Strategi Perang Urat Saraf
Karena perang uarat saraf itu merupakan metoda komunikasi dan menjadi objek studi ilmu komunikasi, maka strategi perang urat saraf adalah strategi komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, dalam hubungannya dengan stretegi perang urat saraf ini disarankan untuk menggunakan pendapat para ahli :
Harold Lasswell : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
Gerhard Maletzke : The goals which the communicator sought to achieve
Herbert W. Simons : Situational Context
William E. Daugherty : Propapaganda clasification :
• white propaganda
• black propaganda
• gray propaganda
Harcourt, Brace & Co. : The devices of propaganda :
• name calling
• glittering generality
• transfer
• testimonial
• plain folks
• card stacking
• bandwagon (1994 : 167)
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendy dalam cara menelaah proses perang urat saraf untuk menyusun suatu strategi sebaiknya dalam bentuk pertanyaan berikut :
• Siapa yang akan dijadikan sasaran ?
Dapat ditujukan pada pihak musuh, pihak netral, dan pihak yang bersimpati, tetapi tujuan akhir sasaran (the goals which the communicator sought to achieve) adalah sama, yaitu mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku mereka.
• Media apa yang akan dipergunakan ?
Pemilihan media disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju dan bergantung pada situasi (situational context). Pada musuh yang dijadikan sasaran parang urat saraf yang paling efektif dengan radio, karena redio tidak mengenal jarak dan rintangan, atau dengan komunikasi tatap muka (face to face communication), misal untuk menyebarkan desas-desus. Pada pihak netral dan pihak sekutu dapat digunakan semua media den juga dengan diplomasi dan negoisasi.
• Pesan apa yang akan disebarkan ?
Pesan yang akan dilancarkan juga menyangkut devices (muslihat) yang akan dilakukan serta berkaitan erat dengan tujuan perang urat saraf, siapa yang dijadikan sasaran, dan efek yang diharapkan.
• Apa yang menjadi tujuan dan efek apa yang diharapkan ?
Tujuan dan efek yang diharapkan dalam rangka melancarkan perang urat saraf hampir tidak dapat dibedakan. Dalam prosesnya, tujuannya terdapat pada komunikator, yaitu perencana dan pelaku perang urat saraf, sedangkan efeknya terdapat pada komunikan, yaitu pihak sasaran perang urat saraf, yaitu untuk mempengaruhi untuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior). Sikap komunikan bersifat inwrdly held (bersemi di dalam lubuk hati, tak tampak oleh orang lain). Baru akan diketahui apabila sikap itu outwardly expressed (dinyatakan secara verbal dalam bentuk pendapat dan secara non-verbal dalam perilaku atau tindakan).
• Apa yang harus dilakukan oleh komunikator perang urat saraf ?
Perang urat saraf termasuk kegiatan yang meliputi strategi dan operasi, maka komunikatornya bersifat kolektif (collective communicator). Dapat berfungsi sebagai strategist atau penyiasat yang harus memiliki penguasaan ilmu dan teori multi disipliner, karena sekaligus berfungsi sebagai penangkal perang urat saraf dari pihak musuh. Untuk itu penyiasat ini harus orang yang : aktif, dinamis, optimis, tenang, gemar membaca, dan paka terhadap gejala sosial.
Operasi Perang Urat Saraf
Operasi perang urat saraf merupakan pelaksanaan berdasarkan strategi yang telah disusun secara luas, mendalam, matang, dan terpadu. Kegiatan yang mermacam-macam harus simultan, dapat satu persatu dengan prinsip harus tepat waktunya.
Operasi perang urat saraf terdiri atas operasi intelijen dan operasi mempengauhi. Intelijen (Bahasa Inggris intelligence) berasal dari Bahasa Latin intelligentia yang berarti kecerdasan, akal budi, nalar. Pada konteks perang urat saraf dalam Encyclopedia Internasional yang dikutip dan diterjemahkan Onang Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, terdapat pengertian sempit intelijen, yaitu :
• Governmental intelligence : Information gathered by both open and covert means which is useful to nationstates in the conduct of their foreigh relations in peace and war (Informasi yang dikumpulkan, baik secara terbuka maupun secara terselubung, yang berguna bagi suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara-negara asing pada waktu damai dan perang).
• Military intelligence : The knowledge gained in peace and war from the collection, evaluation, analysis, integration, and interpretation of information about an actual or potential enemy or area of operations (Pengetahuan yang diperoleh pada waktu damai dan perang dari hasil koleksi, evaluasi, analisis, integrasi, dan potensial atau tentang medan laga). (1994 : 171)
Dalam teori komunikasi dikenal adanya circular communication (komunikasi sirkular) atau komunikasi berputar. Dalam proses komunikasi dimulai dari feedforward (arus laju), yaitu sebelum komunikator menyampaikan pesannya pada komunikan, komunikator berusaha mengetahui sebanyak-banyaknya frame of reference (kerangka acuan : usia, pekerjaan, agama, tingkat pendidikan, pandangan hidupnya, kepercayaannya, hobinya, dan sebagainya) dari komunikannya. Setelah pesan disampaikan komunikator berusaha agar terjadi feedback (arus balik/umpan balik), berusaha mengetahui response (tanggapan) komunikan terhadap pesan yang disampaikan tadi. Arus balik digunakan untuk evaluasi, apakah komunikasi itu berhasil atau gagal.
Pola komunikasi feedforward – feedback tersebut di atas, apalagi untuk operasi perang urat saraf, dilakukan dengan kemampuan intelijen yang mendukungnya. Yang sering mempraktekkan pola komunikasi tersebut adalah Presiden AS ke-32, Franklin Delano Roosevelt.
Menurut M. Karyadi yang dikutip Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, membagi intelijen ke dalam dua bidang :
Intelijen Terbuka (open intelligence), dilakukan secara terang-terangan, misalnya :
• Membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusastraan mengenai soal-soal tertentu;
• Membaca, mempelajari, dan mengikuti secara terus-menerus pengumuman-pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain;
• Membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau majalah berkala seperti mingguan dan bulanan;
• Mendengarkan, mencatat, dan mempelajari siaran-siaran radio luar dan dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio gelap;
• Membaca dan mempalajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan sebagainya;
• Melihat, memperhatikan, dan mempelajari dengan tajam segala sesuatu yang dialami pada waktu mengadakan peninjauan di suatu tempat atau daerah.
Intelijen Tertutup (secret intelligence), adalah intelijen yang melalukan kegiatannya secara tertutup atau rahasia, seperti :
• Mencari dan mengumpulkan behan-bahan keterangan dan data-data secara tidak terang-terangan
• Membinasakan atau mengurangi kekuatan material lawannya dengan jalan sabotase dan lain-lain secara tersembunyi.
• Merusak jiwa atau moral lawan dengan jalan propaganda yang menjelek-jelekan, pengacauan, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya bukan dengan jalan terang-terangan. (1994 : 171 – 172)
Pendapat M. Karyadi tersebut mencakup pemahaman intelijen yang luas, tetapi cara-cara licik seperti sabotase, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya itu bukanlah kajian ilmu komunikasi. Kebebasan komunikasi dalam kegiatan perang urat saraf terletak pada ciri-ciri : “bertujuan meraih kemenangan dengan cara mempengaruhi jiwa manusia, direncanakan secara mendalam dan matang, dan dilaksanakan secara terbuka dan terselubung”.
Operasi Mempengaruhi
Operasi perang urat saraf dilaksanakan berdasar rencana yang disusun dalam strategi yang dilandasi informasi hasil operasi intelijen. Dalam pelaksanaannya operasi mempengaruhi dibagi dua kegiatan, yaitu :
Komunikasi tatap muka (face to face communication), dilakukan secara rahasia dengan menyelundupkan agen-agen rahasia ke negara musuh. Yang effektif dengan menyebarkan desas-desus melalui pemuka pendapat (opinion leader), karena mengkomunikasikan desas-desus bagaikan “getok ular”, begitu dihembuskan akan cepat menjalar bagaikan menjalarnya bisa ular di tubuh yang terpatok ular. Hal ini sesuai dengan sifat alami manusia untuk menggambarkan kepada orang lain hal yang merangsang seraya menambah-nambahkan agar sensesional. Cara lain dalam operasi mempangaruhi dengan komunikasi tatap muka ialah dengan diplomasi, terutama ditujukan pada pihak netral. Menurut Suzana Keller yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa :
“Para diplomat, sebagaimana diakui secara umum, paling sedikit harus melakukan tiga hal : (1) mewakili negaranya di negara asing;
(2) merundingkan persetujuan internasional; dan
(3) mengirimkan informasi ke negaranya mengenai kecenderungan dan kondisi negara tempat mereka bertugas. Kesemuanya itu tergantung pada komunikasi karena kegiatannya adalah penyampaian pesan, kesan, dan tafsiran oleh seseorang kepada orang lain. Dalam jaringan manusia ini seorang diplomat adalah kunci hubungan komunikasi yang dilakukannya pada umumnya adalah komunikasi antarpersona dalam setting yangtelah ditetapkan secara formal”. (1994 : 173 – 174).
Komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan dalam pelaksanaan operasi mempengaruhi sebagai bagian penting dari proses perang urat saraf, tergantung pada sasaran yang dituju. Radio siaran sangat efektif ntuk melancarkan perang urat saraf.
1 komentar:
boleh juga nih, seru dong main urat syaraf !
Posting Komentar