Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Untuk mengetahui sejauhmana efek keberhasilan Komunikasi Interpersonal kita dapat mengetahui bagaimana proses seseorang komunikan menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali informasi. Proses komunikan dalam komunikasi tersebut meliputi sensasi, persepsi, atensi, ekspektasi, motivasi, memori, dan berpikir.
1. S e n s a s i
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Setiap orang akan berbeda-beda menangkap stimulasi ( dalam hal ini pesan komunikasi) hingga melahirkan tanggapan yang beraneka ragam. Sehingga dalam komunikasi ada istilah; Words don’t mean ; people mean (kata-kata tidak mengandung makna namun oranglah yang memberikan makna pada kata-kata tersebut).
Menurut Dennis Coon [1977 ; 79 ] menyatakan bahwa ; ‘’bila alat – alat indra mengubah informasi menjadi implus – implus syaraf – dengan ‘’ bahasa ‘’ maka difahami oleh [‘komputer’’ otak] maka terjadilah proses sensasi.’’
Selanjutnya menurut Benyamin B. Wolman [1973 ; 343 ] menyatakan bahwa; ‘’Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan alat indra.’’
Alat indra sangat penting sekali bagi manusia untuk mengenal dunianya. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf John Locke ; “there is nothing in the mind except what was first in the sense” [tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indra]. Bahkan pendapat filsuf Berkeley lebih radikal lagi bahwa : “andaikan kita tidak mempunyai alat indra, dunia tidak akan ada.”
Kita sudah mengenal selama ini ada lima alat indra, dalam teori psikologi menyebutkan ada sembilan atau sebelas alat indra, yaitu : penglihatan, pendengaran, kinestesis (gerakan-gerakan tubuh), vestibular (alat rongga yang ada di tengah-tengah labirin telinga), perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa, dan penciuman.
Jalaludin Rakhmat (1985 : 62) mengelompokkan alat indra dalam tiga kelompok berdasarkan sumber informasi :
Eksteroseptor, alat indra tempat kita menerima informasi dari luar (misalnya telinga atau mata)
Interoseptor, alat indra tempat kita menerima informasi dari dalam (misalnya sistem peredaran darah)
Proprioseptor, alat indra untuk merasakan gerakan tubuh kita sendiri.
Jadi dengan demikian apa saja yang menyentuh atau tertangkap oleh alat indra dari dalam dan dari luar disebut stimuli, kalau dari luar disebut stimuli eksternal, dan kalau dari dalam disebut stimuli internal. Alat penerima tadi segera mengubah stimuli ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi.
Segala sesuatu agar dapat diterima alat indra maka stimuli tersebut harus kuat, tetapi walau demikian manusia terdapat batas minimal stimuli disebut ambang mutlak (absolute threshold), misalnya :
Mata hanya menangkap stimuli objek yang mempunyai gelombang cahaya antara 380 – 780 nanometer
Telinga hanya dapat mendeteksi dan menerima gelombang suara berkisar antara 20 – 20.000 hertz
Kulit dapat merasakan panas antara 100C – 450C.
Ketajaman sensasi selain ditentukan oleh kapasitas alat indra yang berbeda juga ditentukan oleh faktor-faktor personal, yaitu oleh perbedaan pengalaman dan lingkungan budaya, misalnya Masakan Padang yang terasa pedas bagi Orang Sunda ternyata bagi Orang Sumatra Barat biasa-biasa saja.
2. P e r s e p s i
Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Misalnya ketika ada sebuah buku yang terbuka, dari kejauhan huruf-hurufnya tidak kelihatan, ketika didekati mulailah huruf-huruf itu terbaca dan kita mulai menangkap maknanya itulah yang disebut persepsi.
Jadi dengan demikian persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal ini menimbulkan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut.
Kekeliruan persepsi sering terjadi diantara orang. Misalnya seorang tokoh Ulama menyangka banyaknya wanita sekarang memakai kerudung sebagai cerminan pemahaman Islam yang meningkat, padahal wanita sekarang berkerudung hanya pada saat acara formal (ke kantor, kuliah/sekolah) sedang di luar acara itu mereka bebas mengumbar aurat. Hal ini bukan saja persepsi yang salah dari Ulama tadi, tetapi persepsi salah dari para wanita jaman sekarang yang menganggap kerudung sebagai trend mode bukan sebagai pelalaksanaan suatu kewajiban seorang muslimah.
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi, yaitu faktor yang berasal dari personal individu seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu, termasuk kerangka rujukan (frame of reference).
Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi, yaitu faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf. Hal ini sesuai dengan Teori Gestalt bahwa kebanyakan orang mempersepsi sesuatu objeks itu secara umum sebagai suatu keseluruhan tidak melihat detail pembagian-pembagiannya dan menghimpunnya menjadi suatu kesatuan.
3. A t e n s i
Menurut Kenneth E. Andersen bahwa : “perhatian (attention) ad proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”.
Atensi terjadi ketika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra kita dan mengesampingkan masukan-masukan malalui alat indra lainnya.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Attention Getter) meliputi :
a) Gerakan, pada umumnya orang lebih terstimulasikan pada objek yang bergerak. Misalnya seorang guru di dalam kelas akan lebih cepat melihat muridnya yang tidak memperhatikan pelajaran karena bermain-main dari pada melihat murid yang tidak memperhatikan pelajaran karena mengantuk.
b) Intensitas stimuli, yaitu stimuli yang lebih menonjol dari pada stimuli lainnya
c) Kebaruan ( novelty), yaitu hal-hal baru atau istimewa merupakan stimuli yang paling mudah dipelajari dan diingati
d) Perulangan, yaitu hal-hal yang diulang-ulang merupakan sugesti terhadap stimuli supaya mudah terserap otak dan tetap diingat.
Faktor-faktor Internal Penaruh Perhatian meliputi :
a) Faktor-faktor biologis, misalnya anak muda yang telah melihat film porno akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
b) Faktor-faktor sosiopsikologis, misal ada anekdot, bila anda mengetahui dari suku mana kawan anda berasal, bawakah mereka berjalan-jalan, tanyakan berapa perempuan yang telah di lewati, yang dapat menjawab pertanyaan ini pastilah Orang Padang (umumnya mereka pedagang yang selalu berkeliling ke berbagai tempat). Tanyakan berapa pagar tanaman hidup yang telah di lihatnya. Yang bisa menjawab pasti Orang Sunda (karena mereka menyenangi sayuran/lalap-lalapan). Tanyakan berapa kuburan / tempat keramat yang ada, hanya Orang Jawa yang bisa nenjawabnya (Mengapa? Mungkin karana kepercayaan mistis banyak dianut Orang Jawa). Tentu saja anekdot bukanlah proposisi ilmiah, tetapi anekdot ini menggambarkan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan, menentukan apa yang kita perhatiakan.
Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan lainnya yang termasuk masalah personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.
Faktor Fungsional dan Struktural Yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang trmasuk faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas Krech dan Cruthfield yang dikutif Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi telah merumuskan empat dalil, yaitu :
1) Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Artinya objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Contoh bila ada orang lapar dan masuk ke restoran maka yang pertama akan melihat nasi, lauk-pauk, kemudian minuman.
2) Medan perseptual dan kognitif selalu di organisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3) Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari subkultural ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
4) Objek atau peristiwa yang berdekatan dengan ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
4. E k s p e k t a s i
Yang dimaksud ekspektasi adalah penilaian secara wajar dan proporsional terhadap suatu objek yang menjadi stimuli tarhadap alat indra. Lawan dari ekspektasi adalah stereotyf.
Dalam relasi interpersonal ekspektasi merupakan suatu upaya mempersepsi perilaku orang lain (orang yang dekat dengan kita) mengenai apa-apa yang diharapkan oleh orang tersebut dari relasi interpersonal tersebut. Misalnya dalam hubungan suami istri; Sang suami jika sedang sakit, ia ingin ditinggalkan sendirian (mungkin lebih baik menanggung derita dengan tabah) sedangkan malah sang istri setiap 10 menit sekali menanyakan apa yang sedang dirasakan (karena sang istri jika ia sakit ingin selalu ditemani suaminya). Sehingga sang suami jengkel terhadap istrinya. Disinilah suami istri tersebut mempunyai ekspektasi yang berbeda bagaimana sepatutnya yang sakit dilayani.
Begitu juga dalam Komunikasi Interpersonal ekspektasi sangat menentukan keberhasilannya, karena dengan mempersepsi dengan baik apa-apa yang diharapkan oleh si komunikan dalam proses Komunikasi Interpersonal itu maka proses Komunikasi Interpersonal akan berhasil. Misalnya si komunikator yang memperlakukan si komunikan seperti pada bawahan padahal dia ingin dihormati, maka Komunikasi Interpersonal tidak akan mencapai sasarannya.
5. M o t i v a s i
Proses kontruksi yang mewarnai dalam persepsi juga melibatkan unsur-unsur motivasi. Bagaimana impuls-impuls dalam jiwa indivudu mendorong suatu (menjadi motif) terhadap indivudu yang bersangkutan.
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya (disebut gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi berkomunikasi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama (cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition).
Diantara motivasi yang pernah diteliti dalam Komunikasi Interpersonal adalah : motif biologis, motif ganjaran dan hukuman (reward and punishman), karakteristik kepribadian, perasaan terancam karena pesona stimuli (perceptual defence/pembelaan perseptual), dan motivasi untuk mempercayai dunia yang adil.
6. M em o r i
Memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. Menurut Schlesinger dan Groves bahwa : “memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia yang menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya,” (1976 : 352).
Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat itu pula direkam secara sadar atau tidak sadar. Adapun kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi menurut ahli matematika yang bernama John Griffith menyebutkan angka 1011 (seratus trillyun) bit. Sedangkan menurut ahli teori informasi yang bernama John von Neumann menghitung sampai 2.8 x 1020 (280 kuintrillyun) bit informasi.
Secara singkat, memori melewati tiga proses:
Perekaman {disebut encoding} adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sikrit saraf internal di otak.
Penyimpanan ( storage), proses kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimanapun.
Pemanggilan (retrieval), adalah mengingat kembali informasi
Jenis-jenis Memori
Proses memori perekaman dan menyimpanan kebanyakan tidak disadari oleh kita. Kita hanya mengetahui adalah pemanggilan kembali. Pemanggilan kembali dapat diketahui dengan cara :
Pengingatan (recall), adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatin (kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas.
Pengenalan (recognition), artinya orang susah untuk mengingat sejumlah fakta tetapi lebih mudah mengenalnya kembali. Contoh ini adalah soal multiple-choice adalah untuk mengenal bukan untuk mengingat.
Belajar lagi (relearning), artinya orang lebih cepat hafal hal yang pernah didengar/dibaca maka harus sering mengulang belajar lagi.
Redintegrasi (redintegration), artinya merekontruksi seluruh masa lalu dari suatu petunjuk kecil. Misalnya orang ketemu ketupat (disebut memori cues) maka akan teringat akan Hari Lebaran dengan segala halnya.
Blog berisi artikel dan bahan perkuliahan Komunikasi, dengan harapan dapat membantu rekan mahasiswa dalam studi ilmu komunikasi di kampus manapun anda berada.
welcome
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Main game yuk !
|
|
Add Games to your own site |
Saran dan Masukan
Bagi anda yang ingin berbagi, memberikan masukan, komentar, pertanyaan, mengirim artikel & ingin ditayangkan, silahkan kirim ke ajias66@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar