FUNGSI KEDUDUKAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi Interpersonal atau disebut juga Komunikasi Antar Pesona atau Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi yang dilakukan dua atau lebih dengan interaksi dan tatap muka satu sama lain, feedbacknya langsung diketahui dan efeknya pun cepat diketahui, dan sering kali tidak menggunakan media.
Komunikasi Interpersonal dalam arti luas adalah interaksi antara dua orang atau lebih tanpa mempersoalkan kenal atau tidak dengan lawan bicaranya. Misal seorang Sales Promotion yang datang door to door menjelaskan dan menawarkan suatu produk.
Komunikasi Interpersonal dalam arti sempit adalah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menekankan pada pendekatan empathy.
Empathy adalah sebagai kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut Onong Uchyana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi menyatakan bahwa : “komunikasi antar pribadi (sering pula disebut dyadic communication) adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan”.
Efektifnya Komunikasi Interpersonal itu karena adanya arus balik langsung. Komunikator dapat melihat seketika tanggapan komunikan, baik secara verbal (dalam bentuk jawaban dengan kata) maupun secara non-verbal (dalam bentuk gerak-gerik) sehingga komunikator dapat mengulangi atau meyakinkan pesannya kepada komunikan. Pengertian efektif dalam Komunikasi Interpersonal ini adalah dalam hubungannya perubahan sikap (attitude change).
Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut Mc. Crosky, Larson & Knapp bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi. Istilah yang digunakan adalag greater accuracy (ketepatan yang lebih besar) dari pada total accuracy (ketepatan menyeluruh), karena ketepatan seratus persen anatar komunikator dengan komunikan tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi karena pengalaman tidak akan sama-sama besar. Field of reference masing-masing individu tidaklah akan persis sama satu sama lain. Begitu juga frame of reference masing-masing individu terhadap sesuatu hal akan berbeda-beda.
A. Keampuhan Komunikasi Interpersonal Sebagai Agent of Change
Untuk mengetahui sejauhmana keampuhan Komunikasi Interpersonal sebagai agent of change, sebelumnya dapat kita lihat dari fungsi komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell di bab pertama tadi yaitu fungsi sebagai the transmission of the social heritage from one generation to the next a transmission of culture (kegaiatan mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Generasi sekarang mempunyai ilmu pengetahuan berasal dari melalui transfer komunikasi dari generasi sebelumnya dan begitu pula dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut dengan melalui proses komunikasi. Begitu juga generasi sekarang mempunyai perilaku yang mempunyai nilai-nilai dan norma sosial yang luhur kalau generasi sebelumnya mentransfer dengan baik melalui Komunikasi Interpersonal terutama dalam pranata keluarga. Dengan demikian Komunikasi Interpersonal dapat merubah sikap (attitude change).
Dalam hubungan dengan perubahan sikap tersebut maka studi mengenai Komunikasi Interpersonal sangat penting sekali terutama di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk di Indonesia, yang sedang digiatkan gerakan perunahan sikap penduduk dari alam tradisional ke alam modern, dari sikap yang menghambat kemajuan ke sikap berperanserta dengan pemerintah dalam mencapai kemajuan-kemajuan masyarakat. Oleh karena pentingnya perubagan sikap (attitude change) ini maka semenjak masa orde baru dalam beberapa departemen terdapat jabatan-jabatan fungsional, seperti Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Penyuluh Penerangan, Penyuluh Kesehatan, dan Penyuluh Pertanian. Yang semuanya sebagai penggerak perubahan (change agent) untuk melaksanakan kegiatan berkomunikasi secara antar pribadi (Komunikasi Interpersonal) terutama dengan penduduk-penduduk desa.
Semenjak tahun 1970-an Pemerintah Indonesia (dalam hal ini dahulu ada Departemen Penerangan) mengakui adanya komunikasi antar pribadi (Komunikasi Interpersonal) untuk mempercepat pembangunan dan modernisasi. Hal ini terbukti dengan Gerakan Anjang-Sana yang dilakukan oleh petugas penyuluh terutama di desa-desa. Anjang-sana adalah komunikasi antar pribadi (Komunikasi Interpersonal) antara petugas penyuluh dengan penduduk, bertempat di rumah penduduk dan bersifat tidak resmi dan relax. Tujuan anjang-sana adalah merubah sikap penduduk sesuai dengan kebijakan (policy) pemerintah. Termasuk gerakan anjang-sana ini banyak digunakan oleh partai politik untuk mendapatkan dukungan penduduk dalam pemilihan umum.
Selanjutnya untuk mengetahui keampuhan Komunikasi Interpersonal sebagai agent of change dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a) Secara makro atau dalam sektor publik, Komunikasi Interpersonal dapat menentukan perubahan sikap anggota masyarakat terhadap hal-hal yang terjadi dalam kenegaraan atau kemasyarakatan.
Hasil penelitian Paul Lazarsfield dengan Gaudet dan Berelson (1978) di Erie Country – Ohio – USA mengenai keputusan pemberian suara dalam pemilihan presiden. Dalam penelitian tersebut hanya sedikit saja penduduk yang berubah pendapatnya yang disebabkan oleh suatu kampanye pemilu dan kalau pun ada yang berubah pendiriannya ternyata bukan karena pengaruh opinon leader (pemuka pendapat) maupun dari media massa, melainkan oleh Komunikasi Interpersonal dari orang-orang terdekatnya (keluarganya, sahabat, atau teman sejawatnya).
Dalam program pemerintah yang menyentuh seluruh masayarakat sampai pelosok desa (misalnya KB), keberhasilannya banyak ditentukan oleh kerja keras para penyuluh lapangan (PLKB) yang datang ke rumah-rumah penduduk secara informal (door to door) atau melalui Gerakan Anjang-sana seperti dikemukakan di atas tadi.
Keberhasilan suatu bisnis dalam memasarkan suatu produk banyak dilakukan melalui Komunikasi Interpersonal, yaitu melalui seorang Sales Promotion yang datang secara door to door ke penduduk, Apalagi jika itu suatu bisnis dalam bentuk Multi Level Marketing sangat tergantung sekali terhadap kemampuan melalukan Komunikasi Interpersonal.
b) Secara mikro atau dalam sektor domestik, yaitu lebih menyoroti bagaimana keampuhan Komunikasi Interpersonal dalam suatu keluarga untuk mewariskan nilai-nilai, norma, dan moral terhadap anak-anaknya. Untuk hal ini alangkah baiknya kita simak sebuah puisi berikut ini :
Children Learn What They Live
( by Dorothy Law Nolte )
If a child lives with criticism,
He learns to condemn.
If a child lives with hostility,
He learns to fight.
If a child lives with ridicule,
He learns to be shy.
If a child lives with shame,
He learns to feel guilty.
If a child lives with tolerance,
He learns to be pattient.
If a child lives with encouragement,
He learns to confident.
If a child lives with fairness,
He learns justice.
If a child lives with security,
He learns to have faiht.
If a child lives with approval,
He learns to leke himself.
If a child lives with acceptance and friendship,
He learns to find love in the world.
Terjemahan bebasnya sebagai berikut :
Anak Belajar Dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar pecaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Puisi tadi mengingatkan pada kita semua bagaimana seharusnya memperlakukan anak-anak kita (dalam artian mengadakan komunikasi interpersonal dalam mendidik mereka), dengan gambaran suatu perlakuan dengan akibat yang ditimbulkan perlakuan tersebut. Dengan demikian Komunikasi Interpersonal dalam keluarga terhadap anak-anak merupakan bentuk pola asuh yang sangat menentukan kepribadian anak-anak tersebut pada masa dewasanya. Dalam ajaran Islam terdapat sebuah hadits yang menggambarkan tanggung jawab orang tua dan tergantung bagaimana cara mendidik anak-anaknya akan menjadikan apa nanti masa depannya, yaitu :
“Setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak tersebut yahudi atau nasrani atau majusi”. (HR. Baihaqi)
Kemudian dalam Komunikasi Interpersonal terhadap anak-anak tidak dapat dengan cara paksaan atau memaksakan kehendak terhadap anak-anak, karena hal ini malah mengakibatkan terkekangnya perasaan anak dan malahan akan mengakibatkan anak melakukan pelarian terhadap perilaku yang meyimpang. Tentang akibat dari pemaksaan kehendak ini sudah diangkat dalam sebuah lagu Greatest Love of All yang populer Tahun 1980-an diciptakan dan dinyanyikan George Benson dan juga dinyanyikan kembali oleh Withney Houston (Lagu tersebut sangat mirip dengan puisi Khalil Gibran). Intisari lagu tersebut adalah :
“Anak-anak adalah masa depan kita
Bimbinglah mereka dengan baik
Dan biarkan mereka memilih jalannya sendiri
Tunjukan pada mereka semua keindahan yang ada dalam diri mereka
Tumbuhkan rasa bangga dalam diri mereka dan
Biarkan tawa mereka mengingatkan kita
Akan masa kecil kita …”.
Selanjutnya secara ilmiah bagaimana pengaruh Komunikasi Interpersonal dalam pendidikan anak telah diteliti oleh Susan Curtis pada Tahun 1970 di California terhadap kasus Genie. Dikarenakan tidak pernah mendapatkan Komunikasi Interpersonal yang wajar dari kedua orang tuanya maka Genie anak yang berusia 13 tahun tetapi perilakunya seperti anak usia 1 tahun. Dari penelitian kasus Genie tersebut maka dapat disimpulkan :
Komunikasi Interpersonal sangat essensial bagi pertumbuhan kepribadian manusia.
Komunikasi Interpersonal sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar