanya tepat, isi yang disampaikan, dan kedalaman uraiannya.
Hal-hal tersebut di atas merupakan kredibilitas sebagai persepsi. Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat komponen-komponen kredibilitas adalah :
 Keahlian, adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dengan hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang tinggi pada keahliannya dianggap cerdas, mampu, ahli, berpengalaman, dan terlatih.
 Kepercayaan, adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya (Jujur atau tidak jujur, tulus atau lancung, dan sebagainya). Aristoteles menyebutnya “good moral character”, sedang Quintillianus menyebutnya “a good man speaks well”.
Sedangkan menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum komponen kredibilitas itu ditambah lagi dengan :
 Dinamisme, berkenaan dengan cara berkomunikasi, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
 Sosiabilitas, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan suka bergaul.
 Kooreientasi, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok dan nilai-nilai dari komunikan.
 Karisma, menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet menarik benda-benda sekitarnya. Karisma terletak pada persepsi komunikan.

Menurut Richard Ricke dan Malcolm Sillars kredibilitas ada tiga macam, yaitu :
 Kredibilitas tidak langsung, pembicara tidak menggunakan pernyataan-pernyataan khusus dari orang lain atau pernyataan pribadi yang langsung mengenai karakter pribadinya.
 Kredibilitas langsung, pembicara membuat pernyataan langsung mengenai dirinya.
 Kredibilitas sekunder, pembicara menggunakan kredibilitas orang lain sebagai dasar argumentasinya.

Komponen kedua ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah atraksi. Faktor-faktor situsional yang mempengaruhi atraksi yaitu : daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Dalam masalah kesamaan telah dibahas di muka dalam homophily dan heterophily.
Komponen ketiga ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya pada orang lain, karena komunikator memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources).
Berdasarkan sumber daya yang dimilinya, French dan Raven membagi jenis-jenis kekuasaan dalam :
Kekuasaan koersif (coersive power), menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran dan hukuman pada komunikan. Ganjaran dan hukuman dapat bersifat personal (misalnya benci atau kasih sayang) juga dapat bersifat impersonal (kenaikan pangkat atau pemecatan, termasuk perkataan dosen yang akan tidak meluluskan mahasiswa kalau mengumpulkan tugas terlambat).
Kekuasaan keahlian (expert power), berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Misal dosen dituruti oleh mahasiswa `untuk menafsirkan suatu teori.
Kekuasaan informasional (informational power), berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator. Misal ahli komputer dapat diterima sarannya untuk pengadaan kumputer di suatu instansi.
Kekuasaan rujukan (reference power), disini komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya apabila komunikator berhasil menanamkan kekaguman sehingga diteladani perilakunya. Contoh perilaku Nabi diikuti ummatnya.
Kekuasaan legal (legitimate power), ini sama dengan otoritas legal rasional, seperti dibahas di muka. penelitian psikologis tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Hasil penelitian Heilman & Garner menunjukkan :
Komunikan akan lebih baik diyakinkan untuk melakukan perilaku yang tidak disukai dengan dijadikan ganjaran dari pada diancam dengan hukuman. Ancaman yang kuat malah menimbulkan bumerang akan jadi melawan.
Efektifitas ancaman dapat ditingkatkan apabila komunikator memberikan alternatif perilaku ketundukan dan komunikan dapat memilih walau terbatas.
Selanjutnya hasil penelitian Kipnis menunjukkan bahwa :
Kekuasan informasional sering kali digunakan bila komunikator memandang prestasi komunikan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya motivasi.
Bila atasan melihat prestasi bawahan jelek karena kemampuannya jelek, maka akan mengguakan keahliannya.
Sedangkan hasil penelitian Goodstadt & Hjelle menunjukkan bahwa :
kekuasan koersif umumnya digunakan bila komunikator menganggap komunikan tidak melakukan anjuran dengan baik karena bersikap negatif atau mempunyai kecenderungan melawan.
Kekuasaan koersif juga digunakan oleh komunikator yang kurang percaya pada diri sendiri atau merasa kurang berdaya.
Menurut Austin J. Freeley dalam buku “Argumentation and Debate” menyatakan bahwa komponen ethos dan faktor pendukung ethos meliputi :
Komponen-komponen ethos adalah :
 Competence (kemampuan/kewenangan)
 Integrity (integritas/kejujuran)
 Goodwill (kewibawaan/tenggang rasa)

Tidak ada komentar:

Main game yuk !

Sorry, you will need the <a href="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer/" target="_blank">Flash Player</a> to play this game.
Add Games to your own site

Saran dan Masukan

Bagi anda yang ingin berbagi, memberikan masukan, komentar, pertanyaan, mengirim artikel & ingin ditayangkan, silahkan kirim ke ajias66@gmail.com.
Follow kangazi99 on Twitter