MODEL OF INTERPERSONAL COMMUNICATION
(Model Komunikasi Interpersonal)
Model ; mereka selalu berusaha mempersembahkan “apa barang itu” dan bagaimana “barang itu bekerja”. Sebenarnya model dari komunikasi interpersonal amatlah sederhana, tapi kemudian menjadi berlebihan (dibuat-buat) ketika kita melihatnya dalam proses.
MODEL LINIER
Model interpersonal komunikasi pertama adalah(Laswell,1948) Model Linier atau komunikasi satu arah, dimana proses satu orang berinteraksi dengan orang lain. hal tersebut merupakan model verbal berupa konsistensi dari lima pertanyaan yang menjawab proses kejadian hasil dari komunikasi ;
Apa ?
Mengatakan apa ?
Menggunakan chanel apa ?
Kepada Siapa ?
Dengan efek apa ?
Blog berisi artikel dan bahan perkuliahan Komunikasi, dengan harapan dapat membantu rekan mahasiswa dalam studi ilmu komunikasi di kampus manapun anda berada.
welcome
Minggu, 13 Juli 2008
PARTICIPATING EFFECTIVELY IN A DIVERSE SOCIETY
PARTICIPATING EFFECTIVELY
IN A DIVERSE SOCIETY
(Berpartisipasi efektif dalam lingkungan yang beragam)
Untuk memperjelas tentang teori Maslow, saya ingin tambahkan ke-6, satu hal yang dipahami dengan baik ketika Maslow mengembangkan teorinya. Robert Shuter menyatakan bahwa pemahaman dan interaksi dengan kultur yang lain adalah “satu hal terpenting tentang isu komunikasi global”.(1990,hal.241) kita semua perlu dan membutuhkan bagaimana berkomunikasi efektif dengan keberagaman dunia yang lebih tinggi.
Untuk mengfungsikan lebih efektif didunia yang terbentuk beragam ini, kita harus belajar bagaimana berkomunikasi dengan cara menunjukkan pengertian dan rasa hormat kepada yang lain, dan cara lain dalam berkomunikasi.
Saat berinteraksi dengan yang lain, kita belajar pengalaman, nilai, pakaian, gaya hidup yang berbeda dengan milik kita, dalam berinteraksi, manusia berusaha memahami perbedaan mereka dan kemiripan mereka, dan mepromosikan perkembangan dirinya. Sebagaimana menurut Harlan Cleveland(1995) mengatakan ; ketika menyatakan tentang masyarakat social masa depan, adalah hal yang sangat penting adalah seluruh manusia belajar bagaimana dapat berbeda bersama-sama (hidup bersama dalam perbedaan).
IN A DIVERSE SOCIETY
(Berpartisipasi efektif dalam lingkungan yang beragam)
Untuk memperjelas tentang teori Maslow, saya ingin tambahkan ke-6, satu hal yang dipahami dengan baik ketika Maslow mengembangkan teorinya. Robert Shuter menyatakan bahwa pemahaman dan interaksi dengan kultur yang lain adalah “satu hal terpenting tentang isu komunikasi global”.(1990,hal.241) kita semua perlu dan membutuhkan bagaimana berkomunikasi efektif dengan keberagaman dunia yang lebih tinggi.
Untuk mengfungsikan lebih efektif didunia yang terbentuk beragam ini, kita harus belajar bagaimana berkomunikasi dengan cara menunjukkan pengertian dan rasa hormat kepada yang lain, dan cara lain dalam berkomunikasi.
Saat berinteraksi dengan yang lain, kita belajar pengalaman, nilai, pakaian, gaya hidup yang berbeda dengan milik kita, dalam berinteraksi, manusia berusaha memahami perbedaan mereka dan kemiripan mereka, dan mepromosikan perkembangan dirinya. Sebagaimana menurut Harlan Cleveland(1995) mengatakan ; ketika menyatakan tentang masyarakat social masa depan, adalah hal yang sangat penting adalah seluruh manusia belajar bagaimana dapat berbeda bersama-sama (hidup bersama dalam perbedaan).
THE INTERPERSONAL IMPERATIVE
THE INTERPERSONAL IMPERATIVE
Sangat pentingnya Komunikasi Interpersonal
Pernahkah anda berpikir kenapa kita harus berkomunikasi dengan yang lain ? psykolog William Schutz (1966) mengembangkan teori interpersonal yang dibutuhkan, yang menyatakan bahwa kecenderungan kita untuk menciptakan dan menata hubungan tergantung pada sebaik apa mereka mempertemukan tiga unsur dasar yang dibutuhkan (interpersonal basic). Yang pertama adalah perhatian, dan rasa untuk memberi dan menerima cinta dan suka. Kebutuhan kedua adalah inclusion (diakui keberadaannya) yaitu rasa menjadi makhluk social dan menjadi bagian dari group. Kebutuhan ketiga adalah kontrol, yaitu perasaan untuk dapat mempengaruhi atau didengar oleh orang lain atau dalam kehidupan kita.
PHYSICAL NEEDS (Kebutuhan Psikologis)
Pada Kebutuhan mendasar manusia adalah dapat bertahan, dan komunikasi dapat membantu mempertemukan kita dengan hal tersebut. Untuk bertahan seorang bayi harus memberitahu yang lain ketika mereka lapar atau sakit. Dan orang lain harus merespon hal tersebut atau bayi dapat mati. Selain dapat bertahan, anak-anak membutuhkan interaksi untuk dapat maju. Linda Mayes seorang psikolog anak di Yale University, melaporkan seorang anak dapat kelaparan dan menderita jika mereka trouma saat mereka kecil, hal tersebut dapat menambah stress hormonal yang dapat mengganggu control emosi, seorang dewasa yang masa kecilnya kelaparan dapat mengalami kekurangan daya ingat, penakut, hiperaktif, dan impulsive.
SAFETY NEEDS (Kebutuhan Keamanan, Kenyamanan)
Kita selalu membutuhkan rasa nyaman dan aman saat berkomunikasi, jika atap-mu lepas atau rayap sudah menyerang apartemenmu, kamu harus berbicara dengan manajer properti atau pemilik untuk mendapat solusi dan anda akan mendapatkan atap yang aman. Jika seseorang mengancam dirimu maka anda akan menghubungi staf hokum/ keamanan untuk mendapatkan perlindungan, itulah beberapa contoh upaya yang kita lakukan untuk mendapatkan rasa aman. Komunikasi selalu dibutuhkan untuk melindungi kita dari gangguan lingkungan sekitar kita.
BELONGING NEEDS (Kebutuhan Pengakuan Sosial)
Level ketiga dari Hirarki Maslow adalah Hak Milik/Kepemilikan, atau status social, kita semua membutuhkan yang lain untuk bahagia, menikmati hidup, untuk merasa nyaman saat bekerja, dan menambah pengalaman. Kita menginginkan perusahaan lain, penerimaan dan kerjasama, penegasan pengakuan, dan kita membutuhkan penerimaan dan pengakuan kepada yang lain, kita berkomunikasi untuk menemukan status social dengan berbicara kepada orang lain, berbagi rasa secara online, nonton film bareng, dan bekerjasama dalam tim projek. Sehingga anda dapat menemukan informasi baru dan tentang lingkungan dan diri anda.
SELF ESTEEM NEEDS (Kebutuhan untuk di hargai/dihormati)
Lanjutan dari Hirarki Maslow, kita menemukan tentang, kebutuan untuk dihormati/dihargai yang mencakup nilai dan penghormatan dari orang lain atau diri kita. Sesuai dengan penjelasan terdahulu bahwa seorang anak mulai membentuk image dirinya dimulai dari anggapan anggota keluarga kepada dirinya, apakah dia lamban, pintar, cantik dll. Begitu juga orang dewasa, mendapatkan jati diri setelah menerima anggapan dan pendapat orang lain.
SELF ACTUATING NEEDS (Kebutuhan beraktualisasi diri)
Sesuai dengan pandangan Maslow, sebagian besar kebutuhan abstrak manusia adalah Aktualisasi diri(Maslow 1945/1870), ‘Menemukan aktualisasi diri dengan kemajuan penuh dan menggunakan kecerdasan, kemampuan, dan potensi unik dari diri kita’(hal.150).
Untuk mencapai ini kita perlu menemukan potensi diri yang sudah ada, yang mungkin sudah kita miliki. Sebagai manusia kita membutuhkan tidak hanya bertahan, rasa aman, pengakuan, dan penghormatan, kita selalu berkembang dalam pertumbuhan kita. Untuk menjadi diri kita secara penuh menjadi orang yang “mengaktualisasikan diri” kita harus memegang ide yang selalu kita tumbuhkan, kembangkan, dan yang selalu kita rubah.
Sangat pentingnya Komunikasi Interpersonal
Pernahkah anda berpikir kenapa kita harus berkomunikasi dengan yang lain ? psykolog William Schutz (1966) mengembangkan teori interpersonal yang dibutuhkan, yang menyatakan bahwa kecenderungan kita untuk menciptakan dan menata hubungan tergantung pada sebaik apa mereka mempertemukan tiga unsur dasar yang dibutuhkan (interpersonal basic). Yang pertama adalah perhatian, dan rasa untuk memberi dan menerima cinta dan suka. Kebutuhan kedua adalah inclusion (diakui keberadaannya) yaitu rasa menjadi makhluk social dan menjadi bagian dari group. Kebutuhan ketiga adalah kontrol, yaitu perasaan untuk dapat mempengaruhi atau didengar oleh orang lain atau dalam kehidupan kita.
PHYSICAL NEEDS (Kebutuhan Psikologis)
Pada Kebutuhan mendasar manusia adalah dapat bertahan, dan komunikasi dapat membantu mempertemukan kita dengan hal tersebut. Untuk bertahan seorang bayi harus memberitahu yang lain ketika mereka lapar atau sakit. Dan orang lain harus merespon hal tersebut atau bayi dapat mati. Selain dapat bertahan, anak-anak membutuhkan interaksi untuk dapat maju. Linda Mayes seorang psikolog anak di Yale University, melaporkan seorang anak dapat kelaparan dan menderita jika mereka trouma saat mereka kecil, hal tersebut dapat menambah stress hormonal yang dapat mengganggu control emosi, seorang dewasa yang masa kecilnya kelaparan dapat mengalami kekurangan daya ingat, penakut, hiperaktif, dan impulsive.
SAFETY NEEDS (Kebutuhan Keamanan, Kenyamanan)
Kita selalu membutuhkan rasa nyaman dan aman saat berkomunikasi, jika atap-mu lepas atau rayap sudah menyerang apartemenmu, kamu harus berbicara dengan manajer properti atau pemilik untuk mendapat solusi dan anda akan mendapatkan atap yang aman. Jika seseorang mengancam dirimu maka anda akan menghubungi staf hokum/ keamanan untuk mendapatkan perlindungan, itulah beberapa contoh upaya yang kita lakukan untuk mendapatkan rasa aman. Komunikasi selalu dibutuhkan untuk melindungi kita dari gangguan lingkungan sekitar kita.
BELONGING NEEDS (Kebutuhan Pengakuan Sosial)
Level ketiga dari Hirarki Maslow adalah Hak Milik/Kepemilikan, atau status social, kita semua membutuhkan yang lain untuk bahagia, menikmati hidup, untuk merasa nyaman saat bekerja, dan menambah pengalaman. Kita menginginkan perusahaan lain, penerimaan dan kerjasama, penegasan pengakuan, dan kita membutuhkan penerimaan dan pengakuan kepada yang lain, kita berkomunikasi untuk menemukan status social dengan berbicara kepada orang lain, berbagi rasa secara online, nonton film bareng, dan bekerjasama dalam tim projek. Sehingga anda dapat menemukan informasi baru dan tentang lingkungan dan diri anda.
SELF ESTEEM NEEDS (Kebutuhan untuk di hargai/dihormati)
Lanjutan dari Hirarki Maslow, kita menemukan tentang, kebutuan untuk dihormati/dihargai yang mencakup nilai dan penghormatan dari orang lain atau diri kita. Sesuai dengan penjelasan terdahulu bahwa seorang anak mulai membentuk image dirinya dimulai dari anggapan anggota keluarga kepada dirinya, apakah dia lamban, pintar, cantik dll. Begitu juga orang dewasa, mendapatkan jati diri setelah menerima anggapan dan pendapat orang lain.
SELF ACTUATING NEEDS (Kebutuhan beraktualisasi diri)
Sesuai dengan pandangan Maslow, sebagian besar kebutuhan abstrak manusia adalah Aktualisasi diri(Maslow 1945/1870), ‘Menemukan aktualisasi diri dengan kemajuan penuh dan menggunakan kecerdasan, kemampuan, dan potensi unik dari diri kita’(hal.150).
Untuk mencapai ini kita perlu menemukan potensi diri yang sudah ada, yang mungkin sudah kita miliki. Sebagai manusia kita membutuhkan tidak hanya bertahan, rasa aman, pengakuan, dan penghormatan, kita selalu berkembang dalam pertumbuhan kita. Untuk menjadi diri kita secara penuh menjadi orang yang “mengaktualisasikan diri” kita harus memegang ide yang selalu kita tumbuhkan, kembangkan, dan yang selalu kita rubah.
Label:
THE INTERPERSONAL IMPERATIVE
A FIRST LOOK AT INTERPERSONAL COMMUNICATION
A FIRST LOOK
AT INTERPERSONAL COMMUNICATION
“Exploration is really the essence of the human spirit”
“Ekspresi benar-benar merupakan esensi dasar dari semangat manusia”
The interpersonal imperative
Participating effectively in a diverse Society
Model of interpersonal communication
Difining interpesonal communication
Principles of interpersonal communication
Guidelines for interpersonal communication
PENDAHULUAN
Kamu telah di interview selama kurang lebih 2 bulan dan selama itu kamu belum mendapatkan satu pekerjaanpun, setelah interview-interview tersebut tidak menghasilkan, kemudian anda pergi keteman terdekat dan menanyakan kenapa terjadi seperti itu. Walaupun hanya untuk menyatakan rasa simpati, teman anda menyarankan agar pergi makan siang dan berdiskusi. Memesan pizza, anda memperlihatkan bahwa anda mulai khawatir tidak dapat pekerjaan dan anda memikirkan apa yang terjadi dengan diri saya.
Teman anda mendengarkan dengan seksama, dan dia bercerita kepadamu tentang temannya yang lain yang juga belum mendapat pekerjaan. Paling tidak anda tidak merasakan hal tersebut sendirian.
Saat anda mendengarkan padanya rasa kurang percaya diri anda mulai terobati, sebelum pergi dia memberitahu anda tentang website yang bernama Virtual interview yang mempersilahkan anda untuk melatih kemampuan komunikasi dan kerja dengan anda untuk ditingkatkan dengan beberapa strategi baru mengenai interview. Anda merasakan banyak dibantu setelahnya.
Interpersonal merupakan hal yang central(penting), bagi kehidupan keseharian kita, kita membutuhkan orang lain untuk membantu yang terjadi pada kehidupan diri kita dan membantu masalah kita dengan seksama. Kita ingin mereka berbagi kekhawatiran dan kesenangan kita, dengan kata lain kita menginginkan orang lain memberikan rasa percayadiri pada kita, dan perkembangan profesional kita.
Teman-teman dan “teman dekat” kita yang mempercayai kita selalu bisa membantu untuk menanggulangi rasa kalah tersebut, dan bisa menjadi lebih baik dari pada yang kita inginkan. Staff pekerja yang memberikan kita nasehat dan solusi membantu kita untuk meningkatkan keefektifan kita pada pekerjaan. Dan terkadang kita cuma ingin hangout bersama teman yang kita percaya dan kita sukai.
AT INTERPERSONAL COMMUNICATION
“Exploration is really the essence of the human spirit”
“Ekspresi benar-benar merupakan esensi dasar dari semangat manusia”
The interpersonal imperative
Participating effectively in a diverse Society
Model of interpersonal communication
Difining interpesonal communication
Principles of interpersonal communication
Guidelines for interpersonal communication
PENDAHULUAN
Kamu telah di interview selama kurang lebih 2 bulan dan selama itu kamu belum mendapatkan satu pekerjaanpun, setelah interview-interview tersebut tidak menghasilkan, kemudian anda pergi keteman terdekat dan menanyakan kenapa terjadi seperti itu. Walaupun hanya untuk menyatakan rasa simpati, teman anda menyarankan agar pergi makan siang dan berdiskusi. Memesan pizza, anda memperlihatkan bahwa anda mulai khawatir tidak dapat pekerjaan dan anda memikirkan apa yang terjadi dengan diri saya.
Teman anda mendengarkan dengan seksama, dan dia bercerita kepadamu tentang temannya yang lain yang juga belum mendapat pekerjaan. Paling tidak anda tidak merasakan hal tersebut sendirian.
Saat anda mendengarkan padanya rasa kurang percaya diri anda mulai terobati, sebelum pergi dia memberitahu anda tentang website yang bernama Virtual interview yang mempersilahkan anda untuk melatih kemampuan komunikasi dan kerja dengan anda untuk ditingkatkan dengan beberapa strategi baru mengenai interview. Anda merasakan banyak dibantu setelahnya.
Interpersonal merupakan hal yang central(penting), bagi kehidupan keseharian kita, kita membutuhkan orang lain untuk membantu yang terjadi pada kehidupan diri kita dan membantu masalah kita dengan seksama. Kita ingin mereka berbagi kekhawatiran dan kesenangan kita, dengan kata lain kita menginginkan orang lain memberikan rasa percayadiri pada kita, dan perkembangan profesional kita.
Teman-teman dan “teman dekat” kita yang mempercayai kita selalu bisa membantu untuk menanggulangi rasa kalah tersebut, dan bisa menjadi lebih baik dari pada yang kita inginkan. Staff pekerja yang memberikan kita nasehat dan solusi membantu kita untuk meningkatkan keefektifan kita pada pekerjaan. Dan terkadang kita cuma ingin hangout bersama teman yang kita percaya dan kita sukai.
Rabu, 02 Juli 2008
Strategi Perang Urat Saraf
Strategi Perang Urat Saraf
Karena perang uarat saraf itu merupakan metoda komunikasi dan menjadi objek studi ilmu komunikasi, maka strategi perang urat saraf adalah strategi komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, dalam hubungannya dengan stretegi perang urat saraf ini disarankan untuk menggunakan pendapat para ahli :
Harold Lasswell : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
Gerhard Maletzke : The goals which the communicator sought to achieve
Herbert W. Simons : Situational Context
William E. Daugherty : Propapaganda clasification :
• white propaganda
• black propaganda
• gray propaganda
Harcourt, Brace & Co. : The devices of propaganda :
• name calling
• glittering generality
• transfer
• testimonial
• plain folks
• card stacking
• bandwagon (1994 : 167)
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendy dalam cara menelaah proses perang urat saraf untuk menyusun suatu strategi sebaiknya dalam bentuk pertanyaan berikut :
• Siapa yang akan dijadikan sasaran ?
Dapat ditujukan pada pihak musuh, pihak netral, dan pihak yang bersimpati, tetapi tujuan akhir sasaran (the goals which the communicator sought to achieve) adalah sama, yaitu mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku mereka.
• Media apa yang akan dipergunakan ?
Pemilihan media disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju dan bergantung pada situasi (situational context). Pada musuh yang dijadikan sasaran parang urat saraf yang paling efektif dengan radio, karena redio tidak mengenal jarak dan rintangan, atau dengan komunikasi tatap muka (face to face communication), misal untuk menyebarkan desas-desus. Pada pihak netral dan pihak sekutu dapat digunakan semua media den juga dengan diplomasi dan negoisasi.
• Pesan apa yang akan disebarkan ?
Pesan yang akan dilancarkan juga menyangkut devices (muslihat) yang akan dilakukan serta berkaitan erat dengan tujuan perang urat saraf, siapa yang dijadikan sasaran, dan efek yang diharapkan.
• Apa yang menjadi tujuan dan efek apa yang diharapkan ?
Tujuan dan efek yang diharapkan dalam rangka melancarkan perang urat saraf hampir tidak dapat dibedakan. Dalam prosesnya, tujuannya terdapat pada komunikator, yaitu perencana dan pelaku perang urat saraf, sedangkan efeknya terdapat pada komunikan, yaitu pihak sasaran perang urat saraf, yaitu untuk mempengaruhi untuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior). Sikap komunikan bersifat inwrdly held (bersemi di dalam lubuk hati, tak tampak oleh orang lain). Baru akan diketahui apabila sikap itu outwardly expressed (dinyatakan secara verbal dalam bentuk pendapat dan secara non-verbal dalam perilaku atau tindakan).
• Apa yang harus dilakukan oleh komunikator perang urat saraf ?
Perang urat saraf termasuk kegiatan yang meliputi strategi dan operasi, maka komunikatornya bersifat kolektif (collective communicator). Dapat berfungsi sebagai strategist atau penyiasat yang harus memiliki penguasaan ilmu dan teori multi disipliner, karena sekaligus berfungsi sebagai penangkal perang urat saraf dari pihak musuh. Untuk itu penyiasat ini harus orang yang : aktif, dinamis, optimis, tenang, gemar membaca, dan paka terhadap gejala sosial.
Operasi Perang Urat Saraf
Operasi perang urat saraf merupakan pelaksanaan berdasarkan strategi yang telah disusun secara luas, mendalam, matang, dan terpadu. Kegiatan yang mermacam-macam harus simultan, dapat satu persatu dengan prinsip harus tepat waktunya.
Operasi perang urat saraf terdiri atas operasi intelijen dan operasi mempengauhi. Intelijen (Bahasa Inggris intelligence) berasal dari Bahasa Latin intelligentia yang berarti kecerdasan, akal budi, nalar. Pada konteks perang urat saraf dalam Encyclopedia Internasional yang dikutip dan diterjemahkan Onang Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, terdapat pengertian sempit intelijen, yaitu :
• Governmental intelligence : Information gathered by both open and covert means which is useful to nationstates in the conduct of their foreigh relations in peace and war (Informasi yang dikumpulkan, baik secara terbuka maupun secara terselubung, yang berguna bagi suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara-negara asing pada waktu damai dan perang).
• Military intelligence : The knowledge gained in peace and war from the collection, evaluation, analysis, integration, and interpretation of information about an actual or potential enemy or area of operations (Pengetahuan yang diperoleh pada waktu damai dan perang dari hasil koleksi, evaluasi, analisis, integrasi, dan potensial atau tentang medan laga). (1994 : 171)
Dalam teori komunikasi dikenal adanya circular communication (komunikasi sirkular) atau komunikasi berputar. Dalam proses komunikasi dimulai dari feedforward (arus laju), yaitu sebelum komunikator menyampaikan pesannya pada komunikan, komunikator berusaha mengetahui sebanyak-banyaknya frame of reference (kerangka acuan : usia, pekerjaan, agama, tingkat pendidikan, pandangan hidupnya, kepercayaannya, hobinya, dan sebagainya) dari komunikannya. Setelah pesan disampaikan komunikator berusaha agar terjadi feedback (arus balik/umpan balik), berusaha mengetahui response (tanggapan) komunikan terhadap pesan yang disampaikan tadi. Arus balik digunakan untuk evaluasi, apakah komunikasi itu berhasil atau gagal.
Pola komunikasi feedforward – feedback tersebut di atas, apalagi untuk operasi perang urat saraf, dilakukan dengan kemampuan intelijen yang mendukungnya. Yang sering mempraktekkan pola komunikasi tersebut adalah Presiden AS ke-32, Franklin Delano Roosevelt.
Menurut M. Karyadi yang dikutip Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, membagi intelijen ke dalam dua bidang :
Intelijen Terbuka (open intelligence), dilakukan secara terang-terangan, misalnya :
• Membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusastraan mengenai soal-soal tertentu;
• Membaca, mempelajari, dan mengikuti secara terus-menerus pengumuman-pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain;
• Membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau majalah berkala seperti mingguan dan bulanan;
• Mendengarkan, mencatat, dan mempelajari siaran-siaran radio luar dan dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio gelap;
• Membaca dan mempalajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan sebagainya;
• Melihat, memperhatikan, dan mempelajari dengan tajam segala sesuatu yang dialami pada waktu mengadakan peninjauan di suatu tempat atau daerah.
Intelijen Tertutup (secret intelligence), adalah intelijen yang melalukan kegiatannya secara tertutup atau rahasia, seperti :
• Mencari dan mengumpulkan behan-bahan keterangan dan data-data secara tidak terang-terangan
• Membinasakan atau mengurangi kekuatan material lawannya dengan jalan sabotase dan lain-lain secara tersembunyi.
• Merusak jiwa atau moral lawan dengan jalan propaganda yang menjelek-jelekan, pengacauan, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya bukan dengan jalan terang-terangan. (1994 : 171 – 172)
Pendapat M. Karyadi tersebut mencakup pemahaman intelijen yang luas, tetapi cara-cara licik seperti sabotase, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya itu bukanlah kajian ilmu komunikasi. Kebebasan komunikasi dalam kegiatan perang urat saraf terletak pada ciri-ciri : “bertujuan meraih kemenangan dengan cara mempengaruhi jiwa manusia, direncanakan secara mendalam dan matang, dan dilaksanakan secara terbuka dan terselubung”.
Operasi Mempengaruhi
Operasi perang urat saraf dilaksanakan berdasar rencana yang disusun dalam strategi yang dilandasi informasi hasil operasi intelijen. Dalam pelaksanaannya operasi mempengaruhi dibagi dua kegiatan, yaitu :
Komunikasi tatap muka (face to face communication), dilakukan secara rahasia dengan menyelundupkan agen-agen rahasia ke negara musuh. Yang effektif dengan menyebarkan desas-desus melalui pemuka pendapat (opinion leader), karena mengkomunikasikan desas-desus bagaikan “getok ular”, begitu dihembuskan akan cepat menjalar bagaikan menjalarnya bisa ular di tubuh yang terpatok ular. Hal ini sesuai dengan sifat alami manusia untuk menggambarkan kepada orang lain hal yang merangsang seraya menambah-nambahkan agar sensesional. Cara lain dalam operasi mempangaruhi dengan komunikasi tatap muka ialah dengan diplomasi, terutama ditujukan pada pihak netral. Menurut Suzana Keller yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa :
“Para diplomat, sebagaimana diakui secara umum, paling sedikit harus melakukan tiga hal : (1) mewakili negaranya di negara asing;
(2) merundingkan persetujuan internasional; dan
(3) mengirimkan informasi ke negaranya mengenai kecenderungan dan kondisi negara tempat mereka bertugas. Kesemuanya itu tergantung pada komunikasi karena kegiatannya adalah penyampaian pesan, kesan, dan tafsiran oleh seseorang kepada orang lain. Dalam jaringan manusia ini seorang diplomat adalah kunci hubungan komunikasi yang dilakukannya pada umumnya adalah komunikasi antarpersona dalam setting yangtelah ditetapkan secara formal”. (1994 : 173 – 174).
Komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan dalam pelaksanaan operasi mempengaruhi sebagai bagian penting dari proses perang urat saraf, tergantung pada sasaran yang dituju. Radio siaran sangat efektif ntuk melancarkan perang urat saraf.
Karena perang uarat saraf itu merupakan metoda komunikasi dan menjadi objek studi ilmu komunikasi, maka strategi perang urat saraf adalah strategi komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, dalam hubungannya dengan stretegi perang urat saraf ini disarankan untuk menggunakan pendapat para ahli :
Harold Lasswell : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
Gerhard Maletzke : The goals which the communicator sought to achieve
Herbert W. Simons : Situational Context
William E. Daugherty : Propapaganda clasification :
• white propaganda
• black propaganda
• gray propaganda
Harcourt, Brace & Co. : The devices of propaganda :
• name calling
• glittering generality
• transfer
• testimonial
• plain folks
• card stacking
• bandwagon (1994 : 167)
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendy dalam cara menelaah proses perang urat saraf untuk menyusun suatu strategi sebaiknya dalam bentuk pertanyaan berikut :
• Siapa yang akan dijadikan sasaran ?
Dapat ditujukan pada pihak musuh, pihak netral, dan pihak yang bersimpati, tetapi tujuan akhir sasaran (the goals which the communicator sought to achieve) adalah sama, yaitu mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku mereka.
• Media apa yang akan dipergunakan ?
Pemilihan media disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju dan bergantung pada situasi (situational context). Pada musuh yang dijadikan sasaran parang urat saraf yang paling efektif dengan radio, karena redio tidak mengenal jarak dan rintangan, atau dengan komunikasi tatap muka (face to face communication), misal untuk menyebarkan desas-desus. Pada pihak netral dan pihak sekutu dapat digunakan semua media den juga dengan diplomasi dan negoisasi.
• Pesan apa yang akan disebarkan ?
Pesan yang akan dilancarkan juga menyangkut devices (muslihat) yang akan dilakukan serta berkaitan erat dengan tujuan perang urat saraf, siapa yang dijadikan sasaran, dan efek yang diharapkan.
• Apa yang menjadi tujuan dan efek apa yang diharapkan ?
Tujuan dan efek yang diharapkan dalam rangka melancarkan perang urat saraf hampir tidak dapat dibedakan. Dalam prosesnya, tujuannya terdapat pada komunikator, yaitu perencana dan pelaku perang urat saraf, sedangkan efeknya terdapat pada komunikan, yaitu pihak sasaran perang urat saraf, yaitu untuk mempengaruhi untuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior). Sikap komunikan bersifat inwrdly held (bersemi di dalam lubuk hati, tak tampak oleh orang lain). Baru akan diketahui apabila sikap itu outwardly expressed (dinyatakan secara verbal dalam bentuk pendapat dan secara non-verbal dalam perilaku atau tindakan).
• Apa yang harus dilakukan oleh komunikator perang urat saraf ?
Perang urat saraf termasuk kegiatan yang meliputi strategi dan operasi, maka komunikatornya bersifat kolektif (collective communicator). Dapat berfungsi sebagai strategist atau penyiasat yang harus memiliki penguasaan ilmu dan teori multi disipliner, karena sekaligus berfungsi sebagai penangkal perang urat saraf dari pihak musuh. Untuk itu penyiasat ini harus orang yang : aktif, dinamis, optimis, tenang, gemar membaca, dan paka terhadap gejala sosial.
Operasi Perang Urat Saraf
Operasi perang urat saraf merupakan pelaksanaan berdasarkan strategi yang telah disusun secara luas, mendalam, matang, dan terpadu. Kegiatan yang mermacam-macam harus simultan, dapat satu persatu dengan prinsip harus tepat waktunya.
Operasi perang urat saraf terdiri atas operasi intelijen dan operasi mempengauhi. Intelijen (Bahasa Inggris intelligence) berasal dari Bahasa Latin intelligentia yang berarti kecerdasan, akal budi, nalar. Pada konteks perang urat saraf dalam Encyclopedia Internasional yang dikutip dan diterjemahkan Onang Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, terdapat pengertian sempit intelijen, yaitu :
• Governmental intelligence : Information gathered by both open and covert means which is useful to nationstates in the conduct of their foreigh relations in peace and war (Informasi yang dikumpulkan, baik secara terbuka maupun secara terselubung, yang berguna bagi suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara-negara asing pada waktu damai dan perang).
• Military intelligence : The knowledge gained in peace and war from the collection, evaluation, analysis, integration, and interpretation of information about an actual or potential enemy or area of operations (Pengetahuan yang diperoleh pada waktu damai dan perang dari hasil koleksi, evaluasi, analisis, integrasi, dan potensial atau tentang medan laga). (1994 : 171)
Dalam teori komunikasi dikenal adanya circular communication (komunikasi sirkular) atau komunikasi berputar. Dalam proses komunikasi dimulai dari feedforward (arus laju), yaitu sebelum komunikator menyampaikan pesannya pada komunikan, komunikator berusaha mengetahui sebanyak-banyaknya frame of reference (kerangka acuan : usia, pekerjaan, agama, tingkat pendidikan, pandangan hidupnya, kepercayaannya, hobinya, dan sebagainya) dari komunikannya. Setelah pesan disampaikan komunikator berusaha agar terjadi feedback (arus balik/umpan balik), berusaha mengetahui response (tanggapan) komunikan terhadap pesan yang disampaikan tadi. Arus balik digunakan untuk evaluasi, apakah komunikasi itu berhasil atau gagal.
Pola komunikasi feedforward – feedback tersebut di atas, apalagi untuk operasi perang urat saraf, dilakukan dengan kemampuan intelijen yang mendukungnya. Yang sering mempraktekkan pola komunikasi tersebut adalah Presiden AS ke-32, Franklin Delano Roosevelt.
Menurut M. Karyadi yang dikutip Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, membagi intelijen ke dalam dua bidang :
Intelijen Terbuka (open intelligence), dilakukan secara terang-terangan, misalnya :
• Membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusastraan mengenai soal-soal tertentu;
• Membaca, mempelajari, dan mengikuti secara terus-menerus pengumuman-pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain;
• Membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau majalah berkala seperti mingguan dan bulanan;
• Mendengarkan, mencatat, dan mempelajari siaran-siaran radio luar dan dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio gelap;
• Membaca dan mempalajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan sebagainya;
• Melihat, memperhatikan, dan mempelajari dengan tajam segala sesuatu yang dialami pada waktu mengadakan peninjauan di suatu tempat atau daerah.
Intelijen Tertutup (secret intelligence), adalah intelijen yang melalukan kegiatannya secara tertutup atau rahasia, seperti :
• Mencari dan mengumpulkan behan-bahan keterangan dan data-data secara tidak terang-terangan
• Membinasakan atau mengurangi kekuatan material lawannya dengan jalan sabotase dan lain-lain secara tersembunyi.
• Merusak jiwa atau moral lawan dengan jalan propaganda yang menjelek-jelekan, pengacauan, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya bukan dengan jalan terang-terangan. (1994 : 171 – 172)
Pendapat M. Karyadi tersebut mencakup pemahaman intelijen yang luas, tetapi cara-cara licik seperti sabotase, pembunuhan, penculikan, pembakaran, dan sebagainya itu bukanlah kajian ilmu komunikasi. Kebebasan komunikasi dalam kegiatan perang urat saraf terletak pada ciri-ciri : “bertujuan meraih kemenangan dengan cara mempengaruhi jiwa manusia, direncanakan secara mendalam dan matang, dan dilaksanakan secara terbuka dan terselubung”.
Operasi Mempengaruhi
Operasi perang urat saraf dilaksanakan berdasar rencana yang disusun dalam strategi yang dilandasi informasi hasil operasi intelijen. Dalam pelaksanaannya operasi mempengaruhi dibagi dua kegiatan, yaitu :
Komunikasi tatap muka (face to face communication), dilakukan secara rahasia dengan menyelundupkan agen-agen rahasia ke negara musuh. Yang effektif dengan menyebarkan desas-desus melalui pemuka pendapat (opinion leader), karena mengkomunikasikan desas-desus bagaikan “getok ular”, begitu dihembuskan akan cepat menjalar bagaikan menjalarnya bisa ular di tubuh yang terpatok ular. Hal ini sesuai dengan sifat alami manusia untuk menggambarkan kepada orang lain hal yang merangsang seraya menambah-nambahkan agar sensesional. Cara lain dalam operasi mempangaruhi dengan komunikasi tatap muka ialah dengan diplomasi, terutama ditujukan pada pihak netral. Menurut Suzana Keller yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa :
“Para diplomat, sebagaimana diakui secara umum, paling sedikit harus melakukan tiga hal : (1) mewakili negaranya di negara asing;
(2) merundingkan persetujuan internasional; dan
(3) mengirimkan informasi ke negaranya mengenai kecenderungan dan kondisi negara tempat mereka bertugas. Kesemuanya itu tergantung pada komunikasi karena kegiatannya adalah penyampaian pesan, kesan, dan tafsiran oleh seseorang kepada orang lain. Dalam jaringan manusia ini seorang diplomat adalah kunci hubungan komunikasi yang dilakukannya pada umumnya adalah komunikasi antarpersona dalam setting yangtelah ditetapkan secara formal”. (1994 : 173 – 174).
Komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan dalam pelaksanaan operasi mempengaruhi sebagai bagian penting dari proses perang urat saraf, tergantung pada sasaran yang dituju. Radio siaran sangat efektif ntuk melancarkan perang urat saraf.
Propaganda dan Perang Urat Saraf
Propaganda dan Perang Urat Saraf (Psy War)
Istilah propaganda menurut Heinz Dietrich Fischer dan John Calhoun Merril yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, berasal dari nama suatu kegiatan penyiaran agama Katolik, yaitu Sacra Conregatio de Propaganda Fide atau Majelis Suci Untuk Menyebarkan Kepercayaan yang sudah dilakukan semasa Paus Gregorias XV di Roma tahun 1622.
Buku yang dianggap pertama kali mengupas propaganda secara luas dan teoritis adalah Mein Kampf (Perjuanganku) karangan Adolf Hitler (berisi berbagai pedoman untuk menguasai rakyat sendiri dan melumpuhkan mental musuh), buku tersebut menurut Robert B. Downs dianggap sebagai propagandic masterpiece of the age.
Menurut Astrid S. Soesanto propaganda adalah suatu proses penerangan (mengenai suatu paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau pun salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang (biasanya disertai dengan janji-janji muluk) agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.
F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyatakan bahwa : “Pengertian dari propaganda adalah informasi yang berisikan doktrin, opini, ataupun pernyataan resmi dari pemerintah. Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi dengan teknik tertentu”.
Pendapat dari Merrill seperti dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa : “ ... propaganda bisa diartikan mengontrol sikap tingkah laku manusia. Artinya, propaganda digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku manusia untuk kesamaan dalam suatu pendapat atau cita-cita”.
Selanjutnya menurut Casey yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyebutkan bahwa beberapa ciri khas propaganda sebagai berikut :
Para propagandis dalam tugasnya hanyalah melayani para produser pemberitaan tetapi bukan para konsumennya.
Propagandis adalah orang-orang pilihan; mereka adalah orang pintar, disiplin, dan memiliki keberanian moral.
Berita propaganda selalu diperiksa secara cermat, sehingga propagandis harus cerdas.
Propaganda terkadang berbentuk hiburan, seperti film, sinetron, novel, komik dan lainnya, karena hiburan dianggap lebih ampuh untuk menarik khalayak.
Secara teoritis, pesan propaganda harus diulang-ulang. Teknik pengulangan adalah sangat penting dan merupakan dasar dalam kegiatan propaganda.
Para propagandais harus selalu siap menyesaikan strategi propagandanya pada saat menghadapi situasi yang berbeda. Misal kegiatan propaganda melalui media massa dapat diikuti dengan kegiatan Komunikasi Interpersonal yang lebih searah, karena dalam propaganda tidak menghendaki adanya dialog.
Selanjutnya F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) telah mengutip publikasi yang diterbitkan oleh Harcourt, Brace and Company di Amerika Serikat bahwa dalam menerapkan strategi propaganda perlu digunakan tujuh cara (Devices of Propaganda / muslihat propaganda) sebagai berikut :
• The name calling device (Penggunaan nama ejekan), adalah strategi untuk menjatuhkan reputasi seseorang dengan ucapan-ucapan yang tidak baik agar pendengarnya atau pembaca pesan itu tidak menyenangi yang bersangkutan.
• The glittering generalation device (Penggunaan kata-kata muluk), adalah strategi percakapan dengan memaparkan hal-hal umum sehingga soal-soal detail yang sebenarnya penting tidak sempat diperhatikan oleh khalayak.
• The transfe device (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya.
• The testimonial device (Pengutipan), adalah meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri.
• The plain-folks device (Perendahan diri), adalah suatu usaha untuk mengenal motif seseorang dalam berkecimpung di bidang kemasyarakatan.
• The card stacking device (Pemalsuan), berisikan fakta yang mendukung pendapat seseorang dan mengesampingkan semua fakta yang berlawanan. Kemudian fakta tersebut disajikan guna menarik khalayak agar menerimanya, walaupun fakta tersebut berlawanan dengan kebenaran.
• The bandwagon device (Hura-hura), merupakan imbauan kepada khalayak untuk bergabung karena tujuan yang akan dicapai pasti berhasil. Dalam hal ini propagandais harus turun ke lapangan untuk mencapai keberhasilan tersebut. (1993 : 139 – 140).
Perang Urat Saraf (Psy War) adalah suatu proses komunikasi saling melakukan kegiatan propaganda antara seorang figur politik dengan figur politik lain, antara suatu kelompok dengan kelompok lain, dan antara suatu negara dengan negara lain, dengan tujuan untuk saling menekan dan menjatuhkan nama orang atau kelompok atau negara lain tersebut. Bagaimana caranya memusnahkan semangat juang musuh (dengan cara menyelundupkan agen-agen rahasia di kalangan musuh untuk menyebarkan desas-desus yang dapat menggoyahkan kekuatan musuh), dan sebaliknya bagaimana membangkitkan semangat juang jajaran sendiri.
Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, telah mengutip dan menterjemahkan pendapat William E. Daugherty dan Morris Janowitz dari buku yang diterbitkan Departemen of Army USA berjudul A Psychological Warface Casebook, menyatakan bahwa perang urat saraf dapat didefinisikan sebagai :
“ ... The planned use of propaganda and other actions designed to influence the opinions, emotions, attitudes, and behavior of enemy, neutral, and friendly foreign groups in such a way as to support the acomplishment of national aims and objectives.
(Penggunaan secara berencana propaganda dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dirancangkan untuk mempengaruhi pendapat, emosi, sikap, dan perilaku pihak musuh, pihak netral, pihak kelompok asing yang bersahabat dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dan tujuan nasional). (1994 : 160)
Selanjutnya pendapat Paul M.A. Linebarger yang dikutif dan diterjemahkan Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa prang urat saraf terdapat dua pengertian, yaitu :
Perang urat saraf dalam arti sempit, adalah : “The use of propaganda against an enemy, together with such other operasional measures of a military, economic, or political nature as may be required to supplement propaganda (Penggunaan propaganda terhadap musuh beserta tindakan-tindakan operasional lainnya yang bersifat militer, ekonomis, atau politis sebagaimana disyaratkan untuk melengkapi propaganda)”.
Perang urat saraf dalam arti luas, adalah : “ The application of parts of the science of psychology to further the efforts of political, economic, or military actions (Penerapan bagian-bagian dari ilmu psikologi guna melanjutkan kegiatan-kegiatan politik, ekonomi, atau militer)”.
Kemudian Onong Uchjana Effendy menyimpulkan bahwa perang urat saraf meliputi hal-hal berikut :
Ruang Lingkup : Bidang-bidang politik, ekonomi, dan militer.
Sasaran :
Orang-orang yang bersangkutan dengan kegiatan politik, ekonomi, dan militer.
Orang-orang yang ada hubungannya dengan gerakan militer :
• pihak musuh,
• pihak netral,
• pihak sahatat.
Tujuan :
Mencapai kemenangan
Mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku.
Cara :
• Menerapkan aspek ilmu psikologi
• Merencanakan propaganda
• Merancang kegaiatn-kegiatan lain.
(1994 : 162)
Nama-nama lain untuk istilah perang urat saraf menurut Onong Uchjana Effendy, yaitu :
• political walfare (perang politik)
• ideological warfare (perang ideologi)
• nerve warfare ( saraf)
• propaganda warfare (perang propaganda)
• cold war (perang dingin)
• thought war (perang otak)
• war of ideas (perang ide)
• war of words (perang kata-kata)
• war of wits (perang kecerdasan)
• battle for men’s mind (perjuangan terhadap otak manusia)
• campaign of truth (kampanye kebenaran)
• indirect aggression (agresi tak langsung)
• international communication (komunikasi internasional)
• internatiopnal information (informasi internasional)
• international propaganda (propaganda internasional).(1994 : 163)
Dari nama-nama tersebut di atas maka perang urat saraf itu apapun julukannya pada hakikatnya adalah “suatu metode komunikasi yang secara berencana dan sistematis berupaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau kelompok orang dalam ajang kemiliteran, politik, ekonomi, dan lain-lain untuk meraih kemenangan”.
Selanjutnya William E. Daugherty dan Morris Janowitz yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa klasifikasi propaganda meliputi :
White propaganda (Propaganda putih), yaitu propaganda yang diketahui sumbernya. Hal ini sering juga disebut overt propaganda atau propaganda terbuka. Propagandanya dilakukan secara terang-terangan hingga dapat dengan mudah diketahui sumbernya. Misalnya semasa peperangan Irak-Iran hampir setiap hari dari surat kabar atau setiap malam dari radio atau televisi dapat diperoleh berita mengenai hasil dan kemenangan pertempurannya, sumbernya jelas disebutkan. Untuk iu maka sering juga disebut counter propaganda atau propaganda balasan. Kalau dalam bidang ekonomi hal ini sering disebut commercial propaganda.
Black propaganda (Propaganda hitam), adalah propaganda yang menunjukkan sumbernya, tetapi bukan sumber yang sebenarnya. Hal ini disebut juga covert propaganda atau propaganda terselubung. Propaganda bagaikan istilah ‘lempar batu sembunyi tangan’ yang termasuk kegiatan yang tidak terpuji.
Gray propaganda (Propaganda kelabu), propaganda dilancarkan dengan menghindari identifikasi sumbernya, maka ada yang menganggap tidak lebih sebagai propaganda hitam atau propaganda terselubung yang kurang mantap. (1994 : 163 – 164).
Istilah propaganda menurut Heinz Dietrich Fischer dan John Calhoun Merril yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, berasal dari nama suatu kegiatan penyiaran agama Katolik, yaitu Sacra Conregatio de Propaganda Fide atau Majelis Suci Untuk Menyebarkan Kepercayaan yang sudah dilakukan semasa Paus Gregorias XV di Roma tahun 1622.
Buku yang dianggap pertama kali mengupas propaganda secara luas dan teoritis adalah Mein Kampf (Perjuanganku) karangan Adolf Hitler (berisi berbagai pedoman untuk menguasai rakyat sendiri dan melumpuhkan mental musuh), buku tersebut menurut Robert B. Downs dianggap sebagai propagandic masterpiece of the age.
Menurut Astrid S. Soesanto propaganda adalah suatu proses penerangan (mengenai suatu paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau pun salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang (biasanya disertai dengan janji-janji muluk) agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.
F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyatakan bahwa : “Pengertian dari propaganda adalah informasi yang berisikan doktrin, opini, ataupun pernyataan resmi dari pemerintah. Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi dengan teknik tertentu”.
Pendapat dari Merrill seperti dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa : “ ... propaganda bisa diartikan mengontrol sikap tingkah laku manusia. Artinya, propaganda digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku manusia untuk kesamaan dalam suatu pendapat atau cita-cita”.
Selanjutnya menurut Casey yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) menyebutkan bahwa beberapa ciri khas propaganda sebagai berikut :
Para propagandis dalam tugasnya hanyalah melayani para produser pemberitaan tetapi bukan para konsumennya.
Propagandis adalah orang-orang pilihan; mereka adalah orang pintar, disiplin, dan memiliki keberanian moral.
Berita propaganda selalu diperiksa secara cermat, sehingga propagandis harus cerdas.
Propaganda terkadang berbentuk hiburan, seperti film, sinetron, novel, komik dan lainnya, karena hiburan dianggap lebih ampuh untuk menarik khalayak.
Secara teoritis, pesan propaganda harus diulang-ulang. Teknik pengulangan adalah sangat penting dan merupakan dasar dalam kegiatan propaganda.
Para propagandais harus selalu siap menyesaikan strategi propagandanya pada saat menghadapi situasi yang berbeda. Misal kegiatan propaganda melalui media massa dapat diikuti dengan kegiatan Komunikasi Interpersonal yang lebih searah, karena dalam propaganda tidak menghendaki adanya dialog.
Selanjutnya F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) telah mengutip publikasi yang diterbitkan oleh Harcourt, Brace and Company di Amerika Serikat bahwa dalam menerapkan strategi propaganda perlu digunakan tujuh cara (Devices of Propaganda / muslihat propaganda) sebagai berikut :
• The name calling device (Penggunaan nama ejekan), adalah strategi untuk menjatuhkan reputasi seseorang dengan ucapan-ucapan yang tidak baik agar pendengarnya atau pembaca pesan itu tidak menyenangi yang bersangkutan.
• The glittering generalation device (Penggunaan kata-kata muluk), adalah strategi percakapan dengan memaparkan hal-hal umum sehingga soal-soal detail yang sebenarnya penting tidak sempat diperhatikan oleh khalayak.
• The transfe device (Pengalihan), merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu ke suatu pihak. Sebagai contoh : para politikus memajang fotonya ketika sedang bersalaman dengan presiden di ruang kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya.
• The testimonial device (Pengutipan), adalah meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya sendiri.
• The plain-folks device (Perendahan diri), adalah suatu usaha untuk mengenal motif seseorang dalam berkecimpung di bidang kemasyarakatan.
• The card stacking device (Pemalsuan), berisikan fakta yang mendukung pendapat seseorang dan mengesampingkan semua fakta yang berlawanan. Kemudian fakta tersebut disajikan guna menarik khalayak agar menerimanya, walaupun fakta tersebut berlawanan dengan kebenaran.
• The bandwagon device (Hura-hura), merupakan imbauan kepada khalayak untuk bergabung karena tujuan yang akan dicapai pasti berhasil. Dalam hal ini propagandais harus turun ke lapangan untuk mencapai keberhasilan tersebut. (1993 : 139 – 140).
Perang Urat Saraf (Psy War) adalah suatu proses komunikasi saling melakukan kegiatan propaganda antara seorang figur politik dengan figur politik lain, antara suatu kelompok dengan kelompok lain, dan antara suatu negara dengan negara lain, dengan tujuan untuk saling menekan dan menjatuhkan nama orang atau kelompok atau negara lain tersebut. Bagaimana caranya memusnahkan semangat juang musuh (dengan cara menyelundupkan agen-agen rahasia di kalangan musuh untuk menyebarkan desas-desus yang dapat menggoyahkan kekuatan musuh), dan sebaliknya bagaimana membangkitkan semangat juang jajaran sendiri.
Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, telah mengutip dan menterjemahkan pendapat William E. Daugherty dan Morris Janowitz dari buku yang diterbitkan Departemen of Army USA berjudul A Psychological Warface Casebook, menyatakan bahwa perang urat saraf dapat didefinisikan sebagai :
“ ... The planned use of propaganda and other actions designed to influence the opinions, emotions, attitudes, and behavior of enemy, neutral, and friendly foreign groups in such a way as to support the acomplishment of national aims and objectives.
(Penggunaan secara berencana propaganda dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dirancangkan untuk mempengaruhi pendapat, emosi, sikap, dan perilaku pihak musuh, pihak netral, pihak kelompok asing yang bersahabat dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dan tujuan nasional). (1994 : 160)
Selanjutnya pendapat Paul M.A. Linebarger yang dikutif dan diterjemahkan Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa prang urat saraf terdapat dua pengertian, yaitu :
Perang urat saraf dalam arti sempit, adalah : “The use of propaganda against an enemy, together with such other operasional measures of a military, economic, or political nature as may be required to supplement propaganda (Penggunaan propaganda terhadap musuh beserta tindakan-tindakan operasional lainnya yang bersifat militer, ekonomis, atau politis sebagaimana disyaratkan untuk melengkapi propaganda)”.
Perang urat saraf dalam arti luas, adalah : “ The application of parts of the science of psychology to further the efforts of political, economic, or military actions (Penerapan bagian-bagian dari ilmu psikologi guna melanjutkan kegiatan-kegiatan politik, ekonomi, atau militer)”.
Kemudian Onong Uchjana Effendy menyimpulkan bahwa perang urat saraf meliputi hal-hal berikut :
Ruang Lingkup : Bidang-bidang politik, ekonomi, dan militer.
Sasaran :
Orang-orang yang bersangkutan dengan kegiatan politik, ekonomi, dan militer.
Orang-orang yang ada hubungannya dengan gerakan militer :
• pihak musuh,
• pihak netral,
• pihak sahatat.
Tujuan :
Mencapai kemenangan
Mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku.
Cara :
• Menerapkan aspek ilmu psikologi
• Merencanakan propaganda
• Merancang kegaiatn-kegiatan lain.
(1994 : 162)
Nama-nama lain untuk istilah perang urat saraf menurut Onong Uchjana Effendy, yaitu :
• political walfare (perang politik)
• ideological warfare (perang ideologi)
• nerve warfare ( saraf)
• propaganda warfare (perang propaganda)
• cold war (perang dingin)
• thought war (perang otak)
• war of ideas (perang ide)
• war of words (perang kata-kata)
• war of wits (perang kecerdasan)
• battle for men’s mind (perjuangan terhadap otak manusia)
• campaign of truth (kampanye kebenaran)
• indirect aggression (agresi tak langsung)
• international communication (komunikasi internasional)
• internatiopnal information (informasi internasional)
• international propaganda (propaganda internasional).(1994 : 163)
Dari nama-nama tersebut di atas maka perang urat saraf itu apapun julukannya pada hakikatnya adalah “suatu metode komunikasi yang secara berencana dan sistematis berupaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau kelompok orang dalam ajang kemiliteran, politik, ekonomi, dan lain-lain untuk meraih kemenangan”.
Selanjutnya William E. Daugherty dan Morris Janowitz yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek, bahwa klasifikasi propaganda meliputi :
White propaganda (Propaganda putih), yaitu propaganda yang diketahui sumbernya. Hal ini sering juga disebut overt propaganda atau propaganda terbuka. Propagandanya dilakukan secara terang-terangan hingga dapat dengan mudah diketahui sumbernya. Misalnya semasa peperangan Irak-Iran hampir setiap hari dari surat kabar atau setiap malam dari radio atau televisi dapat diperoleh berita mengenai hasil dan kemenangan pertempurannya, sumbernya jelas disebutkan. Untuk iu maka sering juga disebut counter propaganda atau propaganda balasan. Kalau dalam bidang ekonomi hal ini sering disebut commercial propaganda.
Black propaganda (Propaganda hitam), adalah propaganda yang menunjukkan sumbernya, tetapi bukan sumber yang sebenarnya. Hal ini disebut juga covert propaganda atau propaganda terselubung. Propaganda bagaikan istilah ‘lempar batu sembunyi tangan’ yang termasuk kegiatan yang tidak terpuji.
Gray propaganda (Propaganda kelabu), propaganda dilancarkan dengan menghindari identifikasi sumbernya, maka ada yang menganggap tidak lebih sebagai propaganda hitam atau propaganda terselubung yang kurang mantap. (1994 : 163 – 164).
Bentuk-bentuk Komunikasi Politik
Bentuk-bentuk Komunikasi Yang Mendominasi Komunikasi Politik
1. Kampanye
Pada dasarnya pidato, kampanye, dan propaganda merupakan bentuk-bentuk komunikasi antarmanusia (human communications) yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan teknik dan metode tertentu pula.
Istilah kampanye berasal dari Bahasa Inggris campaign yang juga berasal dari Bahasa Latin campus yang berarti “extensive track of country, series of operation in a particular theactric war, an organized series of operation, meeting canvassing”. Hal ini membawa permasalahan ke masalah berkomunikasi populer/popularisasi tentang suatu masalah.
Menurut Rice dan Paisley yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Tujuan kampanye adalah menciptakan ‘perubahan’ atau ‘perbaikan’ dalam masyarakat... (1993 : 134).
Menurut Astrid S. Soesanto dalam buku Pendapat Umum menyatakan bahwa prinsip dasar dalam kampanye adalah bahwa kampanye mengikuti proses komunikasi dan unsur-unsurnya, yaitu :
Proses Rasionalisasi/Emosionalitas. Proses rasional yaitu apa yang secara harfiah disampaikan dalam suatu kegiatan komunikasi. Proses emosional yang “sekedar” tersirat dalam penyampaian informasi. Proses rasionalitas biasanya terjadi waktu orang membahas hal-hal yang tidak terlalu melibatkan kepentingan pribadinya sehingga konsensus mudah tercapai. Unsur rasionalitas adalah proses pengoperan lambang-lambang secara harfiah dan proses komunikasi ialah proses emosionalitas yang mengiringi informasi rasional tadi. Tingkat emosionalitas dapat dideteksi melalui : pilihan kata dan tanda penyampaian. Hal lain yang berkaitan dengan proses rasionalitas adalah anteseden yaitu sumber pengalaman yang mendahului.
Unsur emosionalitas dan rasionalitas juga makin meningkat atau berkurang bila dikaitkan dengan :
• Kemampuan ekonomi/pendidikan
• Relevansi dengan hidup
• Demi waktu/rencana memanfaatkan waktu
Proses Informasi dan Proses Komunikasi. Proses perumusan informasi diambil dari sumber retreval yang tepat sumber, tepat alinea, tepat digit. Proses Komunikasi dengan retreval ditentukan oleh anteseden atau pengalaman yang mendahului, tetapi yang terpenting ialah adanya logika yang mengkaitkan informasi baru dengan informasi lama. (1975 : 123).
Sedangkan pendapat F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa dalam melaksanakan kampanye ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain :
Perkiraan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan dari khalayak sasaran.
• Rencanakan kampanye secara sistematis.
• Lakuakan evaluasi secara terus-menerus.
• Gunakan media massa dan Komunikasi Interpersonal.
• Pilihlah media massa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (1993 : 135).
Menurut Astrid S. Soesanto secara ilmiah proses kampanye berjalan sebagai berikut :
mirip dengan iklan, tetapi lebih kuat dan agresif (Catatan : iklan adalah sejenis kampanye memerlukan proses lebih panjang dan lama) kampanye “mencegat” orang hampir di semua sudut. Tidak menyerahkan pengaruh kepada free market / social forces, menemui sasarannya dalam berbagai bentuk, keberhasilan kampanye ditentukan oleh tersedianya sesuatu segera setelah pesan mencapai sasaran, singkatnya kampanye “mengeroyok” sasaran di mana-mana dengan kata dan kegiatan, dan tidak mengenal ragu dan sangat yakin dan meyakinkan.(1975 : 124)
Selanjutnya menurut Astri S. Soesanto sebelum mengadakan program kampanye perlu diadakan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dalam merumuskan suatu program pesan-pesan kampanye, seperti :
siapakah komunikator , kepentingannya dan sasarannya ?
apakah lingkungan mendukung ?
• bagaimana ketersedian “sesuatu” alternatif bila pesan kampanye diterima khalayak ?
• bagaimanakah masa depan “sesuatu” (yang dikampanyekan) berikut unsur pendukung dan persaingan
Semua topik telah diteliti, seperti sasaran, lingkungan, latar belakang budaya, overlapping of interest (perimpitan kepentingan). Contoh overlapping of interest adalah KB memakai perbaikan taraf hidup asebagai sasaran, yang “berimpit” dengan sasaran dan harapan masyarakat.
Apakah data secara rasional telah siap untuk merumuskan slogan atau motto yang sesuai dan tidak memaksakan. Contoh motto BERIMAN (Bersih Indah dan Aman); ASRI (Aman Serasi Rapi Indah) merupakan motto yang dipaksakan. Slogan Sumedang Tandang cukup berhasil memacu masyarakat Sumedang untuk membangun dan setiap warga berpikir demikian tanpa adanya motto di jalan-jalan.
Dalam kampanye memungkinkan untuk dialog, karena kampanye bersifa two way traffic communication dan juga kampanye menggunakan pendekatan modern bersifat ekspresif. Hal ini membuat kampanye berbeda dengan propaganda.
Proses kampanye mirip proses komputer (PC) yang memiliki kemampuan strorage, retrieval, processing, transference dan preference.
Perubahan/pendekatan kampanye selalu mengikuti atau disesuaikan tahap demi tahap dengan tingkat perubahan yang telah dicapai.
Menurut Astrid S. Soesanto secara teknis langkah-langkah tersebut ialah :
• Pesan sama untuk khalayak yang berbeda kemampuan menyebarluaskan informasi (share) dan memisahkan (sepaate) informasi bila tingkat IQ khalayak berbeda mampu mengerjakan massifikasi dan juga de-massifikasi.
• Memanfaatkan pendekatan single sensory (indera tunggal) dan multy sensory (indera ganda). Didesak oleh waktu, dan
Mengenal sikap interaktif, yaitu :
• Dengan khalayak,
• Antar media, dan
• Person to person (tetapi tidak selalu face to face) (1975 :136).
Kesuksesan suatu kampanye selalu dipengaruhi oleh seberapa jauh suatu kelompok atau suatu partai politik atau suatu perusahaan atau pun lembaga pemerintah di kenal di lingkungan khalayak, dan seberapa banyak pesan kampanye itu disebarluaskan melalui beberapa media sekaligus.
Kampanye juga sangat tergantung dari jenis saluran komunikasi yang digunakan dan juga tergantung tergantung dari isi pesan kampanye tersebut. Isi pesan biasanya akan terhalang oleh kepentingan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Juga isi pesan selalu ditafsirkan sesuai dengan persepsi khalayak. Maka jika persepsi khalayak berbeda dengan isi pesan sesungguhnya akan mengakibatkan boomerang effect (berbalik menentang) dan counter effect (tidak akan mengikuti/menjalankan isi pesan kampanye).
Yang terakhir dan sangat menentukan kesuksesan dalam kampanye adalah bahwa dalam melaksanakan suatu kampanye diperluklan juga kredibilitas juru kampanye. Rice dan Paisley menyatakan kesuksesan kampanye suatu kampanye sangat tergantung dari personal influence, dalam arti para juru kampanye harus orang yang dihormati di lingkungannya dan juru kampanye tersebut memiliki kridibilitas yang tinggi. Kredibitas yang tinggi akan menumbuhkan wibawa para juru kampanye.
Yang perlu diingat bahwa dalam dalam kampanye dilakukan cara-cara yang sesuai dengan prosedur, baik prosedur secara ilmiah maupun prosedur secara etika dan hukum. Maka kampanye tersebut disebut juga white campaign. Apabila proses kampanye dilaksanakan tidak sesuai atau bertentangan prosedur ilmiah dan prosedur etika hukum yang berlaku maka kampanye itu dinamakan black campaign.
1. Kampanye
Pada dasarnya pidato, kampanye, dan propaganda merupakan bentuk-bentuk komunikasi antarmanusia (human communications) yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan teknik dan metode tertentu pula.
Istilah kampanye berasal dari Bahasa Inggris campaign yang juga berasal dari Bahasa Latin campus yang berarti “extensive track of country, series of operation in a particular theactric war, an organized series of operation, meeting canvassing”. Hal ini membawa permasalahan ke masalah berkomunikasi populer/popularisasi tentang suatu masalah.
Menurut Rice dan Paisley yang dikutip oleh F. Rachmadi dalam dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Tujuan kampanye adalah menciptakan ‘perubahan’ atau ‘perbaikan’ dalam masyarakat... (1993 : 134).
Menurut Astrid S. Soesanto dalam buku Pendapat Umum menyatakan bahwa prinsip dasar dalam kampanye adalah bahwa kampanye mengikuti proses komunikasi dan unsur-unsurnya, yaitu :
Proses Rasionalisasi/Emosionalitas. Proses rasional yaitu apa yang secara harfiah disampaikan dalam suatu kegiatan komunikasi. Proses emosional yang “sekedar” tersirat dalam penyampaian informasi. Proses rasionalitas biasanya terjadi waktu orang membahas hal-hal yang tidak terlalu melibatkan kepentingan pribadinya sehingga konsensus mudah tercapai. Unsur rasionalitas adalah proses pengoperan lambang-lambang secara harfiah dan proses komunikasi ialah proses emosionalitas yang mengiringi informasi rasional tadi. Tingkat emosionalitas dapat dideteksi melalui : pilihan kata dan tanda penyampaian. Hal lain yang berkaitan dengan proses rasionalitas adalah anteseden yaitu sumber pengalaman yang mendahului.
Unsur emosionalitas dan rasionalitas juga makin meningkat atau berkurang bila dikaitkan dengan :
• Kemampuan ekonomi/pendidikan
• Relevansi dengan hidup
• Demi waktu/rencana memanfaatkan waktu
Proses Informasi dan Proses Komunikasi. Proses perumusan informasi diambil dari sumber retreval yang tepat sumber, tepat alinea, tepat digit. Proses Komunikasi dengan retreval ditentukan oleh anteseden atau pengalaman yang mendahului, tetapi yang terpenting ialah adanya logika yang mengkaitkan informasi baru dengan informasi lama. (1975 : 123).
Sedangkan pendapat F. Rachmadi dalam buku Public Relatios Dalam Teori Dan Praktek (Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah) bahwa dalam melaksanakan kampanye ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain :
Perkiraan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan dari khalayak sasaran.
• Rencanakan kampanye secara sistematis.
• Lakuakan evaluasi secara terus-menerus.
• Gunakan media massa dan Komunikasi Interpersonal.
• Pilihlah media massa yang tepat untuk mencapai khalayak sasaran. (1993 : 135).
Menurut Astrid S. Soesanto secara ilmiah proses kampanye berjalan sebagai berikut :
mirip dengan iklan, tetapi lebih kuat dan agresif (Catatan : iklan adalah sejenis kampanye memerlukan proses lebih panjang dan lama) kampanye “mencegat” orang hampir di semua sudut. Tidak menyerahkan pengaruh kepada free market / social forces, menemui sasarannya dalam berbagai bentuk, keberhasilan kampanye ditentukan oleh tersedianya sesuatu segera setelah pesan mencapai sasaran, singkatnya kampanye “mengeroyok” sasaran di mana-mana dengan kata dan kegiatan, dan tidak mengenal ragu dan sangat yakin dan meyakinkan.(1975 : 124)
Selanjutnya menurut Astri S. Soesanto sebelum mengadakan program kampanye perlu diadakan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dalam merumuskan suatu program pesan-pesan kampanye, seperti :
siapakah komunikator , kepentingannya dan sasarannya ?
apakah lingkungan mendukung ?
• bagaimana ketersedian “sesuatu” alternatif bila pesan kampanye diterima khalayak ?
• bagaimanakah masa depan “sesuatu” (yang dikampanyekan) berikut unsur pendukung dan persaingan
Semua topik telah diteliti, seperti sasaran, lingkungan, latar belakang budaya, overlapping of interest (perimpitan kepentingan). Contoh overlapping of interest adalah KB memakai perbaikan taraf hidup asebagai sasaran, yang “berimpit” dengan sasaran dan harapan masyarakat.
Apakah data secara rasional telah siap untuk merumuskan slogan atau motto yang sesuai dan tidak memaksakan. Contoh motto BERIMAN (Bersih Indah dan Aman); ASRI (Aman Serasi Rapi Indah) merupakan motto yang dipaksakan. Slogan Sumedang Tandang cukup berhasil memacu masyarakat Sumedang untuk membangun dan setiap warga berpikir demikian tanpa adanya motto di jalan-jalan.
Dalam kampanye memungkinkan untuk dialog, karena kampanye bersifa two way traffic communication dan juga kampanye menggunakan pendekatan modern bersifat ekspresif. Hal ini membuat kampanye berbeda dengan propaganda.
Proses kampanye mirip proses komputer (PC) yang memiliki kemampuan strorage, retrieval, processing, transference dan preference.
Perubahan/pendekatan kampanye selalu mengikuti atau disesuaikan tahap demi tahap dengan tingkat perubahan yang telah dicapai.
Menurut Astrid S. Soesanto secara teknis langkah-langkah tersebut ialah :
• Pesan sama untuk khalayak yang berbeda kemampuan menyebarluaskan informasi (share) dan memisahkan (sepaate) informasi bila tingkat IQ khalayak berbeda mampu mengerjakan massifikasi dan juga de-massifikasi.
• Memanfaatkan pendekatan single sensory (indera tunggal) dan multy sensory (indera ganda). Didesak oleh waktu, dan
Mengenal sikap interaktif, yaitu :
• Dengan khalayak,
• Antar media, dan
• Person to person (tetapi tidak selalu face to face) (1975 :136).
Kesuksesan suatu kampanye selalu dipengaruhi oleh seberapa jauh suatu kelompok atau suatu partai politik atau suatu perusahaan atau pun lembaga pemerintah di kenal di lingkungan khalayak, dan seberapa banyak pesan kampanye itu disebarluaskan melalui beberapa media sekaligus.
Kampanye juga sangat tergantung dari jenis saluran komunikasi yang digunakan dan juga tergantung tergantung dari isi pesan kampanye tersebut. Isi pesan biasanya akan terhalang oleh kepentingan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Juga isi pesan selalu ditafsirkan sesuai dengan persepsi khalayak. Maka jika persepsi khalayak berbeda dengan isi pesan sesungguhnya akan mengakibatkan boomerang effect (berbalik menentang) dan counter effect (tidak akan mengikuti/menjalankan isi pesan kampanye).
Yang terakhir dan sangat menentukan kesuksesan dalam kampanye adalah bahwa dalam melaksanakan suatu kampanye diperluklan juga kredibilitas juru kampanye. Rice dan Paisley menyatakan kesuksesan kampanye suatu kampanye sangat tergantung dari personal influence, dalam arti para juru kampanye harus orang yang dihormati di lingkungannya dan juru kampanye tersebut memiliki kridibilitas yang tinggi. Kredibitas yang tinggi akan menumbuhkan wibawa para juru kampanye.
Yang perlu diingat bahwa dalam dalam kampanye dilakukan cara-cara yang sesuai dengan prosedur, baik prosedur secara ilmiah maupun prosedur secara etika dan hukum. Maka kampanye tersebut disebut juga white campaign. Apabila proses kampanye dilaksanakan tidak sesuai atau bertentangan prosedur ilmiah dan prosedur etika hukum yang berlaku maka kampanye itu dinamakan black campaign.
KOMUNIKASI DAN POLITIK
KOMUNIKASI DAN POLITIK
A. Antara Komunikasi Politik Dan Politik Komunikasi
Sebelum membahas bagaimana komunikasi politik dan politik komunikasi, sebaiknya perlu diungkap dahulu apa yang dimaksud politik itu ?
Secara etimologis politik berasal dari Bahasa Yunani : polis artinya negara kota, kemudian kata polis diturunkan menjadi kata polities yang berarti warga negara dan kata politikos sebagai kata sifat dari polities.
Untuk masa kini istilah politik terdapat 2 pengertian :
• Istilah politik sebagai ilmu, disebut politik episteme atau politik saja.
• Istilah politik sebagai kemahiran politik/kegiatan politik disebut politik techne atau dikenal politik praktis.
Mirriam Budihardjo mendefinisikan bahwa : “Politik sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menentukan tujuan-tujuan dari sistem politik dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.
Berikutnya definisi dari Joyce Mitchell lebih menekankan inti dari politik adalah pengambilan keputusan, seperti berikut : “Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya”.
Sedangkan Harold D. Lasswell memandang politik dari unsur pembagian, bahwa : “Politik itu adalah masalah siapa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana”.
Pendapat Lasswell tersebut merupakan hakekat sebenarnya dalam kehidupan politik, yaitu :
• masalah siapa, disini dapat perseorangan sebagai figur/tokoh, kelompok, atau golongan.
• mendapat apa, dalam hal ini bisa mendapatkan kekuasaan kalau berhasil memenangkan persaingan, atau dapat juga kalah klau tidak menang dalam persaingan hingga menjadi oposisi.
• kapan, berkaitan dengan periodesasi berlangsungnya suatu kekuasaan.
• bagaimana, masalah ini tergantung pada penafsiran politik itu sendiri.
Dalam politik episteme bagaimana dalam mencapai tujuan memenangkan kekuasaan itu memperhatikan kaidah dan prosedural manajemen yang rasional dan memperhatikan norma dan etika moral yang berlaku.
Sedang dalam politik techne atau politik praktis dalam bagaimana mencapai tujuan itu tidak memperhatikan kaidah dan prosedural serta norma dan etika moral sehingga bersifat irrasional (atau juga licik).
Dalam kehidupan negara, kegiatan politik negara merupakan suatu sistem politik. Sistem politik dalam negara terbagai dalam dua lapisan unsur / lapisan suasana kehidupan politik :
The Gonernmental Political Sphere (suasana kehidupan kehidupan politik pemerintahan) atau disebut juga “bangunan atas” sistem politik, dikenal dengan Suprastruktur Politik , disini terdapat lembaga-lembaga negara yang berperan penting dalam proses politik pemerintahan. Di Indonesia yang termasuk suprastruktur politik adalah : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden (berikut kabinetnya), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi.
The Socio Political Sphere (suasana kehidupan politik rakyat) atau disebut Infrastruktur Politik, yaitu “bangunan bawah” kehidupan politik, merupakan kekuatan sosial politik masyarakat, meliputi :
Interst Group (golongan kepentingan, yaitu organisasi kemasyarakatan (ormas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Plesure Group (golongan penekan) seseorang atau kelompok yang mempengaruhi kebijakan pemerintah supaya menguntungkan pihaknya, misalnya pengusaha, lembaga internasional atau negara asing.
Pers / Media Massa
Figur Politik (tokoh politik) yaitu tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh partai, yang dapat mempengaruhi rakyat maupun pemerintah.
Partai Politik
Menurut Sigmund Newmann bahwa : “Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan suatu golongan atas golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda”.
Fungsi partai politik dalam negara demokratis ada empat, yaitu :
Sarana Komunikasi Politik :
Upper Communication, membawa dan menyalurkan kehendak dan aspirasi rakyat untuk diwujudkan dalam kebijakan negara.
Down Communication, penghubung antara pemerintah dengan rakyat, memberikan penerangan pada masyarakat sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran pendapat masyarakat, serta membentuk opini publik.
Sarana Sosialisasi Politik Sosialisasi politik adalah proses seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap gejala yang berlaku dalam masyarakat.
Sarana Rekuitment Politik (sarana pengangkatan anggota), yaitu mencari dan mengajak orang berbakat untuk menjadi pangurus partai.
Sarana Pengatur Konflik, yaitu mengatasi persaingan dan perbedaan pendapat diantara golongan/kelompok masyarakat yang dapat mengakibatkan terjadi konflik dalam masyarakat.
Dengan demikian betapa pentingnya komunikasi dalam politik, selain sebagai salah satu fungsi dari partai, juga semua proses dalam sistem politik menggunakan teknik dan strategi komunikasi.
Komunikasi politik adalah komunikasi atau kegaiatan yang dianggap politis atas dasar konsekuensi-konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku manusia dalam kondisi konflik.
Politik komunikasi adalah suatu strategi komunikasi yang dipergunakan dalam mengendalikan perubahan sosial (social change), revolusi sosial (social revolution), dan revolusi politik (political revolution).
Pengertian secara fungsional perkataan “politik” dalam politik komunikasi menunjukkan proses perumusan kebijakan disertai pelaksanaannya bagi masyarakat (designates the process by which policies are made ang carried out for a society).
Lord Windlesham dalam buku What Is Political Communication menyatakan bahwa :
“Political Communication is the deliberate pasing of a political message by a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way that might not otherwise have done (Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu).”
Selanjutnya Windlesham menyebutkan bahwa sebelum pesan politik dapat direkontruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Sedangkan kalau menurut Sanders dan Kaid menyatakan bahwa komunikasi politik harus intentionally persuasive.
Dengan demikian Sanders, Kaid, dan Windlesham menekankan pengertian komunikasi politik pada tujuan. Sedangkan Dan Nimo dalam buku Political Communication and Public Opinion in America menekankan pada efek yang muncul pada komunikasi sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan.
Menurut tingkatan derajatnya efek komunikasi terdiri dari tiga jenis :
Efek kognitif. Sebuah pesan yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan, telah berhasil membuat komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan bagi komunikan.
Efek afektif. Sebuah pesan selain membaut komunikan mengerti, tetapi juga membuat lubuk hati komunikan tersentuh sehingga menimbulkan perasaan tertentu padanya, seperti merasa iba, marah, takut, khawatir. Sedih, benci, penasaran, gembira, bahagia, dan sebagainya.
Efek behavioral. Pesan komunikasi tadi bukan saja berhasil membuat komunikan mengerti disertai perasaan tertentu, tetapi juga membuat komunikan melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Tidakan dapat berupa kegiatan positif konstruktif atau juga tindakan negatif destruktif.
Tidakan positif konstruktif dan tindakan negatif destruktif apabila menyangjut penomena sosial merupakan tindak lanjut dari opini publik.
Miriam D. Irish dan James W. Protho menyebutkan bahwa opini publik sebagai the expression of attitudes on social issue. Opini publik terjadi apabila sejumlah orang dalam masyarakat terlibat dalam suatu pergunjingan mengenai suatu masalah bersifat kontrovesial (ada yang pro dan ada yang kontra).
Menurut John Locke bahwa umum dalam Public Opinion adalah :
individu yang mengambil keputusannya berdasarkan diskusi
karena keinginannya mencapai harmoni dengan sendirinya akan mencapai persesuaian paham. persesuaian mudah dicapai karena orang berpegang pada rasio. Dalam kehidupan politik menunjukkan bahwa seorang pemimpin politik adalah orang yang memiliki kemampuan memobilisasi opini publik. Sedangkan kegiatan memobilisasi opini publik adalah komunikasi.
Opini publik sangat penting dalam kegiatan komunikasi politik. Hadley Cantril dalam buku Gauging Public Opinion menamakan bahwa Some Law of Public Opinion menyatakanh bahwa :
• “Opini tidak menetap lama, kecuali jika khalayak merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut, atau apabila opini yang dibangkitkan dengan kata-kata diperkuat oleh peristiwa-peristiwa.
• Suatu perisiwa yang luar biasa dapat menggeser opini publik sesaat dari ekstremitas yang satu ke ekstremitas lain; opini publik itu tidak akan mapan, kecuali kalau implikasi-implikasi peristiwa tersebut menunjukkan beberapa perspektif. - ......”
Sejalan dengan pendapat di atas, Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan opini publik berdasarkan sifatnya :
• Opini publik bersifat luftartin, opini publik bagaikan uap yang dalam perkembangannya masih mencari bentuk maka olek komunikator politik dapat dengan mudah dibawa ke arah yang dikehendaki.
• Opini publik bersifat fluassig, opini publik bagaikan air yang tentu sudah mempunyai bentuk tetapi dapat diubah seperti mengalirkan air.
• Opini publik bersifat festig, opini publik yang kukuh seperti benteng
Walaupun opini publik yang kukuh itu kuat tetapi dapat juga dibuyarkan dengan teknik komunikasi persuasif. Seperti pada tahun 1960-an PKI telah melancarkan operasionalisasi komunikasi politik telah menghancurkan kekukuhan dua perwira tinggi menjadi anteknya melalui teknik persuasi antarpesona dengan anjang sana terus menerus.
Dengan kenyataan bahwa opini publik yang kukuh pun dapat hancur, maka Joseph A. Devito dalam buku Communicologi : An Introduction to the Study of Communication menyatakan bahwa komunikasi selalu berlangsung dalam konteks situsional yang paling sedikit terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi fisik, psikologis, sosial, dan temporal.
Tujuan dari komunikasi politik adalah bermuara pada kesadaran akan pentingnya pembangunan politik dalam rangka mewujudkan stabilitas politik. Pembangunan politik merupakan proses sosialisasi politik dan pendidikan politik secara konsepsional integral untuk menciptakan masyarakat yang berkesadaran politik, sehingga menjadi “stratum politik” tidak lagi terjadi “stratum apolitik”, yang pada tahap kelanjutannya menjadi masyarakat yang berbudaya politik. Rakyat yang berbudaya politik akan memahami dan melaksanakan hak dan kewaibannya sebagai warga negara.
A. Antara Komunikasi Politik Dan Politik Komunikasi
Sebelum membahas bagaimana komunikasi politik dan politik komunikasi, sebaiknya perlu diungkap dahulu apa yang dimaksud politik itu ?
Secara etimologis politik berasal dari Bahasa Yunani : polis artinya negara kota, kemudian kata polis diturunkan menjadi kata polities yang berarti warga negara dan kata politikos sebagai kata sifat dari polities.
Untuk masa kini istilah politik terdapat 2 pengertian :
• Istilah politik sebagai ilmu, disebut politik episteme atau politik saja.
• Istilah politik sebagai kemahiran politik/kegiatan politik disebut politik techne atau dikenal politik praktis.
Mirriam Budihardjo mendefinisikan bahwa : “Politik sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menentukan tujuan-tujuan dari sistem politik dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.
Berikutnya definisi dari Joyce Mitchell lebih menekankan inti dari politik adalah pengambilan keputusan, seperti berikut : “Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya”.
Sedangkan Harold D. Lasswell memandang politik dari unsur pembagian, bahwa : “Politik itu adalah masalah siapa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana”.
Pendapat Lasswell tersebut merupakan hakekat sebenarnya dalam kehidupan politik, yaitu :
• masalah siapa, disini dapat perseorangan sebagai figur/tokoh, kelompok, atau golongan.
• mendapat apa, dalam hal ini bisa mendapatkan kekuasaan kalau berhasil memenangkan persaingan, atau dapat juga kalah klau tidak menang dalam persaingan hingga menjadi oposisi.
• kapan, berkaitan dengan periodesasi berlangsungnya suatu kekuasaan.
• bagaimana, masalah ini tergantung pada penafsiran politik itu sendiri.
Dalam politik episteme bagaimana dalam mencapai tujuan memenangkan kekuasaan itu memperhatikan kaidah dan prosedural manajemen yang rasional dan memperhatikan norma dan etika moral yang berlaku.
Sedang dalam politik techne atau politik praktis dalam bagaimana mencapai tujuan itu tidak memperhatikan kaidah dan prosedural serta norma dan etika moral sehingga bersifat irrasional (atau juga licik).
Dalam kehidupan negara, kegiatan politik negara merupakan suatu sistem politik. Sistem politik dalam negara terbagai dalam dua lapisan unsur / lapisan suasana kehidupan politik :
The Gonernmental Political Sphere (suasana kehidupan kehidupan politik pemerintahan) atau disebut juga “bangunan atas” sistem politik, dikenal dengan Suprastruktur Politik , disini terdapat lembaga-lembaga negara yang berperan penting dalam proses politik pemerintahan. Di Indonesia yang termasuk suprastruktur politik adalah : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden (berikut kabinetnya), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi.
The Socio Political Sphere (suasana kehidupan politik rakyat) atau disebut Infrastruktur Politik, yaitu “bangunan bawah” kehidupan politik, merupakan kekuatan sosial politik masyarakat, meliputi :
Interst Group (golongan kepentingan, yaitu organisasi kemasyarakatan (ormas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Plesure Group (golongan penekan) seseorang atau kelompok yang mempengaruhi kebijakan pemerintah supaya menguntungkan pihaknya, misalnya pengusaha, lembaga internasional atau negara asing.
Pers / Media Massa
Figur Politik (tokoh politik) yaitu tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh partai, yang dapat mempengaruhi rakyat maupun pemerintah.
Partai Politik
Menurut Sigmund Newmann bahwa : “Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan suatu golongan atas golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda”.
Fungsi partai politik dalam negara demokratis ada empat, yaitu :
Sarana Komunikasi Politik :
Upper Communication, membawa dan menyalurkan kehendak dan aspirasi rakyat untuk diwujudkan dalam kebijakan negara.
Down Communication, penghubung antara pemerintah dengan rakyat, memberikan penerangan pada masyarakat sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran pendapat masyarakat, serta membentuk opini publik.
Sarana Sosialisasi Politik Sosialisasi politik adalah proses seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap gejala yang berlaku dalam masyarakat.
Sarana Rekuitment Politik (sarana pengangkatan anggota), yaitu mencari dan mengajak orang berbakat untuk menjadi pangurus partai.
Sarana Pengatur Konflik, yaitu mengatasi persaingan dan perbedaan pendapat diantara golongan/kelompok masyarakat yang dapat mengakibatkan terjadi konflik dalam masyarakat.
Dengan demikian betapa pentingnya komunikasi dalam politik, selain sebagai salah satu fungsi dari partai, juga semua proses dalam sistem politik menggunakan teknik dan strategi komunikasi.
Komunikasi politik adalah komunikasi atau kegaiatan yang dianggap politis atas dasar konsekuensi-konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku manusia dalam kondisi konflik.
Politik komunikasi adalah suatu strategi komunikasi yang dipergunakan dalam mengendalikan perubahan sosial (social change), revolusi sosial (social revolution), dan revolusi politik (political revolution).
Pengertian secara fungsional perkataan “politik” dalam politik komunikasi menunjukkan proses perumusan kebijakan disertai pelaksanaannya bagi masyarakat (designates the process by which policies are made ang carried out for a society).
Lord Windlesham dalam buku What Is Political Communication menyatakan bahwa :
“Political Communication is the deliberate pasing of a political message by a sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a way that might not otherwise have done (Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu).”
Selanjutnya Windlesham menyebutkan bahwa sebelum pesan politik dapat direkontruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Sedangkan kalau menurut Sanders dan Kaid menyatakan bahwa komunikasi politik harus intentionally persuasive.
Dengan demikian Sanders, Kaid, dan Windlesham menekankan pengertian komunikasi politik pada tujuan. Sedangkan Dan Nimo dalam buku Political Communication and Public Opinion in America menekankan pada efek yang muncul pada komunikasi sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan.
Menurut tingkatan derajatnya efek komunikasi terdiri dari tiga jenis :
Efek kognitif. Sebuah pesan yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan, telah berhasil membuat komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan bagi komunikan.
Efek afektif. Sebuah pesan selain membaut komunikan mengerti, tetapi juga membuat lubuk hati komunikan tersentuh sehingga menimbulkan perasaan tertentu padanya, seperti merasa iba, marah, takut, khawatir. Sedih, benci, penasaran, gembira, bahagia, dan sebagainya.
Efek behavioral. Pesan komunikasi tadi bukan saja berhasil membuat komunikan mengerti disertai perasaan tertentu, tetapi juga membuat komunikan melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Tidakan dapat berupa kegiatan positif konstruktif atau juga tindakan negatif destruktif.
Tidakan positif konstruktif dan tindakan negatif destruktif apabila menyangjut penomena sosial merupakan tindak lanjut dari opini publik.
Miriam D. Irish dan James W. Protho menyebutkan bahwa opini publik sebagai the expression of attitudes on social issue. Opini publik terjadi apabila sejumlah orang dalam masyarakat terlibat dalam suatu pergunjingan mengenai suatu masalah bersifat kontrovesial (ada yang pro dan ada yang kontra).
Menurut John Locke bahwa umum dalam Public Opinion adalah :
individu yang mengambil keputusannya berdasarkan diskusi
karena keinginannya mencapai harmoni dengan sendirinya akan mencapai persesuaian paham. persesuaian mudah dicapai karena orang berpegang pada rasio. Dalam kehidupan politik menunjukkan bahwa seorang pemimpin politik adalah orang yang memiliki kemampuan memobilisasi opini publik. Sedangkan kegiatan memobilisasi opini publik adalah komunikasi.
Opini publik sangat penting dalam kegiatan komunikasi politik. Hadley Cantril dalam buku Gauging Public Opinion menamakan bahwa Some Law of Public Opinion menyatakanh bahwa :
• “Opini tidak menetap lama, kecuali jika khalayak merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut, atau apabila opini yang dibangkitkan dengan kata-kata diperkuat oleh peristiwa-peristiwa.
• Suatu perisiwa yang luar biasa dapat menggeser opini publik sesaat dari ekstremitas yang satu ke ekstremitas lain; opini publik itu tidak akan mapan, kecuali kalau implikasi-implikasi peristiwa tersebut menunjukkan beberapa perspektif. - ......”
Sejalan dengan pendapat di atas, Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan opini publik berdasarkan sifatnya :
• Opini publik bersifat luftartin, opini publik bagaikan uap yang dalam perkembangannya masih mencari bentuk maka olek komunikator politik dapat dengan mudah dibawa ke arah yang dikehendaki.
• Opini publik bersifat fluassig, opini publik bagaikan air yang tentu sudah mempunyai bentuk tetapi dapat diubah seperti mengalirkan air.
• Opini publik bersifat festig, opini publik yang kukuh seperti benteng
Walaupun opini publik yang kukuh itu kuat tetapi dapat juga dibuyarkan dengan teknik komunikasi persuasif. Seperti pada tahun 1960-an PKI telah melancarkan operasionalisasi komunikasi politik telah menghancurkan kekukuhan dua perwira tinggi menjadi anteknya melalui teknik persuasi antarpesona dengan anjang sana terus menerus.
Dengan kenyataan bahwa opini publik yang kukuh pun dapat hancur, maka Joseph A. Devito dalam buku Communicologi : An Introduction to the Study of Communication menyatakan bahwa komunikasi selalu berlangsung dalam konteks situsional yang paling sedikit terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi fisik, psikologis, sosial, dan temporal.
Tujuan dari komunikasi politik adalah bermuara pada kesadaran akan pentingnya pembangunan politik dalam rangka mewujudkan stabilitas politik. Pembangunan politik merupakan proses sosialisasi politik dan pendidikan politik secara konsepsional integral untuk menciptakan masyarakat yang berkesadaran politik, sehingga menjadi “stratum politik” tidak lagi terjadi “stratum apolitik”, yang pada tahap kelanjutannya menjadi masyarakat yang berbudaya politik. Rakyat yang berbudaya politik akan memahami dan melaksanakan hak dan kewaibannya sebagai warga negara.
KOMUNIKASI DAN JURNALISTIK
KOMUNIKASI DAN JURNALISTIK
Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa Publisistik secara tradisional berkembang dari akar yang kuat, dari retorika. Setelah ditemukannya alat cetak menyebabkan timbulnya surat kabar, timbullah ilmu yang mempelajari persuratkabaran (di Jerman disebut Zeitungswissenschaft sedang di Inggris Journalism) yang di Indonesia sering disebut Jurnalistik. Selanjutnya jurnalistik masa sekarang dikenal dengan sebutan PERS, karena hasil produk jurnalistik dan sarana penyiaran jurnalistik adalah dalam bentuk pers.
Journalistic/Journalism bersumber dari kata Journal yang berasal dari Bahasa Latin diurnal yang berarti harian atau setiap hari.
Jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegaiatan mengelola bahan berita mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat secara rutin setiap hari.
Fungsi Jurnalistik
Acta Diurna sebagai produk Jurnalistik pertama di dunia pada masa Romawi Kuno ketika Kaisar Julius Caesar berkuasa isinya hanya berisi hal-hal yang sifatnya informatif saja.
Perkembangan selanjutnya karena pers dapat menghasilkan produk massal dan jangkauan massa yang menyeluruh serta serempak maka sering dipergunakan kaum idealis untuk melakukan social control hingga akhirnya pers bukan hanya bersifat informatif semata tetapi juga bersifat persuasif.
Pers bukan hanya menyiarkan informasi, tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu, agar berbuat sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Bentuk jurnalistik atau pers yang bersifat persuasif antara lain adalah tajuk rencana (editorial) dan pelaporan selidik (investigative reporting).
Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi pers dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Fungsi menyiarkan informasi. Khalayak memerlukan pers untuk mendapatkan informasi di muka bumi ini : mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dikatakan oang lain, dan sebagainya.
• Fungsi mendidik.Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini dapat secara implisit dalam bentuk berita, juga dapat secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.
• Fungsi Menghibur. Tujuan hiburan biasanya juga untuk mengimbangi berita berat (hard news) dan artikel-artikel berbobot. Hiburan dapat ditampilkan dengan berita ringan, pemuatan cerita, teka-teki, karikatur, dan sebagainya.
• Fungsi Mempengaruhi. Fungsi mempengaruhi dari pers secara implisit terdapat pada berita sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus dalam bidang perniagaan terdapat pada iklan-iklan atau display suatu produk. Karena fungsi pers mempengaruhi ini menyebabkan pers memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sehingga pada masanya Napoleon pernah berkata bahwa ia lebih takut oleh empat surat kabar dari pada seratus serdadu dengan sangkur terhunus.
Arti dan Konsep Berita
Berita atau news adalah segala hal apa yang nyata terjadi, hal yang akan terjadi, adan apa yang menjadi pemikiran orang.
Menurut Mitchel V. Charn dalam buku Reporting menyatakan bahwa : “News is the timely repaort of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk).
Di kalangan wartawan ada yang mengartikan news itu bentuk prural dari new sebagai penyiaran hal-hal yang terbaru, dan ada juga yang berpendapat news sebagai singkatan dari : north (utara), east (timur), west (barat), south (selatan). Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin, laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia. Walau arti tersebut tidak menggambarkan arti berita yang sebenarnya.
Ciri hakiki berita sebagai laporan dibandingkan dengan bentuk laporan lainnya ialah bahwa berita merupakan laporan yang sangat cepat (timely) dan berkaitan dengan kepentingan umum (public interest).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Frank Luther Mott dalam buku New Survey of Journalism menyatakan bahwa ada delapan konsep berita :
• Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)
• Berita sebagai rekaman (news as record)
• Berita sebagai fakta objektif (news as objective fact)
• Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)
• Berita sebagai sensasi (news as sensasion)
• Berita sebagai minat insani ( news as human interest)
• Berita sebagai ramalan (news as prediction)
• Berita sebagai gambar (news as picture)
Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa Publisistik secara tradisional berkembang dari akar yang kuat, dari retorika. Setelah ditemukannya alat cetak menyebabkan timbulnya surat kabar, timbullah ilmu yang mempelajari persuratkabaran (di Jerman disebut Zeitungswissenschaft sedang di Inggris Journalism) yang di Indonesia sering disebut Jurnalistik. Selanjutnya jurnalistik masa sekarang dikenal dengan sebutan PERS, karena hasil produk jurnalistik dan sarana penyiaran jurnalistik adalah dalam bentuk pers.
Journalistic/Journalism bersumber dari kata Journal yang berasal dari Bahasa Latin diurnal yang berarti harian atau setiap hari.
Jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegaiatan mengelola bahan berita mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat secara rutin setiap hari.
Fungsi Jurnalistik
Acta Diurna sebagai produk Jurnalistik pertama di dunia pada masa Romawi Kuno ketika Kaisar Julius Caesar berkuasa isinya hanya berisi hal-hal yang sifatnya informatif saja.
Perkembangan selanjutnya karena pers dapat menghasilkan produk massal dan jangkauan massa yang menyeluruh serta serempak maka sering dipergunakan kaum idealis untuk melakukan social control hingga akhirnya pers bukan hanya bersifat informatif semata tetapi juga bersifat persuasif.
Pers bukan hanya menyiarkan informasi, tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu, agar berbuat sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Bentuk jurnalistik atau pers yang bersifat persuasif antara lain adalah tajuk rencana (editorial) dan pelaporan selidik (investigative reporting).
Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi pers dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Fungsi menyiarkan informasi. Khalayak memerlukan pers untuk mendapatkan informasi di muka bumi ini : mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dikatakan oang lain, dan sebagainya.
• Fungsi mendidik.Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini dapat secara implisit dalam bentuk berita, juga dapat secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.
• Fungsi Menghibur. Tujuan hiburan biasanya juga untuk mengimbangi berita berat (hard news) dan artikel-artikel berbobot. Hiburan dapat ditampilkan dengan berita ringan, pemuatan cerita, teka-teki, karikatur, dan sebagainya.
• Fungsi Mempengaruhi. Fungsi mempengaruhi dari pers secara implisit terdapat pada berita sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus dalam bidang perniagaan terdapat pada iklan-iklan atau display suatu produk. Karena fungsi pers mempengaruhi ini menyebabkan pers memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sehingga pada masanya Napoleon pernah berkata bahwa ia lebih takut oleh empat surat kabar dari pada seratus serdadu dengan sangkur terhunus.
Arti dan Konsep Berita
Berita atau news adalah segala hal apa yang nyata terjadi, hal yang akan terjadi, adan apa yang menjadi pemikiran orang.
Menurut Mitchel V. Charn dalam buku Reporting menyatakan bahwa : “News is the timely repaort of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk).
Di kalangan wartawan ada yang mengartikan news itu bentuk prural dari new sebagai penyiaran hal-hal yang terbaru, dan ada juga yang berpendapat news sebagai singkatan dari : north (utara), east (timur), west (barat), south (selatan). Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin, laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia. Walau arti tersebut tidak menggambarkan arti berita yang sebenarnya.
Ciri hakiki berita sebagai laporan dibandingkan dengan bentuk laporan lainnya ialah bahwa berita merupakan laporan yang sangat cepat (timely) dan berkaitan dengan kepentingan umum (public interest).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Frank Luther Mott dalam buku New Survey of Journalism menyatakan bahwa ada delapan konsep berita :
• Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)
• Berita sebagai rekaman (news as record)
• Berita sebagai fakta objektif (news as objective fact)
• Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)
• Berita sebagai sensasi (news as sensasion)
• Berita sebagai minat insani ( news as human interest)
• Berita sebagai ramalan (news as prediction)
• Berita sebagai gambar (news as picture)
KOMUNIKASI DAN PUBLIC RELATIONS
KOMUNIKASI DAN PUBLIC RELATIONS
Public relations (purel/PR) mempunyai dua pengertian, yaitu :
Pertama : purel sebagai “method of communication”, merupakan rangkaian atau sistem kegiatan (order or system of action) yaitu kegiatan berkomunikasi secara khas.
Kedua : purel sebegai “state of being” , yaitu perwujudan kegiatan berkomunikasi tersebut sehingga melembaga.
Dalam pengertian sebagai metoda komunikasi terdapat makna bahwa setiap pemimpin dari suatu organisasi (besar atau kecil) dapat melaksanakan purel yang mempunyai ciri-ciri dan aspek-aspek sebagai berikut :
Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal baik;
Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik;
Tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri;
Sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar organisasi;
Efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik.
Istilah Public Relations sendiri sering diartikan sebagai Hubungan Masyarakat, walau pengertian public sendiri belum terdapat keseragaman. Tapi dalam hal ini public dapat ditinjau dari segi geografis dan segi psikologis. Secara geografis publik dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama di suatu tempat tertentu. Secara psikologis publik adalah orang-orang yang sama-sama menaruh perhatian terhadap suatu kepentinan yang sama tanpa ada sangkut-pautnya dengan tempat di mana mereka berada.
Dalam purel pengertian publik adalah kelompok, yang terdiri dari publik intern (internal public) dan publik ekstern (external public). Berdasarkan pengelompokkan tersebut terdapatlah hubungan-hubungan sebagai berikut :
Hubungan dengan publik intern (internal public relations)
Hubungan dengan karyawan (employee relations)
Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)
Hubungan dengan publik ekstern (external public relations)
Hubungan dengan pelanggan (customer relations)
Hubungan dengan khalayak sekitar (community relations)
Hubungan dengan pemerintah (government relations)
Hubungan dengan pers (Press relations)
Hubungan fungsional antara purel dengan organisasi ialah bahwa sebagai metoda komunikasi, purel mengefaktifkan dan mengeffisienkan upaya pencapaian tujuan organisasi.
Pada purel melekat dua aspek yang hakiki yang tidak dapat dipisakan dan tidak dapat dihilangkan, yaitu :
• Pertama : Sasaran purel adalah public intern dan public extern. Publik internal adalah seluruh pegawai (dalam perusahaan termasuk pemegang saham) sedangkan Publik Eksternal adalah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya.
• Kedua : Kegiatan purel adalah kegiatan komunikasi dua arah timbal baik (reciprocal two way traffic communication) sehingga umpan balik harus terjadi dan mengusahakan umpan balik yang menyenangkan (favourable) dan bersifat positif.
Menurut L. Roy Blumenthal yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku ‘Human Relations Dan Public Relations’ menyatakan bahwa :
“Seni membina pribadi seseorang hingga taraf yang memungkinkan ia mampu menghadapi keadaan darurat dalam kehidupan seharai-hari, termasuk bidang psikologi. Seni melaksanakan tugas yang sama untuk bisnis, lembaga, pemerintah dan lain-lain, baik yang menimbulkan keuntungan maupun yang tidak, termasuk public relations” (1993 : 94 – 95).
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa purel hanyalah terdapat dalam suatu organisasi yang jelas strukturnya dan jelas pula kewenangan masing-masing pimpinan, sehingga ada yang berpendapat bahwa purel merupakan fungsi dari manajemen, seperti definisi dari Cutlip, Center, dan Glen M. Broom bahwa :
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.”
Kalau A.L. Kroeber & C. Kluckhohn telah mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, Felix F.X. Dance telah mengumpulkan 98 definisi komunikasi, maka Rex Harlow telah mengumpulkan dan mengkaji 472 definisi dari purel. Harlow sendiri mengungkapkan definisi purel yang panjang dan komplit karena mencakup semua pemikiran para ahli, yaitu bahwa:
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik : mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat sebagai sarana utama.”
Dari definisi tersebut di atas maka unsur-unsur dari purel adalah :
Suatu fungsi manajemen yang menggunakan penelitian dan upaya terencana dengan mengikuti standar-standar etis.
Suatu proses yang mencakup hubungan antara organisasi dengan publiknya.
Analisis dan evaluasi melalui penelitian terhadap sikap dan opini dan kecenderungan sosiental, dan mengkomunikasikannya kepada manajemen.
Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijakan, tata cara dan kegiatan-kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam kepentingan bersama antara organisasi dengan publik.
Pelaksanaan dan penindakan program kegiatan yang berencana, komunikasi dan evaluasi melalui penelitian.
Pencapaian itikad baik, pengertian, dan penerimaan sebagai hasil akhir utama dari kegiatan purel.
Dari unsur-unsur purel tersebut maka proses kegiatan purel dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
• Merumuskan tata cara, kegiatan, kebijakan manajemen (tangggung jawab sosial, kepentingan publik)
• Analisis, evaluasi sikap publik, kecenderungan sosial (melalui penelitian)
• Mengkomunikasikan opini publik, kecenderungan sosietal kepada manajemen
• Penindakan program kegiatan, komunikasi berencana
• Tujuan itikad baik, pengertian, penerimaan
• Evaluasi terhadap program dan hasil.
Proses purel lainnya dikemukakan oleh Profesor Marston yang dikenal dengan “Marston R-A-C-E Formula”, yaitu :
• Research (Penelitian) ..... langkah pertama, ampuh dalam memastikan informasi dan data mengenai organisasi, persoalan atau situasi, khalayak, serta sikap dan opini publik.
• Action (Kegiatan) ..... langkah kedua, mencakup nasehat pada manajemen dan mengenai program berencana.
• Communication ..... langkah ketiga, meliputi cara-cara penyampaian unsur-unsur program berencana kepada publik yang beragam.
• Evaluation ..... langkah keempat, cara-cara memantau dan mempertimbangkan keefektifan proses melalui penelitian.
Munurut Bertrand R. Canfield ada tiga fungsi purel, yaitu :
• Mengabdi kepada kepentingan umum (it should serve the public’s interest)
• Memelihara komunikasi yang baik (Maintaince good communication)
• Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good morals and manners).
Purel beserta PRO-nya harus mengabdi kepada kepentingan umum, karena walau PRO itu diangkat oleh manajemen tetapi tugas dan pekerjaannya adalah melayani publik dan kepentingan umum.
Tugas PRO ke dalam membina hubungan harmonis antara manajer beserta stafnya dengan para karyawan; mengusahakan agarpara karyawan bekerja dengan senang dan merasa puas; meneliti perasaan, kesulitan dan keinginan para karyawan.
Sedang tugas PRO ke luar adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik ektern, memperkenalkan produk, meningkatkan jumlah langganan, dan sebagainya.
Public relations (purel/PR) mempunyai dua pengertian, yaitu :
Pertama : purel sebagai “method of communication”, merupakan rangkaian atau sistem kegiatan (order or system of action) yaitu kegiatan berkomunikasi secara khas.
Kedua : purel sebegai “state of being” , yaitu perwujudan kegiatan berkomunikasi tersebut sehingga melembaga.
Dalam pengertian sebagai metoda komunikasi terdapat makna bahwa setiap pemimpin dari suatu organisasi (besar atau kecil) dapat melaksanakan purel yang mempunyai ciri-ciri dan aspek-aspek sebagai berikut :
Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal baik;
Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik;
Tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri;
Sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar organisasi;
Efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik.
Istilah Public Relations sendiri sering diartikan sebagai Hubungan Masyarakat, walau pengertian public sendiri belum terdapat keseragaman. Tapi dalam hal ini public dapat ditinjau dari segi geografis dan segi psikologis. Secara geografis publik dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama di suatu tempat tertentu. Secara psikologis publik adalah orang-orang yang sama-sama menaruh perhatian terhadap suatu kepentinan yang sama tanpa ada sangkut-pautnya dengan tempat di mana mereka berada.
Dalam purel pengertian publik adalah kelompok, yang terdiri dari publik intern (internal public) dan publik ekstern (external public). Berdasarkan pengelompokkan tersebut terdapatlah hubungan-hubungan sebagai berikut :
Hubungan dengan publik intern (internal public relations)
Hubungan dengan karyawan (employee relations)
Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)
Hubungan dengan publik ekstern (external public relations)
Hubungan dengan pelanggan (customer relations)
Hubungan dengan khalayak sekitar (community relations)
Hubungan dengan pemerintah (government relations)
Hubungan dengan pers (Press relations)
Hubungan fungsional antara purel dengan organisasi ialah bahwa sebagai metoda komunikasi, purel mengefaktifkan dan mengeffisienkan upaya pencapaian tujuan organisasi.
Pada purel melekat dua aspek yang hakiki yang tidak dapat dipisakan dan tidak dapat dihilangkan, yaitu :
• Pertama : Sasaran purel adalah public intern dan public extern. Publik internal adalah seluruh pegawai (dalam perusahaan termasuk pemegang saham) sedangkan Publik Eksternal adalah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya.
• Kedua : Kegiatan purel adalah kegiatan komunikasi dua arah timbal baik (reciprocal two way traffic communication) sehingga umpan balik harus terjadi dan mengusahakan umpan balik yang menyenangkan (favourable) dan bersifat positif.
Menurut L. Roy Blumenthal yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku ‘Human Relations Dan Public Relations’ menyatakan bahwa :
“Seni membina pribadi seseorang hingga taraf yang memungkinkan ia mampu menghadapi keadaan darurat dalam kehidupan seharai-hari, termasuk bidang psikologi. Seni melaksanakan tugas yang sama untuk bisnis, lembaga, pemerintah dan lain-lain, baik yang menimbulkan keuntungan maupun yang tidak, termasuk public relations” (1993 : 94 – 95).
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa purel hanyalah terdapat dalam suatu organisasi yang jelas strukturnya dan jelas pula kewenangan masing-masing pimpinan, sehingga ada yang berpendapat bahwa purel merupakan fungsi dari manajemen, seperti definisi dari Cutlip, Center, dan Glen M. Broom bahwa :
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.”
Kalau A.L. Kroeber & C. Kluckhohn telah mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, Felix F.X. Dance telah mengumpulkan 98 definisi komunikasi, maka Rex Harlow telah mengumpulkan dan mengkaji 472 definisi dari purel. Harlow sendiri mengungkapkan definisi purel yang panjang dan komplit karena mencakup semua pemikiran para ahli, yaitu bahwa:
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik : mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat sebagai sarana utama.”
Dari definisi tersebut di atas maka unsur-unsur dari purel adalah :
Suatu fungsi manajemen yang menggunakan penelitian dan upaya terencana dengan mengikuti standar-standar etis.
Suatu proses yang mencakup hubungan antara organisasi dengan publiknya.
Analisis dan evaluasi melalui penelitian terhadap sikap dan opini dan kecenderungan sosiental, dan mengkomunikasikannya kepada manajemen.
Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijakan, tata cara dan kegiatan-kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam kepentingan bersama antara organisasi dengan publik.
Pelaksanaan dan penindakan program kegiatan yang berencana, komunikasi dan evaluasi melalui penelitian.
Pencapaian itikad baik, pengertian, dan penerimaan sebagai hasil akhir utama dari kegiatan purel.
Dari unsur-unsur purel tersebut maka proses kegiatan purel dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
• Merumuskan tata cara, kegiatan, kebijakan manajemen (tangggung jawab sosial, kepentingan publik)
• Analisis, evaluasi sikap publik, kecenderungan sosial (melalui penelitian)
• Mengkomunikasikan opini publik, kecenderungan sosietal kepada manajemen
• Penindakan program kegiatan, komunikasi berencana
• Tujuan itikad baik, pengertian, penerimaan
• Evaluasi terhadap program dan hasil.
Proses purel lainnya dikemukakan oleh Profesor Marston yang dikenal dengan “Marston R-A-C-E Formula”, yaitu :
• Research (Penelitian) ..... langkah pertama, ampuh dalam memastikan informasi dan data mengenai organisasi, persoalan atau situasi, khalayak, serta sikap dan opini publik.
• Action (Kegiatan) ..... langkah kedua, mencakup nasehat pada manajemen dan mengenai program berencana.
• Communication ..... langkah ketiga, meliputi cara-cara penyampaian unsur-unsur program berencana kepada publik yang beragam.
• Evaluation ..... langkah keempat, cara-cara memantau dan mempertimbangkan keefektifan proses melalui penelitian.
Munurut Bertrand R. Canfield ada tiga fungsi purel, yaitu :
• Mengabdi kepada kepentingan umum (it should serve the public’s interest)
• Memelihara komunikasi yang baik (Maintaince good communication)
• Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good morals and manners).
Purel beserta PRO-nya harus mengabdi kepada kepentingan umum, karena walau PRO itu diangkat oleh manajemen tetapi tugas dan pekerjaannya adalah melayani publik dan kepentingan umum.
Tugas PRO ke dalam membina hubungan harmonis antara manajer beserta stafnya dengan para karyawan; mengusahakan agarpara karyawan bekerja dengan senang dan merasa puas; meneliti perasaan, kesulitan dan keinginan para karyawan.
Sedang tugas PRO ke luar adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik ektern, memperkenalkan produk, meningkatkan jumlah langganan, dan sebagainya.
Selasa, 01 Juli 2008
Macam Komunikasi Organisasi
Komunikasi Dalam Organisasi
Dari pembahasan tersebut di atas terlihat jelas bahwa komunikasi dalam organisasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk tercapainya tujuan administrasi / manajemen.
Komunikasi dalam organisasi atau disebut juga komunikasi manajemen meliputi dua bagian berdasarkan tempat di mana khalayak sasaran berada, yaitu Komunikasi Internal (Internal Communication) untuk khalayak anggota organisasi dan Komunikasi Eksternal (External Communication) untuk khalayak di luar anggota organisasi.
1. Komunikasi Internal
Komunikasi Internal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para pegawai secara timbal balik. Komunikasi internal terbagi dalam tiga kegiatan :
a. Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi secara timal balik (two way traffic communication) dari atas (pimpinan/manajer) ke bawah (karyawan/pegawai) disebut Upper Communication / Downward Communication, dan komunikasi dari bawah (karyawan/pegawai) ke atas (pimpinan/manajer) disebut Down Up Communication / Upward Communication.
Dalam proses komunikasi vertical secara Upper Communication / Downward Communication tersebut pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan lain-lain pada bawahan.
Dalam proses komunikasi vertical secara Down Up Communication / Upward Communication tersebut bawahan memberikan laporan, gagasan, usul/saran kepada pimpinan.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi sangat penting sekali. Pimpinan harus mengetahui laporan, tenggapan, gagasan, atau saran dari bawahan sebagai petunjuk efektif tidaknya dan effisien tidaknya kebijakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu jika komunikasi hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan maka proses manajemen dalam organisasi besar kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh pegawai, atau juga dapat dilakukan secara berjenjang melalui kepala biro, bagian, sub bagian, seksi, dan sub seksi.
Komunikasi vertikal yang timbal balik dua arah merupakan pencerminan dari kepemimpinan demokratis (democratic leadership) suatu jenis kepemimpinan yang sementera ini dianggap yang paling baik diantara kepemimpinan lainnya.
b. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar diantara pegawai dalam suatu unit atau antara anggota staf dengan anggota staf lainnya.
Kalau dalam komunikasi vertical lebih bersifat formal, maka dalam komunikasi horizontal seringkali berlangsung dalam suasana tidak formal. Sering tampak dilakukan dalam waktu istirahat, sedang dalam perjalanan pulang, atau waktu rekreasi. Yang dibicarakan lebih banyak hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan. Gravevenis mengenai kebijakan pimpinan sering muncul dalam disini, dan kadang tidak mempunyai dasar sama sekali. Maka dalam hal ini tugas seorang Public Relation Officer (Kepala Humas) untuk meluruskan, menetralisisr atau mengkanalisasi interpretasi yang salah untuk menempatkan pada proporsi sebenarnya.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan lainnya yang satu sama lian berbeda dalam kedudukan dan unitnya.
Komunikasi diagonal tidak menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal, tetapi tidak juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi horizontal. Dilain hal komunikasi diagonal kadang terjadi menyimpang dari jalur prosedur birokrasi, missal seorang pegawai suatu unit mengeluhkan masalah pekerjaan kepada kepala unit lain. Hal ini termasuk dalam miscommunication dan jika diketahui oleh pimpinan unitnya maka mungkin akan terjadi benturan psikologis.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat lain yang mewakilinya (PRO / Kahumas) dengan khalayak atau publik di luar organisasi. Yang termasuk khalayak di luar organisasi meliputi : khalayak sekitar (community), instansi pemerintah (government), Pers, dan pelanggan (customer).
Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur yang berlangsung secara timbal balik, yaitu
Komunikasi dari organisasi ke khalayak, pada umumnya bersifat informatif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak/publik merasa terlibat atau sedikitnya terjadi hubungan batin. Bagi suatu perusahaan komunikasi booking bersifat informative semata tetapi juga bersifat persuasif dalam bentuk penyiaran iklan komersial (commercial advertisement)
Komunikasi dari khalayak ke oraganisasi, yaitu merupakan proses umpan balik (feedback) yang disebut sebagai public opinion (opini publik).
Dari pembahasan tersebut di atas terlihat jelas bahwa komunikasi dalam organisasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk tercapainya tujuan administrasi / manajemen.
Komunikasi dalam organisasi atau disebut juga komunikasi manajemen meliputi dua bagian berdasarkan tempat di mana khalayak sasaran berada, yaitu Komunikasi Internal (Internal Communication) untuk khalayak anggota organisasi dan Komunikasi Eksternal (External Communication) untuk khalayak di luar anggota organisasi.
1. Komunikasi Internal
Komunikasi Internal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para pegawai secara timbal balik. Komunikasi internal terbagi dalam tiga kegiatan :
a. Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi secara timal balik (two way traffic communication) dari atas (pimpinan/manajer) ke bawah (karyawan/pegawai) disebut Upper Communication / Downward Communication, dan komunikasi dari bawah (karyawan/pegawai) ke atas (pimpinan/manajer) disebut Down Up Communication / Upward Communication.
Dalam proses komunikasi vertical secara Upper Communication / Downward Communication tersebut pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan lain-lain pada bawahan.
Dalam proses komunikasi vertical secara Down Up Communication / Upward Communication tersebut bawahan memberikan laporan, gagasan, usul/saran kepada pimpinan.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi sangat penting sekali. Pimpinan harus mengetahui laporan, tenggapan, gagasan, atau saran dari bawahan sebagai petunjuk efektif tidaknya dan effisien tidaknya kebijakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu jika komunikasi hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan maka proses manajemen dalam organisasi besar kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh pegawai, atau juga dapat dilakukan secara berjenjang melalui kepala biro, bagian, sub bagian, seksi, dan sub seksi.
Komunikasi vertikal yang timbal balik dua arah merupakan pencerminan dari kepemimpinan demokratis (democratic leadership) suatu jenis kepemimpinan yang sementera ini dianggap yang paling baik diantara kepemimpinan lainnya.
b. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar diantara pegawai dalam suatu unit atau antara anggota staf dengan anggota staf lainnya.
Kalau dalam komunikasi vertical lebih bersifat formal, maka dalam komunikasi horizontal seringkali berlangsung dalam suasana tidak formal. Sering tampak dilakukan dalam waktu istirahat, sedang dalam perjalanan pulang, atau waktu rekreasi. Yang dibicarakan lebih banyak hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan. Gravevenis mengenai kebijakan pimpinan sering muncul dalam disini, dan kadang tidak mempunyai dasar sama sekali. Maka dalam hal ini tugas seorang Public Relation Officer (Kepala Humas) untuk meluruskan, menetralisisr atau mengkanalisasi interpretasi yang salah untuk menempatkan pada proporsi sebenarnya.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan lainnya yang satu sama lian berbeda dalam kedudukan dan unitnya.
Komunikasi diagonal tidak menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal, tetapi tidak juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi horizontal. Dilain hal komunikasi diagonal kadang terjadi menyimpang dari jalur prosedur birokrasi, missal seorang pegawai suatu unit mengeluhkan masalah pekerjaan kepada kepala unit lain. Hal ini termasuk dalam miscommunication dan jika diketahui oleh pimpinan unitnya maka mungkin akan terjadi benturan psikologis.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat lain yang mewakilinya (PRO / Kahumas) dengan khalayak atau publik di luar organisasi. Yang termasuk khalayak di luar organisasi meliputi : khalayak sekitar (community), instansi pemerintah (government), Pers, dan pelanggan (customer).
Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur yang berlangsung secara timbal balik, yaitu
Komunikasi dari organisasi ke khalayak, pada umumnya bersifat informatif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak/publik merasa terlibat atau sedikitnya terjadi hubungan batin. Bagi suatu perusahaan komunikasi booking bersifat informative semata tetapi juga bersifat persuasif dalam bentuk penyiaran iklan komersial (commercial advertisement)
Komunikasi dari khalayak ke oraganisasi, yaitu merupakan proses umpan balik (feedback) yang disebut sebagai public opinion (opini publik).
Label:
Macam Komunikasi Organisasi
KOMUNIKASI DAN ORGANISASI
KOMUNIKASI DAN ORGANISASI
A. Pengertian Serta Hubungan Antara Administrasi, Manajemen, Dan Organisasi
Dalam pembahasan organisasi tidak dapat dilepaskan dalam pembahasan administrasi dan manajemen.
Secara etimologis atau asal usul kata administrasi yang ada di Indonesia berasal dari Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Administration yang juga berasal dari Bahasa Yunani administrare yaitu gabungan dari kata Ad dan Ministrare, Ad artinya intensif sedang Ministrare artinya melayani, jadi Administrare artinya melayanani secara intensif.
Sementara itu dalam Bahasa Belanda terdapat kata Administratie yang artinya adalah segala pekerjaan tulis menulis di kantor (tata usaha / Clerical work). Kemudian sinonim administration dalam Bahasa Belanda adalah bestuurs dan untuk administrator adalah beheer.
Karena berdasarkan asal usul kata itulah maka di Indonesia sampai sekarang dikenal dalam dua pengertian, yaitu ; arti luas dan arti sempit :
Administrasi dalam arti sempit, yaitu usaha adalah seluruh rangkaian kegiatan penataan yang melalui penghimpunan, pencatatan, pengelolaan, penggandaan, pengiriman, penyimpanan, penyusutan, dan pemusnahan informasi.
Administrasi dalam arti luas adalah keseluruhan proses kerjasama dua orang atau lebih yang didasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Sondang. P. Siagian, 1997).
Selanjutnya administrasi juga dapat dilihat dari tiga sudut :
Administrasi ditinjau dari sudut proses, yaitu proses yang berkesinambungan dari segala kegiatan untuk mencapai tujuan, dimulai dari proses pemikiran, penentuan, tujuan sampai pelaksaaan kerja sehingga tujuan tercapai.
Administrasi ditinjau dari sudut fungsional, yaitu dalam kegiatan administrasi harus diadakan pengelompokan kegiatan-kegiatan yang sejenis untuk mempermudah pencapaian tujuan, sehingga dalam pencapaian tujuan akan ada terdapat berbagai fungsi (yaitu : perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan).
Administrasi ditinjau dari sudut institusional, yaitu dalam administrasi terdiri dari orang-orang, baik secara individual maupun secara bersama-sama, yang menjalankan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan karya sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Dwight Waldo dalam bukunya “Pengantar Studi Public Administrations”, menyatakan bahwa kita mengibaratkan perbedaan organisasi dengan manajemen dalam dua konsep bidang kedokteran, organisasi merupakan anatomi dari administrasi sedang manajemen merupakan fisiologi administrasi. Organisasi lebih dekat dengan pengertian struktur sedang manajemen lebih dekat dengan pengertian fungsi. Itulah sebabnya dalam setiap organisasi secara otomatis akan terdapat proses manajemen. Maka keberadaan manajemen menjadi tidak terbatas, dimana pun dan kapan pun akan terdapat proses manajemen, karena keterikatannya dengan ilmu induknya yakni administrasi maka telaah manajemen masih tetap bertolak dari pikiran administrasi.
Selanjutnya Dwight Waldo mendefinisikan manajemen sebagai : “suatu rangkaian tindakan dengan maksud mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi”.
Menurut George Terry manajemen adalah pencapaian suatu sasaran yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
Sondang P. Siagian menyebut manajemen sebagai kemampuan/keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Kemudian pengertian manajemen lainnya dari Harold Koontz dan O. Donnel yang menyatakan bahwa manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain.
Selanjutnya pengertian organisasi kita mengutip dari pendapat Dalton Mc. Farland bahwa organisasi adalah sekelompok manusia yang dapat dikenal, yang dapat menyambungkan usahanya terhadap tercapainya tujuan.
Sondang P. Siagian menyebutkan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam ikatan dimana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut bawahan.
Ada beberapa ahli yang mempersamakan antara administrasi dengan manajemen yaitu William H. Newman dalam bukunya “Administrative Action”, jelas-jelas tidak membeda-bedakan administrasi dengan manajemen. Apa yang dimaksud dalam arti administrasi termasuk pula arti manajemen. Buku Admnistrative Action berisi tentang tecniques of organizations and management.
Pakar yang mempersamakan administrasi dengan manajemen adalah Marshall Edward Dimock and Gladys Odgen Dimock (atau lebih dikenal dengan Dimock &Dimock) dalam bukunya Public Admnistrations : “ Administrasi dan Manajemen adalah suatu pendekatan yang terencana terhadap pemecahan macam-macam masalah yang kebanyakan terdapat pada setiap individu atau kelompok naik negara atau swasta.
Selain ada ahli yang mempersamakan administrasi dan manajemen tapi adapula yang membedakannya :
Dalton E. Mc Farland dalam bukunya “Management” menyatakan : “ Administrasi ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok dan kebijaksanaannya. Sedangkan manajemen ditujukan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan maksud menyelesaikan/mencapai tujuan dan pelaksanaan kebijakan”,
Ordway Tead dalam bukunya “Management Principles and Practise” menyatakan jelas-jelas membedakan administrasi dengan manajemen :
“Administrasi adalah suatu proses dan badan yang bertanggung jawab terhadap pemantauan tujuan, dimana organisasi dan manajemen digariskan, dijalankan dan sebagainya.
“ Manajemen adalah suatu proses dan tujuan yang secara langsung memberikan petunjuk bimbingan kegiatan dari suatu organisasi dalam merealisasikan tujuan yang tetap ditetapkan ..............................................”.
Hubungan pendapat para ahli yang membedakan antara administrasi dengan manajemen seperti tersebut diatas (Mc. Farland dan Ordway Tead), maka hubungan antara admnistrasi, manajemen dan organisasi dapat digambarkan :
Keterangan :
Lingkaran pertama yang melingkupi seluruh lingkaran adalah administrasi yang merupakan keseluruhan proses kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan.
Lingkaran kedua adalah organisasi sebagai wadah dari proses kegiatan kerja sama tersebut.
Lingkaran ketiga adalah manajemen sebagai kegiatan pengarah / pembimbing terhadap pencapaian tujuan.
Lingkaran keempat adalah leadership atau kepemimpinan yaitu sebagai usaha mengarahkan/membimbing kegiatan dari para bawahan/karyawan agar tujuan dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan.
Lingkaran kelima adalah Decision Making atau Pengambilan keputusan yang merupakan sebagai inti dari pada kepemimpinan, karena memimpin itu berhadapan dengan berbagai masalah dan sebagai pemimpin harus dapat memilih pemecahannya. Proses pemilihan alternatif pemecahan itulah yang dimaksud pengambilan keputusan.
Lingkaran terakhir adalah Human Relations atau Hubungan Kemanusiaan yang merupakan sebagai inti dari Pengambilan Keputusan karena permasalahan yang diambil keputusannya itu pada hakekatnya berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut maka pemimpin harus memahami dan mendekati orang-orang secara manusiawi.
Selain itu hubungan antara Administrasi, Manajemen dan organisasi dapat dilihat sebagai suatu sistem.Organisasi sebagai suatu sistem merupakan gabungan yang kompleks antara manusia, ruangan kerja, perlengkapan, waktu, struktur, formulir, serta kesatuan fungsi kearah pencapaian sasaran dan tujuan dalam organisasi.
Pentingnya organisasi bagi manajemen, adalah :
• Alat-alat untuk mencapai tujuan
• Wadah sekelompok manusia yang bekerjasama
• Dan merupakan proses hubungan kerja sekelompok orang untuk mencapai tujuan.
Bagan hubungan organisasi dan manajemen sebagai suatu sistem yang terpadu adalah :
ADMINISTRASI
A. Pengertian Serta Hubungan Antara Administrasi, Manajemen, Dan Organisasi
Dalam pembahasan organisasi tidak dapat dilepaskan dalam pembahasan administrasi dan manajemen.
Secara etimologis atau asal usul kata administrasi yang ada di Indonesia berasal dari Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Administration yang juga berasal dari Bahasa Yunani administrare yaitu gabungan dari kata Ad dan Ministrare, Ad artinya intensif sedang Ministrare artinya melayani, jadi Administrare artinya melayanani secara intensif.
Sementara itu dalam Bahasa Belanda terdapat kata Administratie yang artinya adalah segala pekerjaan tulis menulis di kantor (tata usaha / Clerical work). Kemudian sinonim administration dalam Bahasa Belanda adalah bestuurs dan untuk administrator adalah beheer.
Karena berdasarkan asal usul kata itulah maka di Indonesia sampai sekarang dikenal dalam dua pengertian, yaitu ; arti luas dan arti sempit :
Administrasi dalam arti sempit, yaitu usaha adalah seluruh rangkaian kegiatan penataan yang melalui penghimpunan, pencatatan, pengelolaan, penggandaan, pengiriman, penyimpanan, penyusutan, dan pemusnahan informasi.
Administrasi dalam arti luas adalah keseluruhan proses kerjasama dua orang atau lebih yang didasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Sondang. P. Siagian, 1997).
Selanjutnya administrasi juga dapat dilihat dari tiga sudut :
Administrasi ditinjau dari sudut proses, yaitu proses yang berkesinambungan dari segala kegiatan untuk mencapai tujuan, dimulai dari proses pemikiran, penentuan, tujuan sampai pelaksaaan kerja sehingga tujuan tercapai.
Administrasi ditinjau dari sudut fungsional, yaitu dalam kegiatan administrasi harus diadakan pengelompokan kegiatan-kegiatan yang sejenis untuk mempermudah pencapaian tujuan, sehingga dalam pencapaian tujuan akan ada terdapat berbagai fungsi (yaitu : perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan).
Administrasi ditinjau dari sudut institusional, yaitu dalam administrasi terdiri dari orang-orang, baik secara individual maupun secara bersama-sama, yang menjalankan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan karya sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Dwight Waldo dalam bukunya “Pengantar Studi Public Administrations”, menyatakan bahwa kita mengibaratkan perbedaan organisasi dengan manajemen dalam dua konsep bidang kedokteran, organisasi merupakan anatomi dari administrasi sedang manajemen merupakan fisiologi administrasi. Organisasi lebih dekat dengan pengertian struktur sedang manajemen lebih dekat dengan pengertian fungsi. Itulah sebabnya dalam setiap organisasi secara otomatis akan terdapat proses manajemen. Maka keberadaan manajemen menjadi tidak terbatas, dimana pun dan kapan pun akan terdapat proses manajemen, karena keterikatannya dengan ilmu induknya yakni administrasi maka telaah manajemen masih tetap bertolak dari pikiran administrasi.
Selanjutnya Dwight Waldo mendefinisikan manajemen sebagai : “suatu rangkaian tindakan dengan maksud mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi”.
Menurut George Terry manajemen adalah pencapaian suatu sasaran yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
Sondang P. Siagian menyebut manajemen sebagai kemampuan/keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Kemudian pengertian manajemen lainnya dari Harold Koontz dan O. Donnel yang menyatakan bahwa manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain.
Selanjutnya pengertian organisasi kita mengutip dari pendapat Dalton Mc. Farland bahwa organisasi adalah sekelompok manusia yang dapat dikenal, yang dapat menyambungkan usahanya terhadap tercapainya tujuan.
Sondang P. Siagian menyebutkan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam ikatan dimana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut bawahan.
Ada beberapa ahli yang mempersamakan antara administrasi dengan manajemen yaitu William H. Newman dalam bukunya “Administrative Action”, jelas-jelas tidak membeda-bedakan administrasi dengan manajemen. Apa yang dimaksud dalam arti administrasi termasuk pula arti manajemen. Buku Admnistrative Action berisi tentang tecniques of organizations and management.
Pakar yang mempersamakan administrasi dengan manajemen adalah Marshall Edward Dimock and Gladys Odgen Dimock (atau lebih dikenal dengan Dimock &Dimock) dalam bukunya Public Admnistrations : “ Administrasi dan Manajemen adalah suatu pendekatan yang terencana terhadap pemecahan macam-macam masalah yang kebanyakan terdapat pada setiap individu atau kelompok naik negara atau swasta.
Selain ada ahli yang mempersamakan administrasi dan manajemen tapi adapula yang membedakannya :
Dalton E. Mc Farland dalam bukunya “Management” menyatakan : “ Administrasi ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok dan kebijaksanaannya. Sedangkan manajemen ditujukan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan maksud menyelesaikan/mencapai tujuan dan pelaksanaan kebijakan”,
Ordway Tead dalam bukunya “Management Principles and Practise” menyatakan jelas-jelas membedakan administrasi dengan manajemen :
“Administrasi adalah suatu proses dan badan yang bertanggung jawab terhadap pemantauan tujuan, dimana organisasi dan manajemen digariskan, dijalankan dan sebagainya.
“ Manajemen adalah suatu proses dan tujuan yang secara langsung memberikan petunjuk bimbingan kegiatan dari suatu organisasi dalam merealisasikan tujuan yang tetap ditetapkan ..............................................”.
Hubungan pendapat para ahli yang membedakan antara administrasi dengan manajemen seperti tersebut diatas (Mc. Farland dan Ordway Tead), maka hubungan antara admnistrasi, manajemen dan organisasi dapat digambarkan :
Keterangan :
Lingkaran pertama yang melingkupi seluruh lingkaran adalah administrasi yang merupakan keseluruhan proses kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan.
Lingkaran kedua adalah organisasi sebagai wadah dari proses kegiatan kerja sama tersebut.
Lingkaran ketiga adalah manajemen sebagai kegiatan pengarah / pembimbing terhadap pencapaian tujuan.
Lingkaran keempat adalah leadership atau kepemimpinan yaitu sebagai usaha mengarahkan/membimbing kegiatan dari para bawahan/karyawan agar tujuan dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan.
Lingkaran kelima adalah Decision Making atau Pengambilan keputusan yang merupakan sebagai inti dari pada kepemimpinan, karena memimpin itu berhadapan dengan berbagai masalah dan sebagai pemimpin harus dapat memilih pemecahannya. Proses pemilihan alternatif pemecahan itulah yang dimaksud pengambilan keputusan.
Lingkaran terakhir adalah Human Relations atau Hubungan Kemanusiaan yang merupakan sebagai inti dari Pengambilan Keputusan karena permasalahan yang diambil keputusannya itu pada hakekatnya berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut maka pemimpin harus memahami dan mendekati orang-orang secara manusiawi.
Selain itu hubungan antara Administrasi, Manajemen dan organisasi dapat dilihat sebagai suatu sistem.Organisasi sebagai suatu sistem merupakan gabungan yang kompleks antara manusia, ruangan kerja, perlengkapan, waktu, struktur, formulir, serta kesatuan fungsi kearah pencapaian sasaran dan tujuan dalam organisasi.
Pentingnya organisasi bagi manajemen, adalah :
• Alat-alat untuk mencapai tujuan
• Wadah sekelompok manusia yang bekerjasama
• Dan merupakan proses hubungan kerja sekelompok orang untuk mencapai tujuan.
Bagan hubungan organisasi dan manajemen sebagai suatu sistem yang terpadu adalah :
ADMINISTRASI
Label:
KOMUNIKASI DAN ORGANISASI
KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN
KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN
Kalau kita membicarakan Komunikasi Pendidikan maka kita harus memperhatikan fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh Harol D. Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai penggarapan berita).
The correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk rencana atau propaganda).
The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Dalam fungsi komunikasi yang pertama the surveillance of the environment dan kedua the correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, tidaklah lain ditujukan agar masyarakat mengetahui, memahami suatu masalah dan mau melaksanakan atau mengikuti masalah tersebut. Dengan demikian kegiatan tersebut termasuk juga tujuan dan fungsi komunikasi pendidikan secara umum untuk masyarakat.
Selanjutnya dalam fungsi komunikasi yang ketiga the transmission of the social heritage from one generation to the next, merupakan kegiatan komunikasi pendidikan dalam baik secara umum maupun secara khusus. Maksudnya bahwa transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain jika dilakukan secara umum melalui ceramah umum, penerangan, atau dalam bentuk hiburan yang mendidik (baik melalui media massa maupun tidak) merupakan komunikasi pendidikan secara umum.
Sedangkan jika transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain dilakukan melalui secara klasikal di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, pondok pesantren, padepokan seni, atau tempat kursus-kursus merupakan komunikasi pendidikan secara khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dalam keluarga, kegaitan orang tua mengajarkan nilai-nilai, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan pada anak-anaknya.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan : “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”.
Pendapat Onong Uchjana Effendi tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilaihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.
Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar/Guru/Dosen (sebagai komunikator) kepada para Pelajar/Murid/Siswa/Mahasiswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka (face to face) dan secara timbal balik dua arah (two way communication). Pengajar menyajikan materi pelajarannya sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metoda diskusi.
Disamping itu pengajar berusaha memberikan kesempatan untuk ditanya atau disanggah pendapatnya sedangkan pelajar harus bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Situasi tersebut dimaksudkan untuk usaha membangkitkan daya penalaran di kalangan pelajar. Jika penalaran para pelajar sangat bagus maka kepribadian pelajar itu akan lebih dewasa atau mencapai kematangan personality-nya. Orang yang matang kepribadiannya menurut David C. Mc Clelland, seorang ahli psikologi di Harvard University, disebut mempunyai virus mental atau “n Ach”, singkatan dari need for Achievement, artinya kebutuhan untuk memperoleh prestasi lebih gemilang, lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya tujuan akhir dari komunikasi tersebut adalah untuk mencapai keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Metoda pengajaran dengan cara komunikasi dua arah dan dengan cara diskusi akan menumbuhkan penalaran pelajar terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini, pelajar selama menerima komunikasi materi pelajaran dalam diri pelajar akan terjadi proses komunikasi intra personal (intrapersonnal communication) dan juga proses komunikasi interpersonal (interpersonnal communication).
Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut :
persepsi, adalah kesan yang diterima melalui alat indera mengenai materi pelajaran maupun kesan terhadap guru yang menyampaikannya. Kesan ini pada setiap pelajar akan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.
apersepsi, adalah tanggapan terhadap kesan yang diterima alat, biasanya kesan dibandingkan dengan kesan-kesan sebelumnya atau dengan pengalaman sebelumnya.
ideasi, adalah mengadakan konsepsi terhadap kesan yang diterimanya. Setelah kesan diterima dan disimpulkan/ditanggapi maka mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan mana yang relevan dengan kebutuhan dan keinginannya.
transmisi, apabila kesan yang diterimanya masih meragukan maka pelajar akan mempertanyakan pada pengajarnya. Dalam suatu diskusi apabila hasil konsepsinya sudah mantap maka ia juga akan mantap mengungkapkan pada teman diskusinya.
konklusi, mendekati proses akhir belajar maka pelajar menyimpulkan keseluruhan materi pelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga daya tangkapnya.
memori, proses akhir dari kegiatan belajar adalah menyimpannya dalam ingatan/memori (storage in memory). Hal ini selain tergantung pada daya ingatannya juga tergantung dalam penyimakan materinya. Kalau dalam menyimak materi palejaran sering tidak sadar (unconcius), sambil melamun, maka hanya masuk pada short term memory (memori jangka pendek) dan masuk ke bawah alam sadar. Sedangkan kalau menyimak materi pelajaran secara sungguh-sungguh dengan penuh konsentrasi dengan sadar (concius) maka selain masuk pada short term memory juga akan masuk dalam memori jangka panjang (long term memory).
Dengan demikian, apabila dalam proses belajar mengajar pada pendidikan dilakukan dengan komunikasi dua arah dan metoda diskusi maka proses komunikasi pendidikan tersebut akan berhasil menumbuhkan penalaran para pelajarnya.
Penalaran (reasoning) manurut kamus The Random House Dictionary berarti : “... the mental powers concerned with forming conclusions, judgements or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian)”. Kadar kekuatan penalaran (daya nalar) pada setiap orang (pelajar) berbeda-beda, ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas kita dapat menyimak pendapat filsuf Romawi Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “wise men instructed by reason; men of less understanding by experience; the most ignorant by necessity; and beasts by nature. (Orang bijaksana diperintah oleh penalaran; yang kurang pengetahuan oleh pengalaman; orang yang paling dungu oleh kebutuhan; dan hewan oleh alam”).
Selanjutnya sastrawan Inggris William Shakespeare yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “Reason is our intelectual eye, and like the bodily eye it needs light to see, and to see clearly and far it needs the light of heaven. Strong reasons make strong actions. (Penalaran adalah mata intelektual kita, dan seperti halnya dengan mata jasmaniah, untuk dapat melihat, maka intelektual tersebut memerlukan cahaya, lalu untuk dapat melihat jelas dan jauh, ia memerlukan cahaya Allah. Penalaran yang kuat menimbulkan kegiatan yang hebat)”.
Kalau kita membicarakan Komunikasi Pendidikan maka kita harus memperhatikan fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh Harol D. Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai penggarapan berita).
The correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk rencana atau propaganda).
The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Dalam fungsi komunikasi yang pertama the surveillance of the environment dan kedua the correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, tidaklah lain ditujukan agar masyarakat mengetahui, memahami suatu masalah dan mau melaksanakan atau mengikuti masalah tersebut. Dengan demikian kegiatan tersebut termasuk juga tujuan dan fungsi komunikasi pendidikan secara umum untuk masyarakat.
Selanjutnya dalam fungsi komunikasi yang ketiga the transmission of the social heritage from one generation to the next, merupakan kegiatan komunikasi pendidikan dalam baik secara umum maupun secara khusus. Maksudnya bahwa transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain jika dilakukan secara umum melalui ceramah umum, penerangan, atau dalam bentuk hiburan yang mendidik (baik melalui media massa maupun tidak) merupakan komunikasi pendidikan secara umum.
Sedangkan jika transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain dilakukan melalui secara klasikal di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, pondok pesantren, padepokan seni, atau tempat kursus-kursus merupakan komunikasi pendidikan secara khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dalam keluarga, kegaitan orang tua mengajarkan nilai-nilai, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan pada anak-anaknya.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan : “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”.
Pendapat Onong Uchjana Effendi tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilaihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.
Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar/Guru/Dosen (sebagai komunikator) kepada para Pelajar/Murid/Siswa/Mahasiswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka (face to face) dan secara timbal balik dua arah (two way communication). Pengajar menyajikan materi pelajarannya sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metoda diskusi.
Disamping itu pengajar berusaha memberikan kesempatan untuk ditanya atau disanggah pendapatnya sedangkan pelajar harus bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Situasi tersebut dimaksudkan untuk usaha membangkitkan daya penalaran di kalangan pelajar. Jika penalaran para pelajar sangat bagus maka kepribadian pelajar itu akan lebih dewasa atau mencapai kematangan personality-nya. Orang yang matang kepribadiannya menurut David C. Mc Clelland, seorang ahli psikologi di Harvard University, disebut mempunyai virus mental atau “n Ach”, singkatan dari need for Achievement, artinya kebutuhan untuk memperoleh prestasi lebih gemilang, lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya tujuan akhir dari komunikasi tersebut adalah untuk mencapai keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Metoda pengajaran dengan cara komunikasi dua arah dan dengan cara diskusi akan menumbuhkan penalaran pelajar terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini, pelajar selama menerima komunikasi materi pelajaran dalam diri pelajar akan terjadi proses komunikasi intra personal (intrapersonnal communication) dan juga proses komunikasi interpersonal (interpersonnal communication).
Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut :
persepsi, adalah kesan yang diterima melalui alat indera mengenai materi pelajaran maupun kesan terhadap guru yang menyampaikannya. Kesan ini pada setiap pelajar akan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.
apersepsi, adalah tanggapan terhadap kesan yang diterima alat, biasanya kesan dibandingkan dengan kesan-kesan sebelumnya atau dengan pengalaman sebelumnya.
ideasi, adalah mengadakan konsepsi terhadap kesan yang diterimanya. Setelah kesan diterima dan disimpulkan/ditanggapi maka mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan mana yang relevan dengan kebutuhan dan keinginannya.
transmisi, apabila kesan yang diterimanya masih meragukan maka pelajar akan mempertanyakan pada pengajarnya. Dalam suatu diskusi apabila hasil konsepsinya sudah mantap maka ia juga akan mantap mengungkapkan pada teman diskusinya.
konklusi, mendekati proses akhir belajar maka pelajar menyimpulkan keseluruhan materi pelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga daya tangkapnya.
memori, proses akhir dari kegiatan belajar adalah menyimpannya dalam ingatan/memori (storage in memory). Hal ini selain tergantung pada daya ingatannya juga tergantung dalam penyimakan materinya. Kalau dalam menyimak materi palejaran sering tidak sadar (unconcius), sambil melamun, maka hanya masuk pada short term memory (memori jangka pendek) dan masuk ke bawah alam sadar. Sedangkan kalau menyimak materi pelajaran secara sungguh-sungguh dengan penuh konsentrasi dengan sadar (concius) maka selain masuk pada short term memory juga akan masuk dalam memori jangka panjang (long term memory).
Dengan demikian, apabila dalam proses belajar mengajar pada pendidikan dilakukan dengan komunikasi dua arah dan metoda diskusi maka proses komunikasi pendidikan tersebut akan berhasil menumbuhkan penalaran para pelajarnya.
Penalaran (reasoning) manurut kamus The Random House Dictionary berarti : “... the mental powers concerned with forming conclusions, judgements or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian)”. Kadar kekuatan penalaran (daya nalar) pada setiap orang (pelajar) berbeda-beda, ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas kita dapat menyimak pendapat filsuf Romawi Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “wise men instructed by reason; men of less understanding by experience; the most ignorant by necessity; and beasts by nature. (Orang bijaksana diperintah oleh penalaran; yang kurang pengetahuan oleh pengalaman; orang yang paling dungu oleh kebutuhan; dan hewan oleh alam”).
Selanjutnya sastrawan Inggris William Shakespeare yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “Reason is our intelectual eye, and like the bodily eye it needs light to see, and to see clearly and far it needs the light of heaven. Strong reasons make strong actions. (Penalaran adalah mata intelektual kita, dan seperti halnya dengan mata jasmaniah, untuk dapat melihat, maka intelektual tersebut memerlukan cahaya, lalu untuk dapat melihat jelas dan jauh, ia memerlukan cahaya Allah. Penalaran yang kuat menimbulkan kegiatan yang hebat)”.
Sistem Komunikasi Kota dan Desa
Sistem Komunikasi Kota
Adalah suatu kenyatan bahwa sulit memberikan defenisi kota , yang bersipat universil, menyeluruh dan obyektif . Adalah terlalu sulit menemukan kriterium tunggal untuk menentukan bahwa sesuatu tempat dengan suatu kehidupan bersama itu adalah kota. Justru hal ini diperlukan guna melengkapi dan sebagai bahan perbandingan terhadap dasa,bukan dengan mempertentangkanya.
Ada pandangan bahwa satu satunya jalan menuju ke suatu masyarakat yang makmur adalah melalui industrialisasi hal ini berarti bahwa dimasa yang akan datang, kita akan mengalami peradaban industrial modern, dan ini berarti pula mempunyai tekanan orientasi ke kota, sebab peradaban industrial modern akan di kuasai oleh kota.
Bahkan ada pandangan, untuk mengatakan sebagian besar desa-desa, membuat banyak desa menjadi kota. Sebab kehidupan bersama kota akan menjadi titik pusat masyarakat Indonesia. Mereka yang menjalankan pengawasan sebagian besar lembaga lembaga yangmenguasai kehidupan sosial-politik-ekonomi-budaya adalah justru penduduk kota .tidak dapat diambil sebagai kriteria, hanya jumlah penduduk sebagai suatu ciri khas kota, ataupun hanya erat-renggangnya relasi-relasi sosial sesuatu masyarakat.
Karena tidak berhasil menemukan kriterium tunggal untuk menentukan, bahwa suatu tempat dinamakan kota, maka ada beberapa kombinasi faktor yang mencirikan suatu kota; mata pencaharian non-agrikultur, lingkungan, ukuran komuniti, kepadatan penduduk, heterogenitas penduduk, differensiasi dan stratufukasi sosial, sistem interaksi (jumlah dan tipe-tipe kontak-kontak sosial).
Ciri-ciri sistem komunikasi di kota antara lain adalah :
Diversitas kompleksitas komunikasi, baik komunikasi sosial maupun komunikasi media.
Komunikasi bersifat tidak permanen dan anonym.
Diversitas komunikasi dalam kota disebabkan oleh adanya spesialisasi dan pembagian kerja. Banyaknya peranan (role) maupun kedudukan (status) yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas di dalam kota, menyebabkan rata-rata orang kota mempunyai aneka ragam (sistem) komunikasi.
Kompleksitas komunikasi penduduk kota dapat diartikan bahwa berbagai orang (yang heterogen) atau kelompok orang dapat berkomunikasi dengan sistem ataupon cara yang cukup rumit (kompleks).
Sebagian besar komunikasi yang membentuk relasi-relasi sosial di kota terjadi antara orang-orang yang anonim atau asing satu sama lain, dan hanya berlangsung untuk waktu yang singkat tidak permanen. Dalam arti orang kota selalu terus menerus membuat kontak sosial atau komunikasi yang baru. Kecepatan perubahan-perubahan berkomunikasi ini dapat juga disebut mobilitas sosial. Jadi bersamaan dengan komunikasi bertingkat anominitas tinggi, tidak permanen, mobilitas sosial ini memperkuat adanya komunikasi dan relasi-relasi sosial sekunder (dengan pengertian kurang atau tidak akrab, bersifat impersonal, formal, kurang bersifat emosional, dan rasional).
Sistem Komunikasi Desa
Desa biasanya tersusun dari individu-individu yang terorganisasi dalam kelompok-kelompok lokal (keluarga) yang lebih kecil dan permanen, disebut komuniti (diartikan paguyuban). Mereka disatukan oleh rasa terikat pada alam sekeliling tempat mereka hidup dan menghadapi masalah-masalah mereka terikat oleh rasa bersama.
Beberapa faktor atau ciri-ciri desa, yang merupakan juga hambatan-hambatan untuk perubahan sosial untuk pembangunan, sebagai berikut :
tingkat pendapatan penduduk yang rata-rata masih rendah sekali,
umumnya terdapat sikap fanatisme ataupun nostalgis terhadap tradisi masa lalu,
kurang bersikap kompetitif,
belum terbina sikap mental, sitem nilai yang dapat menunjang ilmu pengetahuan,
tidak ada rangsangan-rangsangan kuat untuk bertindak kreatif,
faktor sikap mental, faktor-faktor kelembagaan, dan faktor lingkungan yang tidak kondusif,
sikap penduduk yang masih pasif,
masih famili-sentris,
sikap nrimo.
Acuh tak acuh,
Orientasi ke masa lampau,
Penguasaan tanah, hak tuan tanah,
Hak komunal,
Lembaga perkreditan pribadi (lintah darat),
Mobilitas vertikal masih kurang,
Entrepreneurship belum berkembang, dll.
Sistem komunikasi yang ada atau ditujukan terhadap masyarakat desa adalam memakai pola komunikasi yang sangat sederhana, face to face communication, dan interpersonal communication. Peranan media massa belum optimal, media massa yang lebih akrab adalah media elektronik tetapi lebih banyak dimanfaatkan aspek hiburannya. Walaupun pada umumnya di negara Indonesia tumbuh dan berkembang dari masyarakat pendengar (listened society) dan seiring menjamurnya stasiun televisi swasta dan daya jangkaunya luas maka akan menjauhkan media massa surat kabar, termasuk di desa-desa. Dilain pihak pers Indonesia berifat ‘urban oriented’ dan juga pengenalan media (media exposure) di desa-desa masih sangat rendah.
Sebaian besar penduduk Indonesia di pedesaan masih merasa bahwa memang bentuk komunikasi oral masih lebih mempengaruhi dan disukai dibandingkan dengan komunikasi melalui media massa. Padahal komunikasi oral sulit diawasi dan cenderung untuk menyimpang. Maka diperlukan pembinaan juru penerang/penyuluh yang memerlukan biaya banyak. Segi negatif daripada komunikasi oral adalah bahwa penggunaan sistem komunikasi oral dan pembinaan kelompok yang ditetapka dari “atas”, akan cenderung bersifar indoktrinasi dan pembinaan politis sehingga bertentangan dengan filsafat komunikasi persuasif.
Adalah suatu kenyatan bahwa sulit memberikan defenisi kota , yang bersipat universil, menyeluruh dan obyektif . Adalah terlalu sulit menemukan kriterium tunggal untuk menentukan bahwa sesuatu tempat dengan suatu kehidupan bersama itu adalah kota. Justru hal ini diperlukan guna melengkapi dan sebagai bahan perbandingan terhadap dasa,bukan dengan mempertentangkanya.
Ada pandangan bahwa satu satunya jalan menuju ke suatu masyarakat yang makmur adalah melalui industrialisasi hal ini berarti bahwa dimasa yang akan datang, kita akan mengalami peradaban industrial modern, dan ini berarti pula mempunyai tekanan orientasi ke kota, sebab peradaban industrial modern akan di kuasai oleh kota.
Bahkan ada pandangan, untuk mengatakan sebagian besar desa-desa, membuat banyak desa menjadi kota. Sebab kehidupan bersama kota akan menjadi titik pusat masyarakat Indonesia. Mereka yang menjalankan pengawasan sebagian besar lembaga lembaga yangmenguasai kehidupan sosial-politik-ekonomi-budaya adalah justru penduduk kota .tidak dapat diambil sebagai kriteria, hanya jumlah penduduk sebagai suatu ciri khas kota, ataupun hanya erat-renggangnya relasi-relasi sosial sesuatu masyarakat.
Karena tidak berhasil menemukan kriterium tunggal untuk menentukan, bahwa suatu tempat dinamakan kota, maka ada beberapa kombinasi faktor yang mencirikan suatu kota; mata pencaharian non-agrikultur, lingkungan, ukuran komuniti, kepadatan penduduk, heterogenitas penduduk, differensiasi dan stratufukasi sosial, sistem interaksi (jumlah dan tipe-tipe kontak-kontak sosial).
Ciri-ciri sistem komunikasi di kota antara lain adalah :
Diversitas kompleksitas komunikasi, baik komunikasi sosial maupun komunikasi media.
Komunikasi bersifat tidak permanen dan anonym.
Diversitas komunikasi dalam kota disebabkan oleh adanya spesialisasi dan pembagian kerja. Banyaknya peranan (role) maupun kedudukan (status) yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas di dalam kota, menyebabkan rata-rata orang kota mempunyai aneka ragam (sistem) komunikasi.
Kompleksitas komunikasi penduduk kota dapat diartikan bahwa berbagai orang (yang heterogen) atau kelompok orang dapat berkomunikasi dengan sistem ataupon cara yang cukup rumit (kompleks).
Sebagian besar komunikasi yang membentuk relasi-relasi sosial di kota terjadi antara orang-orang yang anonim atau asing satu sama lain, dan hanya berlangsung untuk waktu yang singkat tidak permanen. Dalam arti orang kota selalu terus menerus membuat kontak sosial atau komunikasi yang baru. Kecepatan perubahan-perubahan berkomunikasi ini dapat juga disebut mobilitas sosial. Jadi bersamaan dengan komunikasi bertingkat anominitas tinggi, tidak permanen, mobilitas sosial ini memperkuat adanya komunikasi dan relasi-relasi sosial sekunder (dengan pengertian kurang atau tidak akrab, bersifat impersonal, formal, kurang bersifat emosional, dan rasional).
Sistem Komunikasi Desa
Desa biasanya tersusun dari individu-individu yang terorganisasi dalam kelompok-kelompok lokal (keluarga) yang lebih kecil dan permanen, disebut komuniti (diartikan paguyuban). Mereka disatukan oleh rasa terikat pada alam sekeliling tempat mereka hidup dan menghadapi masalah-masalah mereka terikat oleh rasa bersama.
Beberapa faktor atau ciri-ciri desa, yang merupakan juga hambatan-hambatan untuk perubahan sosial untuk pembangunan, sebagai berikut :
tingkat pendapatan penduduk yang rata-rata masih rendah sekali,
umumnya terdapat sikap fanatisme ataupun nostalgis terhadap tradisi masa lalu,
kurang bersikap kompetitif,
belum terbina sikap mental, sitem nilai yang dapat menunjang ilmu pengetahuan,
tidak ada rangsangan-rangsangan kuat untuk bertindak kreatif,
faktor sikap mental, faktor-faktor kelembagaan, dan faktor lingkungan yang tidak kondusif,
sikap penduduk yang masih pasif,
masih famili-sentris,
sikap nrimo.
Acuh tak acuh,
Orientasi ke masa lampau,
Penguasaan tanah, hak tuan tanah,
Hak komunal,
Lembaga perkreditan pribadi (lintah darat),
Mobilitas vertikal masih kurang,
Entrepreneurship belum berkembang, dll.
Sistem komunikasi yang ada atau ditujukan terhadap masyarakat desa adalam memakai pola komunikasi yang sangat sederhana, face to face communication, dan interpersonal communication. Peranan media massa belum optimal, media massa yang lebih akrab adalah media elektronik tetapi lebih banyak dimanfaatkan aspek hiburannya. Walaupun pada umumnya di negara Indonesia tumbuh dan berkembang dari masyarakat pendengar (listened society) dan seiring menjamurnya stasiun televisi swasta dan daya jangkaunya luas maka akan menjauhkan media massa surat kabar, termasuk di desa-desa. Dilain pihak pers Indonesia berifat ‘urban oriented’ dan juga pengenalan media (media exposure) di desa-desa masih sangat rendah.
Sebaian besar penduduk Indonesia di pedesaan masih merasa bahwa memang bentuk komunikasi oral masih lebih mempengaruhi dan disukai dibandingkan dengan komunikasi melalui media massa. Padahal komunikasi oral sulit diawasi dan cenderung untuk menyimpang. Maka diperlukan pembinaan juru penerang/penyuluh yang memerlukan biaya banyak. Segi negatif daripada komunikasi oral adalah bahwa penggunaan sistem komunikasi oral dan pembinaan kelompok yang ditetapka dari “atas”, akan cenderung bersifar indoktrinasi dan pembinaan politis sehingga bertentangan dengan filsafat komunikasi persuasif.
Sistem Komunikasi Pembangunan
Sistem Komunikasi Pembangunan
Dalam proses komunikasi pembangunan maka fungsi komunikasi adalah sebagai salah satu di antara sub sistem dalam sistem pengelolaan perubahan (Change Management System), yaitu :
Sub sistem organisasi (organizational sub system);
Sub sitem komunikasi (communication sub system);
Sub sistem tujuan perubahan (change target sub system).
Mekanismenya : organisasi sebagai bentuk ikatan dan subsistem merupakan input yang penting, komunikasi sebagai pengolah (processor)nya dan change target sub system sebagai outputnya. Bagaimana output sangat ditentukan oleh komunikasi sebagai prossercornya.
Setiap komunikasi pembangunan menginginkan adanya perubahan nilai ataupun penggunaan suatu nilai lama untuk tujuan yang baru. Perubahan dalam nilai maupun dalam tujuan dengan sendirinya akan menginginkan perubahan sikap (attitude change) dari setiap anggota masyarakat. Salah atu syarat yang terpenting dari komunikasi pembangunan adalah bahwa motivasi penduduk harus diketahui untuk dimanfaatkan dan dikaitkan dengan idea pembangunan. Berdasarkan motivasi tersebut akan menentukan sikap yaitu predisposisi seseorang untuk menilai suatu lambang atau objek ataupun aspek hidupnya dalam nilai yang menguntungkan atau pun merugikan. Apabila penilaian ini diadakan secara tersusun maka akan terbentuklah sistem nilai. Melalui komunikasi sosial maka komunikator akan cepat mengetahui apa yang merupakan motivasi pokok dari komunikan (baik perseorangan maupun kelompok).
Sesuai dengan motivasinya maka manusia akan membentuk sikapnya terhadap idea pembangunan pula dan memberi atau pun menolak pemberian partisipasinya. Pembentukan sikap merupakan hasil dari pengalaman, maka proses penerimaan sikap yang baru terjadi melalui proses belajar, yaitu mengadakan penyesuaian individu terhadap kelompok ataupun setelah melalui proses balajar memahami dalam jangka waktu yang panjang.
Komunikasi Pembangunan merupakan suatu kegiatan atau suatu proses yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam sikap, mental dan tingkah laku manusia. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik berikut :
Teknik persuasi (persuasion technique)
Teknik pengadaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikapnya (compulsion technique)
Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulang (pervasion technique)
memaksa secara langsung pengadaan perubahan sikap, dengan dengan hukuman fisik ataupun materi (coersion technique)
Perubahan-perubahan dalam pembangunan menimbulkan impact communication pembangunan. Untuk mengubah mental, sikap ataupun tingkah laku seseorang tidaklah mudah.
Apabila hanya dititikberatkan pada unsur teknis komunikasinya saja dan kurang memperhatikan faktor paling penting dan menentukan (yaitu manusianya itu sendiri) maka banyak kemungkinan tujuan komunikasi pembangunan akan gagal. Tetapi sebaliknya apabila kurang memperhatikan segi-segi teknis komunikasinya saja, maka komunikasi pembangunan ada kemungkinan akan gagal juga. Maka semuanya itu tergantung pada situasi yang dihadapi.
Komunikasi Pembangunan harus didahului oleh pengadaan suatu favourable mental climate ataupun predisposisi, kesediaan untuk menerima message komunikasi pembangunan itu sendiri. Komunikasi Pembangunan bertujuan atau akan mengakibatkan perubahan sosial besar-besaran. Hal ini berarti modernisasi atau kemajuan, tetapi masyarakat tidak akan menerima atau mau berpartisipasi apabila inti isi message tadi tidak dipahami, tidak dirasakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga tidak akan sampai kepada taraf motivasi.
Sistem Komunikasi Pembangunan harus melihat pula, bahwa pada umumnya di setiap negara berkembang, disamping ada komunikasi massa yang modern, masih juga terdapat suatu sistem komunikasi tradisional. Untuk itulah komunikasi pembangunan harus memperhitungkan adanya “firs-step flow” dan “second-step flow” dalam proses komunikasinya tersebut. Dalam hal ini arti pentingnya para informal leaders ataupun para opinion leaders.
Komunikasi Pembangunan juga adalah suatu proses pendidikan dalam arti luas, dalam arti pembangunan modern yang mengusahakan agar didapat suatu pendidikan dan kehidupan yang berbeda dari anak didiknya dengan orang tuanya. Komunikasi pembangunan adalah juga komunikasi perubahan, yang menghendaki perubahan dalam kebudayannya. Setiap pendidikan kearah perubahan sikap dan mental tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kebudayaannya.
Komunikasi Pembangunan untuk mengadakan perubahan masyarakat tidak dapat dijalankan denga seragam, melainkan harus melihat masyarakat sebagai kesatuan komunitas yang heterogen dan harus diadakan pendekatan ekosistem dengan berbagai pendekatan multidisipliner yang dapat menunjang bagian-bagian yang “action-oriented” dan “goal-directed”.
Inti dari komunikasi pembangunan adalah “planning in advance”, memperhitungkan bahwa setiap tahap perkembangan (sebagai akibat perubahan) akan mengakibatkan arus komunikasi dan informasi yang lain, dengan akibat bahwa perencanaan sudah harus siap dengan kegiatan komunikasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh situasi yang baru. Perencanaan dalam komunikasi pembangunan tidak cukup hanya satu kegiatan komunikasi untuk satu tahap/rencana. Setiap tahap harus merupakan suatu rencana perhitungan dalam “longterm project”, sehingga komunikasi pembangunan berarti juga Perencanaan dalam komunikasi .
Menurut Daniel Lerner bahwa : “komunikasi untuk pembangunan termasuk bentuk komunikasi yang tersukar apalagi bila pembangunan harus dilakukan melalui proses demokrasi ... “
Untuk menjawab pernyataan Lerner tersebut maka harus mengoptimalkan media massa : seberapa jauhkah media massa (demi pemenuhan hak eksistensinya) dalam suatu masyarakat berkembang, bagaimana media massa menjalankan fungsinya dalam komunikasi pembangunan.
Peranan media massa dalam setiap masyarakat membangun dirasakan semakin meningkat, terutama dalam pengaruhnya terhadap unsur-unsur yang dapat menyebar idea pembangunan lebih lanjut. Menurut Harold D. Lasswell dalam buku Communication Research ang Public Policy menyebutkan bahwa media massa makin bertambah pengaruh dan kekuasaanya dan bersama pemerintah mengadakan “shaping and sharing of power” pada tahap “surveillance” dan “interpretation” dengan sub tahap sebagai berikut :
policy processes and planning, tahap yang sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan sistem nilai baru. Tahap ini adalah tahap pengumpulan dan penyebaran intelegensi kepada pemerintah maupun pejabat dan petugasnya.
prescribing phase, tahap pernyataan dengan cara bagaimana (dan norma-norma apa) idea pembangunan dapat disebar-luaskan dan dihayati masyarakat.
involving phase, tahap pemberian informasi kepada pelaksana/pejabat tentang bagaimana pelaksanaan sesungguhnya dalam usaha memperoleh partisipasi masyarakat.
application phase, tahap bagaimana penerimaan selanjutnya oleh masyarakat : apakah hanya dalam tahap percobaan/permulaan ataukah idea dan cara baru dilaksanakan selanjutnya juga sehingga tujuan pembangunan tercapai.
terminating function, dalam kegiatan tentang pelaksanaan sebenarnya dari idea pembangunan diadakan penilaian kembali oleh mass media dengan menyarankan apa yang sebaiknya diperbaiki, ditiadakan ataupun dirubah pelaksanaannya, dan lain-lain.
appraisal phase, mengadakan penilaian terakhir/total terhadap hasil pembagian sebagai keseluruhan atas masyarakat seluruhnya.
Dari pernyataan Lasswell dan Lerner tersebut maka fungsi dari media massa dalam komunikasi pembangunan menginginkan pengetahuan, ketelitian, kesabaran, dan keahlian yang luas. Kebiasaan media “dikejar waktu” (newsvalue) dalam tugas komunikasi pembangunan harus direm, karena yang menjadi masalah bukan siapa yang pertama memberitakan sesuatu tetapi bagaimana sesuatu itu diberitakan dan bagaimana pengaruhnya.
Untuk hal ini maka diperlukan penganalisaan dan penelitian media massa sesuai dengan analisa fungsi sebagai berikut :
Analisa Media (Media Analysis) : Apakah akibat dari bentuk/kegiatan komunikasi terhadap individu/sub-kelompok kepada siapa pesan ditujuakan, mengingat bahwa masyarakat luas adalah : (1) heterogen; (2) anonim. Bagaimanakah pesan disebar-luaskan melalui lembaga dan organisasi yang kompleks dan mahal.
Fungsi Sosial Media (Media’s Social Function) : apakah media dengan penyebaran pesan memenuhi kebutuhan individu dan kelompok komunikannya.
Analisa Lembaga (Institutional Analysis) : bagaimanakah organisasi media dalam melaksanakan tugasnya.
Analisa Kegiatan Dasar Komunikasi (Basic Communication Activities) :
Bagaimanakah cara suatu lembaga pengumpul dan penyebar informasi mengumpulkan dan menyebarkan informasinya (=surveillance)
Bagaimanakah lembaga demikian mengadakan interpretasi terhadap informasi tersebut (=correlation)
Bagaimanakah teknik penyebaran informasi dilakukan (=transmission)
Menurut Dexter dan White bahwa setiap kegiatan komunikasi oleh media massa mempunyai fungsi dalam masyarakatnya (halmana ditentukan oleh tahap perkembangan masyarakat) dengan penyebaran suatu informasi, yaitu :
Memberitahukan terlebih dahulu akan suatu ancaman/bahaya (warning)
Merupakan alat dalam kemajuan dan memajukan masyarakatnya (instrumental)
Merupakan alat yang harus membantu masyarakatnya dalam memajukan kebudayannya (cultural)
Dalam proses komunikasi pembangunan maka fungsi komunikasi adalah sebagai salah satu di antara sub sistem dalam sistem pengelolaan perubahan (Change Management System), yaitu :
Sub sistem organisasi (organizational sub system);
Sub sitem komunikasi (communication sub system);
Sub sistem tujuan perubahan (change target sub system).
Mekanismenya : organisasi sebagai bentuk ikatan dan subsistem merupakan input yang penting, komunikasi sebagai pengolah (processor)nya dan change target sub system sebagai outputnya. Bagaimana output sangat ditentukan oleh komunikasi sebagai prossercornya.
Setiap komunikasi pembangunan menginginkan adanya perubahan nilai ataupun penggunaan suatu nilai lama untuk tujuan yang baru. Perubahan dalam nilai maupun dalam tujuan dengan sendirinya akan menginginkan perubahan sikap (attitude change) dari setiap anggota masyarakat. Salah atu syarat yang terpenting dari komunikasi pembangunan adalah bahwa motivasi penduduk harus diketahui untuk dimanfaatkan dan dikaitkan dengan idea pembangunan. Berdasarkan motivasi tersebut akan menentukan sikap yaitu predisposisi seseorang untuk menilai suatu lambang atau objek ataupun aspek hidupnya dalam nilai yang menguntungkan atau pun merugikan. Apabila penilaian ini diadakan secara tersusun maka akan terbentuklah sistem nilai. Melalui komunikasi sosial maka komunikator akan cepat mengetahui apa yang merupakan motivasi pokok dari komunikan (baik perseorangan maupun kelompok).
Sesuai dengan motivasinya maka manusia akan membentuk sikapnya terhadap idea pembangunan pula dan memberi atau pun menolak pemberian partisipasinya. Pembentukan sikap merupakan hasil dari pengalaman, maka proses penerimaan sikap yang baru terjadi melalui proses belajar, yaitu mengadakan penyesuaian individu terhadap kelompok ataupun setelah melalui proses balajar memahami dalam jangka waktu yang panjang.
Komunikasi Pembangunan merupakan suatu kegiatan atau suatu proses yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam sikap, mental dan tingkah laku manusia. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik berikut :
Teknik persuasi (persuasion technique)
Teknik pengadaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikapnya (compulsion technique)
Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulang (pervasion technique)
memaksa secara langsung pengadaan perubahan sikap, dengan dengan hukuman fisik ataupun materi (coersion technique)
Perubahan-perubahan dalam pembangunan menimbulkan impact communication pembangunan. Untuk mengubah mental, sikap ataupun tingkah laku seseorang tidaklah mudah.
Apabila hanya dititikberatkan pada unsur teknis komunikasinya saja dan kurang memperhatikan faktor paling penting dan menentukan (yaitu manusianya itu sendiri) maka banyak kemungkinan tujuan komunikasi pembangunan akan gagal. Tetapi sebaliknya apabila kurang memperhatikan segi-segi teknis komunikasinya saja, maka komunikasi pembangunan ada kemungkinan akan gagal juga. Maka semuanya itu tergantung pada situasi yang dihadapi.
Komunikasi Pembangunan harus didahului oleh pengadaan suatu favourable mental climate ataupun predisposisi, kesediaan untuk menerima message komunikasi pembangunan itu sendiri. Komunikasi Pembangunan bertujuan atau akan mengakibatkan perubahan sosial besar-besaran. Hal ini berarti modernisasi atau kemajuan, tetapi masyarakat tidak akan menerima atau mau berpartisipasi apabila inti isi message tadi tidak dipahami, tidak dirasakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga tidak akan sampai kepada taraf motivasi.
Sistem Komunikasi Pembangunan harus melihat pula, bahwa pada umumnya di setiap negara berkembang, disamping ada komunikasi massa yang modern, masih juga terdapat suatu sistem komunikasi tradisional. Untuk itulah komunikasi pembangunan harus memperhitungkan adanya “firs-step flow” dan “second-step flow” dalam proses komunikasinya tersebut. Dalam hal ini arti pentingnya para informal leaders ataupun para opinion leaders.
Komunikasi Pembangunan juga adalah suatu proses pendidikan dalam arti luas, dalam arti pembangunan modern yang mengusahakan agar didapat suatu pendidikan dan kehidupan yang berbeda dari anak didiknya dengan orang tuanya. Komunikasi pembangunan adalah juga komunikasi perubahan, yang menghendaki perubahan dalam kebudayannya. Setiap pendidikan kearah perubahan sikap dan mental tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kebudayaannya.
Komunikasi Pembangunan untuk mengadakan perubahan masyarakat tidak dapat dijalankan denga seragam, melainkan harus melihat masyarakat sebagai kesatuan komunitas yang heterogen dan harus diadakan pendekatan ekosistem dengan berbagai pendekatan multidisipliner yang dapat menunjang bagian-bagian yang “action-oriented” dan “goal-directed”.
Inti dari komunikasi pembangunan adalah “planning in advance”, memperhitungkan bahwa setiap tahap perkembangan (sebagai akibat perubahan) akan mengakibatkan arus komunikasi dan informasi yang lain, dengan akibat bahwa perencanaan sudah harus siap dengan kegiatan komunikasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh situasi yang baru. Perencanaan dalam komunikasi pembangunan tidak cukup hanya satu kegiatan komunikasi untuk satu tahap/rencana. Setiap tahap harus merupakan suatu rencana perhitungan dalam “longterm project”, sehingga komunikasi pembangunan berarti juga Perencanaan dalam komunikasi .
Menurut Daniel Lerner bahwa : “komunikasi untuk pembangunan termasuk bentuk komunikasi yang tersukar apalagi bila pembangunan harus dilakukan melalui proses demokrasi ... “
Untuk menjawab pernyataan Lerner tersebut maka harus mengoptimalkan media massa : seberapa jauhkah media massa (demi pemenuhan hak eksistensinya) dalam suatu masyarakat berkembang, bagaimana media massa menjalankan fungsinya dalam komunikasi pembangunan.
Peranan media massa dalam setiap masyarakat membangun dirasakan semakin meningkat, terutama dalam pengaruhnya terhadap unsur-unsur yang dapat menyebar idea pembangunan lebih lanjut. Menurut Harold D. Lasswell dalam buku Communication Research ang Public Policy menyebutkan bahwa media massa makin bertambah pengaruh dan kekuasaanya dan bersama pemerintah mengadakan “shaping and sharing of power” pada tahap “surveillance” dan “interpretation” dengan sub tahap sebagai berikut :
policy processes and planning, tahap yang sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan sistem nilai baru. Tahap ini adalah tahap pengumpulan dan penyebaran intelegensi kepada pemerintah maupun pejabat dan petugasnya.
prescribing phase, tahap pernyataan dengan cara bagaimana (dan norma-norma apa) idea pembangunan dapat disebar-luaskan dan dihayati masyarakat.
involving phase, tahap pemberian informasi kepada pelaksana/pejabat tentang bagaimana pelaksanaan sesungguhnya dalam usaha memperoleh partisipasi masyarakat.
application phase, tahap bagaimana penerimaan selanjutnya oleh masyarakat : apakah hanya dalam tahap percobaan/permulaan ataukah idea dan cara baru dilaksanakan selanjutnya juga sehingga tujuan pembangunan tercapai.
terminating function, dalam kegiatan tentang pelaksanaan sebenarnya dari idea pembangunan diadakan penilaian kembali oleh mass media dengan menyarankan apa yang sebaiknya diperbaiki, ditiadakan ataupun dirubah pelaksanaannya, dan lain-lain.
appraisal phase, mengadakan penilaian terakhir/total terhadap hasil pembagian sebagai keseluruhan atas masyarakat seluruhnya.
Dari pernyataan Lasswell dan Lerner tersebut maka fungsi dari media massa dalam komunikasi pembangunan menginginkan pengetahuan, ketelitian, kesabaran, dan keahlian yang luas. Kebiasaan media “dikejar waktu” (newsvalue) dalam tugas komunikasi pembangunan harus direm, karena yang menjadi masalah bukan siapa yang pertama memberitakan sesuatu tetapi bagaimana sesuatu itu diberitakan dan bagaimana pengaruhnya.
Untuk hal ini maka diperlukan penganalisaan dan penelitian media massa sesuai dengan analisa fungsi sebagai berikut :
Analisa Media (Media Analysis) : Apakah akibat dari bentuk/kegiatan komunikasi terhadap individu/sub-kelompok kepada siapa pesan ditujuakan, mengingat bahwa masyarakat luas adalah : (1) heterogen; (2) anonim. Bagaimanakah pesan disebar-luaskan melalui lembaga dan organisasi yang kompleks dan mahal.
Fungsi Sosial Media (Media’s Social Function) : apakah media dengan penyebaran pesan memenuhi kebutuhan individu dan kelompok komunikannya.
Analisa Lembaga (Institutional Analysis) : bagaimanakah organisasi media dalam melaksanakan tugasnya.
Analisa Kegiatan Dasar Komunikasi (Basic Communication Activities) :
Bagaimanakah cara suatu lembaga pengumpul dan penyebar informasi mengumpulkan dan menyebarkan informasinya (=surveillance)
Bagaimanakah lembaga demikian mengadakan interpretasi terhadap informasi tersebut (=correlation)
Bagaimanakah teknik penyebaran informasi dilakukan (=transmission)
Menurut Dexter dan White bahwa setiap kegiatan komunikasi oleh media massa mempunyai fungsi dalam masyarakatnya (halmana ditentukan oleh tahap perkembangan masyarakat) dengan penyebaran suatu informasi, yaitu :
Memberitahukan terlebih dahulu akan suatu ancaman/bahaya (warning)
Merupakan alat dalam kemajuan dan memajukan masyarakatnya (instrumental)
Merupakan alat yang harus membantu masyarakatnya dalam memajukan kebudayannya (cultural)
KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN
KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN
A. Pembangunan Sebagai Perubahan Sosial
Pembangunan Nasional diinterpretasikan sebagai perkembangan suatu bangsa menuju keperbaikan nasibnya kearah yang lebih baik, lebih maju, lebih makmur.
Dalam hubungannya dengan ilmu dan teknologi dan lingkungan, ada tiga dimensi yang tercakup dalam konsep pembangunan :
pengadaan benda-benda dan jasa-jasa melalui berbagai kombinasi faktor-faktor produksi,
perubahan sosial ekonomi,
hubungan antar manusia dan lingkungan.
Membicarakan komunikasi dan pembangunan tidak akan terlepas dari komunikasi sosial. Komunikasi sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu merupakan suatu kegaiatan usaha manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan, atau pun pengalamannya. Dalam hal ini semua pikiran, harapan, dan pengalaman seseorang dalam komunikasi sosial tersebut akhirnya akan menjadi “milik bersama”. Tetapi komunikasi sosial mengandung arti yang lebih intensif daripada “milik bersama”, yaitu apa yang dikomunikasikan akan mempunyai akibat atas hubungan sosial anggota masyarakat yang menerima apa yang disampaikan oleh komunikator, sehingga komunikasi dalam kehidupan sosial mempunyai kemampuan untuk mengubah suatu masyarakat.
Kegiatan komunikasi sosial dilakukan secara langsung dengan komunikator dan komunikan berhadapan satu sama lain, sehingga efek komunikasi dapat terlihat langsung atau pengaruh pesan akan lebih cepat diterima atuapun ditolak langsung dan bahwa penerimaan atau penolakannya ditentukan oleh seberapa jauh komunikator menggunakan (dan menyesuaikan diri dengan) norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang dihadapinya sebagai komunikan.
Situasi komunikasi sosial adalah komunikasi berlangsung dua arah sehingga dapat terjadi interaksi dan sosialisasi dari apa yang dianjurkan ataupun yang diinginkan sendiri dengan inti nilai-nilai yang dikomunikasikan. Makin cepat komunikator dinilai sebagai ingroup, makin cepat proses sosialisasi bahkan integrasi (dengan diri khas we-feeling) dapat dicapai. Adanya we-feeling (komunikator menikmati kepercayaan dari komunikan) akan menyebabkan komunikasi sosial menghasilkan perubahan sikap (attitude). Perubahan sikap secara bersama dalam suatu masyarakat (social change) merupakan hal yang dituju oleh pembangunan.
Perubahan Sosial (social change) dapat diartikan sebagai segala perubahan pada pranata-pranata sosial dalam suatu masyarakat yang selanjutnya akan mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perikelakuan ataupun sikap-sikap dalam masyarakat tersebut.
Pembangunan merupakan salah satu bentuk dari perubahan masyarakat dan mempunyai akibat atas komunikasi. Pembangunan adalah pemanfaatan dan pengarahan perubahan masyarakat ke arah kemajuan suatu bangsa dalam bentuk materi maupun non-materi. Pembangunan juga merupakan change strategies (strategi perubahan).
Hubungan antara hubungan sosial (yang dilakukan melalui komunikasi) dengan luas luas pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :
TINGKAT HUBUNGAN SOSIAL
Dimensi waktu Mikro
(individu)
Kelompok Makro
(masyarakat luas)
Jangka Pendek Jenis 1
a) perubahan sikap
b) perubahan tindakan Jenis 3
a) perubahan norma
b) perubahan tindakan administratif Jenis 5
a) penggunaan penemuan baru
b) revolusi
Jangka Panjang Jenis 2
Perubahan berulang dalam hidup Jenis 4
Perubahan dalam organisasi Jenis 6
Evolusi sosial budaya
Komunikasi dengan hubungan bentuk perubahan serta lingkup pengaruh dengan struktur pengaruh serta proses pembentukannya melalui “change management” (pengelolaan perubahan)
Sifat khas bentuk perubahan massa
Bentuk struktur
Pengaruh intergroup
Antar pesona
Agen perubahan dengan target interaksi
Agen dalam masyarakat luas atau kelompok
Agen dalam kelompok
Individu dengan individu
Bentuk exposure Medis massa Partisipasi, komunikan, penggunaan media secara selektif Face to face
Bentuk pernyataan Periklanan Pidato, diskusi kelompok, atau konfrontasi Daya tarik, tawar menawar popularisasi diri
Hasil pengaruh Informasi dan diskusi Peningkatan pengertian dan kesadaran akan objek pembangunan Adopsi atau penolakan saran
A. Pembangunan Sebagai Perubahan Sosial
Pembangunan Nasional diinterpretasikan sebagai perkembangan suatu bangsa menuju keperbaikan nasibnya kearah yang lebih baik, lebih maju, lebih makmur.
Dalam hubungannya dengan ilmu dan teknologi dan lingkungan, ada tiga dimensi yang tercakup dalam konsep pembangunan :
pengadaan benda-benda dan jasa-jasa melalui berbagai kombinasi faktor-faktor produksi,
perubahan sosial ekonomi,
hubungan antar manusia dan lingkungan.
Membicarakan komunikasi dan pembangunan tidak akan terlepas dari komunikasi sosial. Komunikasi sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu merupakan suatu kegaiatan usaha manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan, atau pun pengalamannya. Dalam hal ini semua pikiran, harapan, dan pengalaman seseorang dalam komunikasi sosial tersebut akhirnya akan menjadi “milik bersama”. Tetapi komunikasi sosial mengandung arti yang lebih intensif daripada “milik bersama”, yaitu apa yang dikomunikasikan akan mempunyai akibat atas hubungan sosial anggota masyarakat yang menerima apa yang disampaikan oleh komunikator, sehingga komunikasi dalam kehidupan sosial mempunyai kemampuan untuk mengubah suatu masyarakat.
Kegiatan komunikasi sosial dilakukan secara langsung dengan komunikator dan komunikan berhadapan satu sama lain, sehingga efek komunikasi dapat terlihat langsung atau pengaruh pesan akan lebih cepat diterima atuapun ditolak langsung dan bahwa penerimaan atau penolakannya ditentukan oleh seberapa jauh komunikator menggunakan (dan menyesuaikan diri dengan) norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang dihadapinya sebagai komunikan.
Situasi komunikasi sosial adalah komunikasi berlangsung dua arah sehingga dapat terjadi interaksi dan sosialisasi dari apa yang dianjurkan ataupun yang diinginkan sendiri dengan inti nilai-nilai yang dikomunikasikan. Makin cepat komunikator dinilai sebagai ingroup, makin cepat proses sosialisasi bahkan integrasi (dengan diri khas we-feeling) dapat dicapai. Adanya we-feeling (komunikator menikmati kepercayaan dari komunikan) akan menyebabkan komunikasi sosial menghasilkan perubahan sikap (attitude). Perubahan sikap secara bersama dalam suatu masyarakat (social change) merupakan hal yang dituju oleh pembangunan.
Perubahan Sosial (social change) dapat diartikan sebagai segala perubahan pada pranata-pranata sosial dalam suatu masyarakat yang selanjutnya akan mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perikelakuan ataupun sikap-sikap dalam masyarakat tersebut.
Pembangunan merupakan salah satu bentuk dari perubahan masyarakat dan mempunyai akibat atas komunikasi. Pembangunan adalah pemanfaatan dan pengarahan perubahan masyarakat ke arah kemajuan suatu bangsa dalam bentuk materi maupun non-materi. Pembangunan juga merupakan change strategies (strategi perubahan).
Hubungan antara hubungan sosial (yang dilakukan melalui komunikasi) dengan luas luas pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :
TINGKAT HUBUNGAN SOSIAL
Dimensi waktu Mikro
(individu)
Kelompok Makro
(masyarakat luas)
Jangka Pendek Jenis 1
a) perubahan sikap
b) perubahan tindakan Jenis 3
a) perubahan norma
b) perubahan tindakan administratif Jenis 5
a) penggunaan penemuan baru
b) revolusi
Jangka Panjang Jenis 2
Perubahan berulang dalam hidup Jenis 4
Perubahan dalam organisasi Jenis 6
Evolusi sosial budaya
Komunikasi dengan hubungan bentuk perubahan serta lingkup pengaruh dengan struktur pengaruh serta proses pembentukannya melalui “change management” (pengelolaan perubahan)
Sifat khas bentuk perubahan massa
Bentuk struktur
Pengaruh intergroup
Antar pesona
Agen perubahan dengan target interaksi
Agen dalam masyarakat luas atau kelompok
Agen dalam kelompok
Individu dengan individu
Bentuk exposure Medis massa Partisipasi, komunikan, penggunaan media secara selektif Face to face
Bentuk pernyataan Periklanan Pidato, diskusi kelompok, atau konfrontasi Daya tarik, tawar menawar popularisasi diri
Hasil pengaruh Informasi dan diskusi Peningkatan pengertian dan kesadaran akan objek pembangunan Adopsi atau penolakan saran
Langganan:
Postingan (Atom)
Main game yuk !
|
|
Add Games to your own site |
Saran dan Masukan
Bagi anda yang ingin berbagi, memberikan masukan, komentar, pertanyaan, mengirim artikel & ingin ditayangkan, silahkan kirim ke ajias66@gmail.com.