FAKTOR-FAKTOR DALAM PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Masalah Greater Accuracy
Kalau tadi pada Bab IV Pasal B dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi efek Komunikasi interpersonal yang menekankan dari segi proses fisik dan psihis dalam diri komunikator serta terutama komunikan, maka pada Bab V ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi interpersonal yang menekankan segi fisik dan psihis antara komunikator dalam hubungannya dengan komunikan.
Studi mengenai Komunikasi interpersonal sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang, bukan hanya tugas orang yang pekerjaannya memberikan informasi atau merubah sikap orang lain seperti tugas para penggerak perubahan (change agent) tadi yang disebutkan pada Bab IV. Kemampuan dalam Komunikasi interpersonal yang handal juga diperlukan oleh :
- Orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya,
- Seorang Guru BP dalam membimbing murid-muridnya di sekolah,
- Seorang Dosen Wali dalam membimbing akademis mahasiswa perwaliannya.
- Seorang pimpinan dalam mengarahkan bawahannya
- Para wartawan yang harus menginterview dengan mengorek informasi sebanyak-banyaknya dari seorang nara sumber,
- Para public relations officers yang harus menyelidiki sikap para karyawan,
- Para dokter dalam mengarahkan pasien supaya cepat sembuh,
- Dan sebagainya.
Seperti telah dikemukakan pada awal pembahasan Bab II bahwa, Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi. Istilah ketepatan yang digunakan tersebut di atas adalah “ketepatan yang lebih besar” (greater accuracy) bukan istilah “ketepatan yang menyeluruh” (total accuracy), karena untuk memperoleh ketepatan seratus persen antara komunikator dengan komunikan tidak akan mungkin tercapai atau tidak akan mungkin terjadi. Total accuracy dalam komunikasi menghendaki komunikator da komunikan mempunyai pengalaman yang benar-benar sama dalam semua hal yang dibicarakan. Kalau antara komunikator dan komunikan pengalaman dalam sesautu hal yang dibicarakan benar-benar sama maka mereka akan mempunyai pengertian yang benar-benar sama mengenai sesuatu pesan. Jikalau antara komunikator dan komunikan masing-masing mempunyai pengalaman yang sama dan pengertian yang benar-benar sama tentang suatu hal yang ada dalam pesan itu maka terjadi ketepatan yang menyeluruh, pengertian yang menyeluruh, atau komunikasi yang sempurna. Selama orang-orang mempunyai pengalaman yang berbeda tidak akan dapat membangkitkan idea yang benar-benar sama dalam pikiran komunikan sebagaimana yang dikonstruksikan dalam pikiran komunikator, sehingga hal demikian tadi itu jarang terjadi bahkan tidak pernah tercapai.
Berbicara mengenai kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi ini, istilah yang diusung untuk hal itu oleh Everett M. Rogers adalah istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dengan komunikan dalam proses Komunikasi interpersonal.
B. Homophily
Secara etimologis istilah homophily berasal dari Bahasa Yunani “homoios” yang berarti “sama”. Maka pengertian harfiah homophily berarti komunikasi dengan orang yang sama.
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.
Dalam suatu situasi orang-orang yang saling berinteraksi yang komunikator bebas memilih seseorang dari sejumlah komunikan, maka akan terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilih komunikan yang lebih menyamai si komunikator.
Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Homans yang mengemukakan bahwa : “lebih dekat kesamaannya sejumlah orang dalam tingkatan sosial, lebih sering mereka berinteraksi satu sama lain”.
Yang menyebabkan terjadinya homophily adalah sebagai berikut :
- Orang-orang yang sama lebih mungkin termasuk kelompok yang sama
- Berdiam lebih berdekatan satu sama lain
- Tertarik oleh kepentingan yang sama
Seterusnya komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan berada dalam keadaan homophily. Jika antara komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap, dan bahasa, maka komunikasi di antara mereka itu akan lebih efektif. Malahan kesamaan antara orang-orang itu menimbulkan kemungkinan untuk berkomunikasi, dan malahan pada gilirannya lebih besar kemungkinan komunikasi menjadi lebih berarti. Kebanyakan orang menyenangi interaksi dengan orang yang benar-benar sama dalam status sosial, pendidikan, kepercayaan, dan sebagainya.
Homophily dan komunikasi efektif sering memperkuat satu sama lain. Lebih sering berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk menjadi homophily. Lebih bersifat homophily, lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi secara efektif.
Penduduk yang lebih mempunyai homophily akan memudahkan bagi change agent ataupun opinions leader yang hanya sedikit usaha diperlukan dibandingkan dengan penduduk yang terbelakang dan status sosialnya lebih rendah.
Dalam suatu sistem, homophily dapat menjadi rintangan bagi lajunya pembaharuan yang cepat idea-idea baru biasanya masuk melalui anggota-anggota masyarakat yang statusnya lebih tinggi dan lebih berdaya inovasi. Jika terdapat homophily yang bertaraf tinggi, orang-orang elite ini terutama berinteraksi dengan sesamanya; hanya sedikit saja penemuan baru yang sampai pada penduduk non-elite.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rogers dan Svenning berkesimpulan bahwa desa-desa tradisional di Columbia ditandai oleh homophily dalam penyebaran antara pribadi (interpersonal diffusion) yang bertaraf lebih tinggi. Hanya bila norma-norma desa menjadi lebih modern, penyebaran menjadi lebih heterophilous.
Santi Prya Bose telah mengadakan penelitian pada tahun 1967 di India menjumpai adanya homophily yang bertaraf sangat tinggi pada penduduk desa di India berdasarkan kasta, pendidikan, dan ukuran kebun yang dimiliki. Tetapi dekat Calcuta kasta tidak begitu penting bagi pola interaksi; sebaliknya pendapatan (upah/Gaji) yang sangat penting. Dengan demikian ciri yang pasti dalam hubungan dengan homophily ini variasi dengan sifat sistem masyarakat dan dengan sifat inovasi.
Selanjutnya hasil penelitian Everett M. Rogers dan Dilip K. Bhowmik menyatakan bahwa : “sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homophily yang lebih tinggi dalam komunikasi antar pribadi dan kalau norma-norma desa yang menjadi lebih modern menjadi lebih bersifat heterophily”.
C. Heterophily
Istilah heterophily merupakan kebalikan dari homophily. Heterophily adalah suatu keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.
Faktor yang menyebabkan terjadinya heterophily adalah karena ada perubahan dan perkembangan masyarakat yang menyebabkan banyak nilai-nilai berubah tapi ada yang tetap mempertahankan nilai lama. Disamping itu perkembangan masyarakat tersebut tidak memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anggota masyarakatnya dalam hal pendidkan maupun peningkatan penghasilan, hanya untuk orang-orang yang mempunyai potensi dan pandai memanfaatkan peluang dan kesempatan saja.
Orang yang mengingkari homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengannya dapat dikecewakan oleh komunikasi yang efektif. Misalnya seorang change agent pada penduduk petani di negara-negara yang sedang berkembang menjumpai masalah-masalah yang disebabkan komunikasi dengan penduduk yang jauh berbeda dengannya. Perbedaan dalam kemampuan teknis, status sosial, sikap, dan kepercayaan, kesemuanya itu menyebabkan adanya heterophily dalam bahasa dan pengertian, yang selanjutnya menyebabkan pesan yang disampaikan kepada mereka diabaikan.
Heterophily seperti tersebut di atas seringkali menjurus ke komunikasi yang tidak efektif antara komunikator dan komunikan, antara change agent dengan penduduk, dan juga menyebabkan gagalnya suatu kampanye penyebaran inovasi. Salah satu akibat dari heterophily yang tinggi derajatnya dalam penyebaran adalah bahwa change agent cenderung untuk berinteraksi paling efektif dengan penduduk yang secara relatif sangat menyamai change agent dalam daya pembaharuan, status sosial, dan kepercayan.
Untuk menjembatani jurang homophily antara change agent dan penduduk maka change agent harus mengkonsentrasikan uasahanya terlebih dahulu pada pemuka pendapat (opinion leader). Tetapi jika pemuka pendapat tadi terlalu berdaya-inovasi maka heterophily (dan komunikasi yang mengikutinya) kini terdapat antara pemuka pendapat dengan penduduknya. Hal lainnya untuk mengatasi heterophily tersebut adalah dengan berusaha menumbuhkan emphaty.
D. Empathy
Seperti telah diungkapkan di atas salah satu upaya untuk mengatasi heterophily adalah dengan berusaha menumbuhkan emphaty. Tetapi dalam hal ini menumbuhkan emphaty dalam diri komunikator atau change agent mungkin akan mudah, tetapi bagi komunikan dalam menumbuhkan emphaty ini tidaklah mudah memerlukan upaya pendidikan komprehensif yang memakan waktu yang cukup lama.
Everett M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefinisikan emphaty sebagai kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
Kemudian menurut Stotland Dunn, Zender, dan Natsoulas menyatakan bahwa : “Emphaty sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi”.
Sedangkan menurut Milton J. Bennett menyatakan bahwa : “imaginative intellectual and emotional participation in another person’s experience” (ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain).
Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa :
“pengertiam empati dapat dikontraskan dengan pengertiam simpati. Dalam simpati kita menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Bila saya melihat anda menangis karena kehilangan kekasih anda, saya mencoba membayangkan perasaan saya bila saya juga kehilangan kekasih. Saya beranggapan anda pun mempunyai perasaan seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain; kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.” (1985 : 166).
Apabila komunikator atau komunikan atau pun kedua-duanya (dalam situasi heterophily) mempunyai kemampuan untuk melakukan emphaty satu sama lain maka kemungkinan besar akan dapat terdapat komunikasi yang efektif.
Bagi seorang change agent atau seorang komunikator jika berusaha sedapat mungkin mengetahui bagaimana perasaan orang lain dalam situasi dan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain itu, maka kemungkinan sekali dapat menyampaikan pesan yang tepat kepada komunikan.
Jadi dengan demikian jika seorang komunikator mempunyai emphaty yang mendalam dengan komunikan yang heterophilous, maka komunikator dan komunikan benar-benar berada dalam situasi homophilous dalam pengertian sosio-psikologis.
Oleh karena itu maka pembahasan terdahulu mengenai heterophily dan komunikasi yang tidak efektif menghendaki modifikasi sebagai berikut : komunikasi heterophilous kurang efektif dibandingkan dengan komunikasi homophilous, kecuali kalau komunikator mempunyai derajat emphaty yang tinggi dengan komunikan.
Komunikan akan lebih mudah menerima pesan komunikator bila ia memandang ada banyak kesamaan diantara keduanya. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Everett M. Rogers yang selanjutnya telah membedakan antara kondisi homophily dan heterophily. Pada kondisi homophily antara komunikator dan komunikan merasakan adanya kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan. Pada kondisi heterophily terdapat perbedaan status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara komunikator dan komunikan . Komunikasi akan lebih efektif pada kondisi homophily dari pada kondisi heterophily.
Penelitian Rogers tersebut berasal dari penelitian sosiologis yang dilakukan Stotland Dunn, Zender, dan Natsoulas yang semuanya berkesimpulan bahwa orang mudah berempathy dan merasakan perasaan orang lain yang dipandangnya sama dengan mereka. Juga menunjukkan bahwa kesamaan antara komunikator dan komunikan memudahkan terjadinya perubahan pendapat.
Oleh karena itu dalam Komunikasi Interpersonal, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikan. Upaya untuk menegaskan kesamaan antara komunikator dan komunikan ini oleh Kenneth Burke disebut sebagai “strategy of identification”, sedangkan Herbert W. Simons menyebutnya sebagai “establishing common grounds”. Upaya mempersamakan antara komunikator dan komunikan dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan. Hal ini oleh Simons disebut sebagai kesamaan disposisional (dispositional similarity). Misalnya seorang PLKB supaya upaya memasyarakatkan Keluarga Berencana pada kelompok masyarakat desa yang sangat kental nilai-nilai tradisionalnya maka dia dapat memulai dengan menegaskan bahwa ia, seperti pendengar, mengharapkan kesejahteraan keluarga, masa depan yang lebih baik, dan dapat menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan tertinggi. Kemudian apabila berhadapan dengan kelompok (aliran) agama tertentu maka ia menyatakan sama aliran agamanya sama dengan pendengar. Dalam hal ini petugas PLKB tersebut menggunakan kesamaan keanggotaan kelompok (membership group similarity).
Komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung dapat berkomunikasi lebih efektif. Hal ini alasannya menurut Herbert W. Simons karena empat faktor, yaitu :
a) Kesamaan mempermudah proses penyandian (decoding), yakni menterjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Misal bila seorang sarjana administrasi melakukan Komunikasi Interpersonal pada sarjana administrasi lainnya maka dengan mudah menangkap arti dari kata-kata dan kalimat yang disampaikan. Tetapi apabila seorang dokter mengadakan Komunikasi Interpersonal pada sarjana administrasi tentu banyak kata-kata dan kalimat yang tidak dimengerti. Rogers dan Bhowmik menyatakan bahwa : “interaksi heterophilious (diantara pihak-pihak yang berbeda) cenderung memerlukan usaha yang lebih berat, menimbulkan distorsi .pesan, penyampaian yang terhambat, dan pembatasan pada saluran komunikasi).
b) Kesamaan membantu membangun premis yang sama untuk mempermudah proses deduktif. Dalam hal ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, maka komunikan akan terpengaruh oleh komunikator.
c) Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kebanyakan orang cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan orang tersebut tadi, Sehingga hal ini kalau dalam proses Komunikasi Interpersonal komunikan akan tertarik pada komunikator dan komunikan tersebut cenderung menerima gagasan-gagasan komunikator.
d) Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Walau dalam hal ini belum dibuktikan secara meyakinkan dalam penelitian, Simons hanya menyatakan ada hubungan positif antara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat, tetapi hubungannya lemah. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Elaine, Walster, Darcy Abrams dan Elliott Aronson membuktikan bahwa : “komunikator yang tidak menarik, tidak bermoral, dan tidak memiliki keahlian masih dapat melakukan komunikasi yang efektif, bila .......”. Maksudnya bila orang yang tidak menarik ini mengemukakan argumen yang bertentangan dengan kepentingan dirinya.
E. Teori Paul Lazarsfeild
Menurut Paul Lazarsfeild bahwa : “homophily dapat merupakan hasil dari interaksi atau merupakan dasar bagi pemilihan untuk berinteraksi”.
Lazarsfeild dan Merton telah mengadakan penelitian mengenai pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 1940. Dari hasil penelitian itu disimpulkan bahwa : “perubahan dalam tujuan memilih telah mempertinggi homoginitas kelompok ... Mayoritas pemilih yang sama sekali berubah ternyata telah berubah menuju arah pilihan kelompok sosial mereka”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar